Halo~ jumpa lagi dengan saya :D
Saya sebenernya pengen buat cerita tema natal, tapi lah pikiran saya kemana-mana dan lahirlah cerita ini -,-
Jadi, tema natalnya bakal kerasa di chapter ini saja, di chapter berikutnya.. tunggu saja kelanjutannya *v*
Dan untuk judulnya.. SAYA KEHABISAN IDE! itu judul saya arang-arang saja, mungkin nggak pas sama ceritanya tapi oh well..
Untuk sekedar info, cerita saya yang -PERSONA REBORN- mungkin update-nya bakal lama. Jadi yang berharap update kilat, saya mohon maaf.
HETALIA - HIDEKAZ HIMARUYA
Kita mulai~
RAHASIA DI BALIK MATA
Hari natal-pun akhirnya tiba. Para nations yang sebelumnya telah menyepakati kemana mereka akan berlibur telah berada di kapal pesiar menuju Seychelles. Dalam menyambut hari natal, mereka semua diberi liburan selama 1 minggu dimulai dari tanggal 25 Desember. Tapi hanya beberapa yang ikut dalam perjalanan ini, antara lain: Amerika, England, France, China, Russia, Germany, Italy, Japan, Denmark, Norway, North & South Korea, Hong Kong, Belarus & Ukraine, Prussia, dan tentu saja Seychelles sendiri. Untuk Seychelles, dia tetap berada di rumahnya untuk menyambut mereka yang akan datang. Sementara kapal yang akan mengantar 16 negara lainnya telah berangkat mengarungi samudera Hindia dari Afrika Selatan. Kenapa dari Afrika Selatan?
Flashback..
"Hey! Afrika Selatan!" Amerika memanggil Afsel (disingkat aja ya?) setelah meeting selesai.
"Apaan?" jawabnya malas, sudah tahu sifat Amerika seperti apa.
"Gini, aku sama yang lainnya kan rencana mau liburan ke rumahnya Sey hari ini, boleh gak kami berangkat dari rumahmu? Pinjem satuuu kapal aja!" Amerika memohon mengatupkan tangannya.
"Hm? Kenapa gak naik pesawat aja dari rumahmu? Ato si alis tebel itu? Kan bisa lebih cepet daripada naik kapal.."
"Yaaaa.. aku mah udah sering naek pesawat, bosen. Pengen dong sekali-kali naek kapal gitu. Tapi kalo dari tempatku ato Iggy mah sampe sana bisa makan waktu berhari-hari. Jadi boleh ya? Pleaseeee.."
Afsel memandang Amerika sesaat lalu berkata,
"Nggak. Kan nggak cuma aku yang letaknya deket sama Sey. Minta bantuan yang lain sono." Dan dengan itu ia kembali berjalan.
"Tu- Tunggu! Ayolah! Pelit banget sih! Negara-negara laen yang deket letaknya sama si Sey udah pulang! Satuuu kapal aja! Kalo mau kamu aku jadiin tuan rumah World Cup 2014 deh!"
Afsel berhenti.
"Bukannya FIFA 2014 tempatnya di Brazil?" tanyanya sambil menengokkan kepalanya ke belakang. Amerika yang puas strateginya berhasil tersenyum lebar.
"Itu kan masih lama bro! Bisa aja berubah nantinya! Lagian tahun 2010 kemaren, pendapatanmu naik berkali-kali lipat kan? Gimana? Aku bisa aja mbujuk yang lainnya! Asal kamu mau minjemin kapal ke Seychelles.."
Afrika Selatan terdiam berpikir. Benar juga, tahun 2010 lalu saat dia menjadi tuan rumah FIFA World Cup 2010, pendapatan negaranya naik berkali-kali lipat. Akan sangat menguntungkan jika ia menjadi tuan rumah FIFA 2014 mendatang. Dan tidak ada salahnya meminjamkan 1 kapal pada Amerika dan yang lainnya kan?
"Kapan kau berangkat?"
Mendengar jawaban yang diinginkan, senyuman (baca: cengiran) Amerika bertambah lebar. Walau sebenarnya ia tidak bisa mengganti letak tuan rumah FIFA 2014 sekarang. Yah, yang penting Afrika Selatan tidak tahu..
Flashback Ends..
