ALL I AM IS USELESS WITHOUT YOU
NARUTO MASASHI KISHIMOTO
ALL I AM IS USELESS WITHOUT YOU JUST SEE WHO I AM
WARNING: THIS FIC CONTAINS OF BOYS LOVE OR USUALLY WE ALL SAY "YAOI", OOC-ness, MISS TYPO(S), IF YOU DON'T LIKE THEN I GUESS YOU'LL NEVER OPEN THIS FIC. IF YOU OPEN IT, IT MEANS YOU INTEREST. IF YOU INTEREST BUT THIS FIC DISAPPOINTED YOU, THEN IT'S NOT MY FAULT NOR THIS FIC, BUT YOURS. CLEAR?
Pairing: SasuNaru (I'm big fan of this pair LoL)
A/n: I'm a newbie in this FFn, hope the seniors would like to help me with your reviews XD. I'm happy to know that there are some people reviews my previous fic. Thanks a lot. And this is such a sequel for "Complicated, huh?", but you can read it without read that one, though it'd be better to read that first. I don't know whether this is a good one or not, I tried my best to looking for another idea, but I can't. Oh, there are some English language used.
Happy reading minna^.^
(((((((((((18041995)))))))))))
Sasuke's PoV
Waktu menunjukkan pukul 13.00 siang hari itu. Tak pernah terpikir sedikitpun sebelumnya aku bisa melihatnya lagi. Sejak saat itu. Ada sedikit perasaan aneh yang terjadi padaku, rasa gembira, sedih, dan...menyesal. Setiap kali aku berpikir tentangnya, seperti itu yang kurasakan.
"Sasuke, kaa-san sedari tadi memanggilmu", ucap Itachi yang masuk ke kamarku yang memang tidak terkunci. Aku mengalihkan pandanganku dari jendela ke Itachi.
"Ada apa?", balasku. Itachi memandangku heran. "Lihat jam di sampingmu, dan simpulkan sendiri", ia, kakakku yang kadang menyebalkan itu lantas beranjak pergi.
Refleks aku menoleh ke jam weker di sampingku. Ah, jam makan malam. Aku pun beranjak dari tempat dudukku dan berjalan keluar kamar. Di luar aku masih melihat Itachi menungguiku di dekat tangga turun. "Kenapa?", satu kata yang ia ucapkan dan aku tahu itu tertuju padaku. "Kenapa apanya?", jawabku sembari menuruni tangga. Itachi memegang tanganku, memberi gestur bahwa aku tidak boleh pergi sebelum menjawabnya. "Aku baik", singkat dan sepertinya tidak dipercaya oleh Itachi. "Setelah makan malam, kita bicara", ucap itachi yang melepas tanganku kemudian menuruni tangga. Hah, ini akan rumit. Setelah acara makan malam selesai, aku melesat pergi ke kamarku, hendak mengunci pintu dan yah, kalian tahu. Sang Itachi yang hebat itu takkan pernah lupa dengan apa yang ia ucapkan, dan ia mampu mengejarku sebelum aku berhasil mengunci pintu. Jangan pikir aku bisa lepas darinya. Itu yang selalu ia katakan.
"Now, speak", kata Itachi sembari menyamankan diri di pinggiran bawah kasur dan menghadapkan diri ke depan TV, aku mendengus dan mengambil tempat di sampingnya.
"I met someone, just it", ucapku malas.
"Itu kampus barumu. Kau tak mungkin hanya bertemu seseorang", ucap Itachi mengerlingkan mata bosan.
Aku hanya diam. "Then?", sahutnya kemudian.
"Then we got into conversation, and then over", balasku. "What was the conversation's theme?", ucapnya terlihat makin penasaran. Aku menghela napas, akan menjadi hal yang merepotkan jika Itachi penasaran akan suatu hal, dan itu bukan pertanda baik untukku. "Life and weather", ucapku. Itachi terlihat sejenak tak menyahut, lalu ia berkata "Who's it?", katanya. "School's friend", jawabku, dan aku bisa menebak kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Itachi, sebab satu-satunya teman sekolah yang pernah kuceritakan padanya adalah...
"Naruto?"
((((((((((18041995))))))))))
"Enh..enggh", desahan itu terdengar jelas memenuhi otakku. Apa-apaan ini? Kenapa ada suara-suara seperti itu di sini. Hah, kupikir menjauh dari keramaian kampus dan menyendiri di taman akan membuat hari menjadi lebih tenang. Ternyata tidak. Kadang aku berpikir aku menyesal pindah kemari. "Ah..s-stop it, Gaara", orang yang mendesah tadi mengeluarkan suara. Tunggu, suara ini? Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, tapi tidak ada siapa-siapa, apa hanya imajinasi?
Ku langkahkan kakiku meninggalkan taman yang baru sepuluh menit yang lalu aku kunjungi ini, saat melangkah, aku melebarkan kedua mataku saat melihat kenyataan di depan mataku? Suara tadi. "Naruto?", ucapku tanpa sadar. Orang yang merasa kupanggil menolehkan kepalanya dan sedetik setelahnya ia melebarkan matanya "Sasuke..Sasuke kan?", ucapnya kemudian menghampiriku. Aku merasa tubuhku menegang dan tanganku gemetar. Aku tidak siap menemui sosok ini, sekarang, dengan cara seperti ini.