Dan disinilah mereka, ke 16 negara dari 3 benua, berdiri di kapal pinjaman Afrika Selatan menuju Seychelles. Angin laut yang sejuk dan menyegarkan terus menghembus. Apakah ini yang diincar Amerika? Lautan berwarna biru clear pun menghiasi pandangan mereka. Langit sore berwarna oranye setia mendampingi mereka. Oh ya, mungkin beberapa dari kalian terheran mengapa mereka memilih berlibur ke Seychelles di bulan desember seperti ini. Jujur, beberapa dari mereka sudah bosan natalan dengan pemandangan salju dan yang lainnya. Tahun ini mereka ingin mencoba sesuatu yang baru. Dan Seychelles-pun menjadi pilihan mereka.
"I'M THE KING OF THE WORLD!"
"Awas Amerika! Nanti kau jatuh!"
"Ayolah Iggy! Sudah lama aku nggak naek kapal!"
"Iya, tapi nggak usah gitu juga bloody jerk!"
"Ooh~ kau khawatir mon-ami~?"
"S- Shut up frog!"
"Sudahlah~ tak perlu malu~ honhonhonhon~"
"HEEY IGGY! AYO SINI!"
"A- Apa-apaan sih?! Woy! AMERIKA!"
"Udah, nggak papa! Seru kok!"
Dan pemandangan ala Titanic pun dapat kita saksikan. Amerika terus berteriak kegirangan sementara England hanya berdiri bersandar pada Amerika dan mengenggam lengannya kuat-kuat dengan wajah semerah tomat Spain.
"HAHAHA! Tak kusangka kau takut ketinggian Iggy!"
"Si- Siapa yang bilang aku takut?! Aku cuman nggak mau jatoh burger freak!"
"Yayaa terserah kamu deh~!"
"Dasar kau—"
"Oii! Makan malam sudah siap kalian berdua! Jangan mesra-mesraan terus disana~!"
"BLOODY FROG!"
"ASIIIKK! Ayo Iggy! Aku sudah laper!"
Amerika pun turun dari pagar pembatas, membantu England yang masih gemetaran untuk turun juga. Melihat hal itu, Amerika tak bisa menahan tawa dan dibalas dengan sebuah pukulan keras di kepalanya. Mereka berduapun masuk kedalam untuk makan malam.
Setelah sampai di ruang makan, mereka menjumpai meja makan besar dan perabotan-perabotan antik menghiasi seisi ruangan. Benar-benar serasa berada di hotel bintang lima.
"Ngomong-ngomong Amerika.. gimana caranya kamu minjem kapal ini dari Afrika Selatan? Dia kan nggak begitu suka sama kamu. Mana kapalnya bagus gini.," tanya England.
"Err.. aku hanya membujuknya saja.. iya! Membujuknya!" Amerika menjawab ragu. Akan gawat jadinya jika England tahu cerita yang sebenarnya.
"Membujuknya dengan apa?" England masih penasaran.
"Err.. dengan.."
"Maaf, makanannya sederhana. Kami hanya menemukan beberapa bahan makanan di dapur. Masih ada beberapa untuk sarapan besok. Denmark dan Norway-san bilang kita akan sampai di Seychelles pukul 9 pagi besok," Japan berkata sambil membawa sekeranjang roti panjang dari dapur.
'Terimakasih Japan!' Amerika berkata dalam hati.
"Tak apa Japan, ini sudah cukup. Kalau begitu mari kita mulai makan malamnya," Germany berkata.
"Ve~ England! Amerika! Ayo duduk! Curry buatan France-nii-chan enak loh!"
England-pun berjalan dan duduk di sebelah Hong Kong. Amerika bernapas lega karena England tidak memaksanya menjelaskan asal-usul mereka mendapatkan kapal itu, dan duduk di sebelah Japan. Oh iya, sekedar kalian tahu saja, Afrika Selatan memang meminjamkan Amerika salah satu kapal terbaiknya, hanya itu saja. Tidak ada satupun kru kapal yang ia pinjamkan. Bahan makanan-pun hanya ia sediakan untuk perbekalan satu hari. Maklum, kapal gratisan gitu loh. Untunglah Denmark dan Norway bisa mengendarai kapal itu. Selama yang memasak di dapur adalah France dan Japan. Sebenarnya, England ingin membantu di dapur juga, tapi setelah didesak France, Japan, China, dan Amerika, ia menyerah dan berpikir untuk bersantai di geladak kapal. Yang pada akhirnya berujung pada kejadian kau-tahu-apa.
"Norway dan Denmark nggak ikut makan?" Prussia bertanya setelah melahap rotinya.
"Mereka bilang, mereka tidak bisa meninggalkan kemudi kapal begitu saja. Jadi, saya hanya membawakan makanan mereka ke ruang kendali," jawab Japan sambil meminum teh hijaunya.
"Ngomong-ngomong.. si kembar dimana aru?"
Semua yang duduk di situ otomatis melihat ke kanan dan kiri mereka. Benar juga, seharusnya mereka sadar bahwa aneh sekali jika makan malam itu berjalan dengan tenang mengingat South Korea ikut dalam perjalanan ini. Dimana mereka?
Di atap kapal..
"Kenapa kau terus mengikutiku.." North Korea berdiri menyilangkan tangannya dengan mata tertutup. Jelas sekali bahwa ia sedang marah.
"Ayolah~ sudah lama kita nggak pergi liburan bareng da ze!" South Korea adiknya hanya merengek di sampingnya. Masih dengan logat khasnya itu.
"Itu bukan jawaban kau tahu?" terlihat 4 tanda sekop menghiasi dahi North.
"Perkataanmu juga bukan pertanyaan dari awal da ze!" South Korea melawan.
North hanya menghela napas, menahan amarahnya. Dia sendiri juga bingung. Kenapa dia mau mengikuti saran adik bodohnya itu untuk liburan bersama?
Flashback..
"Hyung Soo-hyeong!" South memanggil nama asli kakaknya itu dan berlari ke arahnya setelah melihatnya di halaman belakang kantor PBB saat meeting selesai.
"Sudah kubilang jangan panggil aku dengan nama itu di tempat umum!" South hanya mendapatkan pukulan keras di kepala setelah berada di depannya. Ia hanya tertawa kecil sambil mengelus kepalanya yang sekarang benjol itu. North tersenyum kecil melihat wajah idiot adiknya.
Memang benar, setelah perang Korea hubungan mereka tidak sedekat dahulu. Tapi bertahun-tahun berlalu, hubungan mereka mulai membaik. North memperbolehkan South memanggil nama aslinya hanya jika mereka berdua saja. Begitu pula sebaliknya. Ia juga mulai lebih 'ekspresif' jika mereka hanya berdua. Sebuah awal yang baik bukan? Walau tetap saja, sifat tolol adiknya itu selalu membuatnya kesal.
"Nah, ada apa panggil-panggil? Aku mau pulang setelah ini," wajah dinginnya kembali lagi.
"Ah! Itu! Hyeong nggak ada kerjaan kan buat liburan natal?"
"Memangnya kenapa?"
"Daripada cuma diem di rumah, ikut aku sama yang lainnya liburan ke Seychelles aja da ze!"
"Seychelles?" North melihat ke sekelilingnya terlebih dahulu, memastikan mereka hanya berdua sebelum melanjutkan perkataannya.
"Yong Soo.. kau tahu kan aku tidak begitu suka dengan hal seperti ini?" Hyung Soo memanggil nama asli adiknya itu setelah memastikan tak ada orang lain selain mereka.
"Ayolah! Sudah bertahun-tahun kita nggak liburan bareng da ze!"
"Ditambah lagi si Amerika pasti ikut kan?"
Yong Soo terdiam. Dia tahu bahwa hubungan Hyung Soo dan Amerika tidak begitu bagus. Melihat reaksinya yang langsung terdiam, Hyung Soo tertawa kecil, tawa sarkastik.
"Sudah kuduga. Kalau begitu sudah jelas kan? Aku tidak akan ikut jika dia ikut. Titik."
"Ta- Tapi! China-hyeong sama Japan juga ikut da ze! Hong Kong juga! Ayolah hyeong.. pasti seru da ze!"
"…"
"Hyeong?"
"China-hyeong ikut? Nggak biasanya.."
'Kenapa tiba-tiba nanya'in yang itu?' South Korea bertanya dalam hati, lalu menjawab.
"Iya. Dia bilang pengen coba sesuatu yang baru di liburan natal. Jadinya dia ikut. Kalo dia ikut, otomatis Hong Kong juga ikut da ze!"
"Taiwan?"
"Sepertinya dia ada rencana dengan Vietnam da ze!"
"Aku ikut."
"Eh?"
"Aku bilang aku ikut. Kapan kapalnya berangkat?"
"Ehh.. Amerika lagi coba mbujuk Afrika Selatan buat minjemin kapal. Biar lebih cepet gitu da ze~"
"Begitu? ya sudah, kita tunggu saja di sini. Dan jangan bilang siapa-siapa tentang percakapan kita sekarang oke?"
"O- Oke.. janji da ze!" dalam hati, Yong Soo bingung dengan perubahan sifat kakaknya. Awalnya dia bilang tidak akan ikut, sekarang ikut. Dia kenapa sih? yah, yang penting dia mau ikut lah!