"Ah, iya. Sasuke, apa kabarmu?", ucapnya dengan nada riang yang masih sama seperti dulu. "Siapa dia, Naruto?", ucap lelaki berambut merah yang entah kapan sudah berada di sampingnya tanpa memberiku kesempatan untuk menjawab Naruto.
"Ah iya, Gaara. Ini Sasuke, Uchiha Sasuke, temanku dulu waktu di SMA, dia sekelas denganku dulu, tapi ia pindah ke Melbourne. Dan Sasuke, ini Gaara, Sabaku Gaara, dia adalah teman sekampusku", ucap Naruto memperkenalkan kami berdua. Gaara? Nama itu sudah kudengar sebelum aku melangkahkan kaki kesini tadi. Jadi yang mendesah tadi itu memang Naruto atau bagaimana? Dan posisi mereka tadi? Ugh..
"Hn, aku harus pergi Naruto, aku lupa kalau ada sesuatu yang harus kukerjakan", ucap si Gaara itu. Entah perasaanku atau sebelum ia pergi, ia sempat melayangkan sebuah tatapan padaku. Tatapan mengintimidasi. Heh, memang siapa dia? Berani-beraninya melayangkan tatapan itu padaku?
"Sasuke, kau belum menjawabku", ucap Naruto. Aku mengalihkan pandanganku dari si pemuda berambut merah yang sudah menjauh itu ke pemuda yang berada di hadapanku. "Fine. How's life?", ucapku menanyakan kabarnya. "As well", ucapnya sambil tersenyum. Ia mengajakku pergi ke sebuah coffe shop tak jauh dari taman tadi.
"Jadi, apa yang membawamu pulang ke Konoha. Apa cewek di Melbourne tidak ada yang cantik, hm?", ucapnya setelah meminum kopi pesanan kami tadi, mengawali perbincangan pertama kami di coffe shop ini. Aku hanya bisa mendengus mendengar omong kosongnya itu.
"Ayahku memutuskan untuk lebih mengutamakan perusahaan Uchiha di Jepang, yang di Aussie akan diurus tangan kanannya saja", jelasku. Naruto menautkan alis, "Kenapa tidak kau atau Itachi-nii saja? Kalian kan jenius dan sudah besar", tanyanya bingung.
"Aku masih mau kuliah, dan jangan mengharapkan Itachi", ucapku sembari meminum kopiku. Terdengar tawa yang keluar dari mulut Naruto. "Hahaha, aku tau, anikimu itu memang orang yang sangat sulit diatur sejak dulu. Apa ia masih ada di band Akatsuki itu?", ucapnya yang tiba-tiba saja merasa tertarik akan kehidupan Itachi.
"Tidak. Band itu sudah bubar. Mereka cukup tau diri kalau mereka sudah tua".
"Mereka tidak setua itu, Sasuke. Lalu apa yang dilakukan anikimu sekarang?"
"Doing bussiness"
"What bussiness?"
"Manajer sebuah band"
"Wah, Itachi-nii hebat"
Aku tidak menjawab kalimat terakhir Naruto. Aku kemudian menerka-nerka apa saja yang ia lakukan selama tiga tahun ini. Dan, bagaimana perasaannya setelah saat itu. Saat dimana aku menolak perasaannya bahkan sebelum ia mengatakannya. Dan saat setelah aku pergi –ke luar Negeri, Australia tepatnya- tak lama setelah menolaknya. Bagaimana hidupmu, Naruto? How is it without me?
"How's your family?", tanyaku. "Ehm, well they're fine", ucapnya sambil tersenyum. Lalu percakapan ringan kami berlangsung cukup lama setelah itu. Dia menceritakan kejadian-kejadian di SMA setelah aku pergi. Satu hal yang aku sadari, dia..Naruto itu, tak pernah menyinggung tentang masa lalu saat kami masih bersama. Your guard is up, and I know why, Naruto. Karena sebagian besar penyebabnya adalah aku. Hah. Seandainya kau tau, Naruto.
"Oh, ya.. who's Gaara?"
"He's a friend of mine, I've told you"
"Just it?"
"Well, banyak orang mengira dia kekasihku. Hahaha..."
Ini tidak lucu Naruto. Aku pun juga berpikir begitu, bahkan meskipun kalian hanya berteman, tetap saja aneh.
"That's exactly what I thought, Dobe"
Kenapa? Kenapa kau diam. Apa yang kau sembunyikan, apa sebenarnya Gaara ada-
"He's not my boyfriend, Sasuke. Simple nya, kami berteman", jawabnya, tanpa gurauan sekarang. Dan satu hal, dia tidak membalas panggilan Dobe ku.
"tema—"
"tapi konteks berteman kami agak beda sih. Kami adalah..."
(((((((((((18041995))))))))))
"Apa?", sesaat aku melihat mata Itachi melebar. Tapi itu hanya sebentar. Huh, ekspresinya mirip sepertiku saat pertama mendengarnya.
"Itu tidak mungkin kan Sasuke? Naruto..."
"Kau tidak tuli, dan aku tidak salah. Itu yang kudengar dari mulutnya, Itachi"
"Jadi, si Gaara dan Naruto itu..."
"Ya...mereka adalah sex friend"
To be continued
I make it as multichapter. Akan dijelaskan di chapter depan kenapa Naruto begitu. Like it? Mind to review?