Sambil menunggu, keduanya membicarakan hal-hal lain sekedar untuk menghabiskan waktu. Sampai akhirnya China memanggil mereka untuk segera berangkat ke Afrika Selatan dengan pesawat. China tampak bingung saat tahu North Korea ingin ikut juga, tapi akhirnya ia tersenyum dan mengelus kepala laki-laki berkepang itu. Membuat wajah North Korea memerah seketika. Kedua orang lainnya tertawa sesaat dan ketiganya-pun berangkat ke bandara.
Flashback Ends..
Ah iya.. alasan dia mau ikut—
"HYEONG!"
Hyung Soo terperanjat sesaat mendengar suara Yong Soo tepat di telinganya. Berteriak.
"Nggak usah teriak napa?!" katanya marah.
"Habis.. Hyeong melamun dari tadi. Takutnya kesambet setan da ze.," jawab Yong Soo.
Hyung Soo hanya mengehela napas panjang.
"Aku cuma mikirin sesuatu aja.." jawab Hyung Soo ngasal.
"Ooh? Eh, ngomong-ngomong hyeong! Hyeong suka ya sama China-hyeong?"
…
Pertanyaan ini berhasil membuat wajah Hyung Soo merahnya bukan kepalang.
"Ja- JANGAN ASAL NGOMONG ADIK BEGO!"
"Hehehehe.. jadi bener ya da ze?"
"DIEM NGGAK?! animyeon badalo dangsin-eul deonjyeo! (atau kamu aku ceburin ke laut!)"
"IYAAAA IYAAA! Joesonghabnida (maaf)Hyung Soo-hyeong.. hehe."
"DIEM!"
"Iya~"
Hyung Soo duduk di atas salah satu bangku di atap itu, tangannya menutupi wajahnya yang masih merah, karena marah dan malu. Yong Soo hanya menahan tawa dan duduk di sebelahnya. Ini benar-benar pemandangan yang tidak boleh dilewatkan.
"Tenang aja hyeong, aku nggak akan bilang China-hyeong kok da ze!"
"Kau-!"
"Bilang aku apa aru?"
Panjang umur..
Si kembar Korea menengok kearah suara itu, mendapati China tak jauh dari mereka dan membawa beberapa potong roti dengannya. Makan malam sudah dimulai?
"Bu- Bukan apa-apa kok China-hyeong!" North Korea menjawab agak tergagap. Wajahnya masih merah.
"Hyung Soo? Kenapa wajahmu merah aru? Kau demam aru?" China bertanya sambil berjalan mendekat dan duduk di sebelah Hyung Soo juga.
"Ti- Tidak! Aku hanya.. sedikit kedinginan saja.." jawab North menundukkan kepala.
China memasang wajah cemas sementara South Korea masih menahan tawa.
"Ngomong-ngomong! Roti itu buat kita China-hyeong?!" South mulai angkat bicara.
"Oh? Iya. Kalian tidak muncul saat makan malam, jadi aku mencari kalian aru. Aku mendengar suara Hyung Soo berteriak dan datang kemari aru. Apa kalian bertengkar aru?" China mulai berkata dan memberikan masing-masing dari mereka satu roti panjang. Satu ia sisakan untuk dirinya sendiri.
"Tidak da ze! Kita hanya ngomongin sesuatu kok da ze!" jawab South jujur sambil melahap rotinya rakus.
"Ya sudah kalau begitu aru. Sebaiknya setelah ini kalian ke dalam aru. Hari mulai malam aru, dan kau bilang kau kedinginan kan Hyung Soo?" China bertanya lagi pada Hyung Soo.
Hyung Soo hanya mengangguk sambil menggigit rotinya pelan. Wajah merahnya mulai sulit dilihat karena sang surya sudah terlelap. Untung untuknya.
Mereka bertiga-pun mulai makan. Untuk China, begitu dia sadar bahwa si kembar tak ada di ruang makan, ia langsung saja mencari mereka. Dan perjalanannya berjalan seperti yang ia jelaskan. Jadi dia sendiri juga belum makan. Makan malam itu dihiasi dengan suara tawa South Korea dan suara lembut China. North Korea hanya mendengarkan sambil perlahan mengangkat wajahnya. Angin dingin yang berhembus hampir tak terasa tertutupi hangatnya kebersamaan. Sampai sesuatu menangkap pandangan South Korea.
"Itu apa da ze?"
.
.
Gimana? Bagus gak? Jelek ya? Ini baru permulaannya saja, cerita bener-bener dimulai di chapter berikutnya.
Dan.. apa ya yang dilihat Yong Soo? hohoho *PLAK*
Saya mohon reviewnyaa~~ saya butuh motivasi untuk cerita ini~~
Thx for reading :)
