Do you...
Believe in it?
What eye do you believe in it?
What voice do you believe in it?
What is your dedicated to believe in it?
Do you...
Believe me?
Nafasnya kacau, peluh bercuran jatuh bersama air matanya. Dia memukul pria dibawahnya dengan pemukul baseball berulang kali, meski tahu pria itu sudah tidak bernafas. Darah mengalir, mengotori tikar bambu. Matanya membelak, dia dihantui fantasinya sendiri...
When the Cicadas Cry
by Shoko Sumeragi
BLEACH an anime/manga series own by Kubo Tite
Higurashi no Naku Koro ni a Visual Novel own by Ryukishi07
Chaos;HEAd a Visual Novel develop by Nitroplus and 5pb
When the Cicadas Cry (actually the meaning of Higurashi no Naku Koro ni) a Fanfiction write by Shoko Sumeragi
Rating : M
Genre : Mystery/Suspense. Sci-fi, Romance, Crime
Language : Indonesian as main language. Japanese and English as minor languages
Warning : hard content, some lime scene, violent, crossover, semi-AU
Do You Believe in It?
#1. Ne? I~chi?!
What the...??
What the hell was going on??
Aku menatap sebuah hard-content di depanku. Lukisan abstrak di dinding putih yang di lukis dengan darah merah.
Blood...
What the hell was going on? Dimana aku sekarang?
Kedua mata coklatku membulat, bertentangan dengan otak kiriku yang mengerang, menolak menyimpan memori yang ada. Sementara otak kananku terlalu berani untuk memberikan energi agar aku merekam semuanya.
Gadis itu berdiri membelakangiku, dihadapannya, sesosok pria tidak dikenal tewas mengenaskan dengan kepala pecah dan tubuhnya terpaku di dinding. Ya, seluruh tubuhnya rusak oleh paku-paku yang menancap. Paku terbesar menancap di pelipisnya. Pemandangan ini seperti memaku sebuah boneka voodo di dinding agar pemiliknya dapat terus mengingat betapa bencinya dia pada orang yang dibuat boneka vodoonya.
Gadis itu memegang paku besar di tangan kirinya. Dan sebuah kapak besar di tangan kanannya.
Seem like she already knows, dia berbalik. Seluruh tubuhnya dilumuri darah, namun tubuhnya tak bercela. Tanda bahwa itu bukan darahnya. Mata ungu besarnya kosong, menatapku dengan senyuman tipis yang menggentarkanku.
Oh, man. This is the end of my useless life, I guess. Dia berjalan mendekat. Sialnya, kakiku justru malah mati suri saat ini. Aku tidak bisa berlari!!
Kulihat bagian kanan tubuh mengenaskan yang terpaku di dinding--tadi tidak kelihatan karena tertutup gadis itu--. Sebuah luka sepanjang 20 sentimeter, kukira. Sepertinya sama panjanng dengan mata kapak gadis itu. Melihat dari kondisinya, sepertinya luka itu disebabkan karena serangan bertubi-tubi. Oh my... Isi perutnya berhamburan keluar dari luka itu.
Kututup mulutku dengan tanganku sendiri, menahan mual yang berkoar-koar di dalam diriku.
Gadis itu berjalan mendekat, wajahnya tidak menampakkan ekspresi apapun. Air mukanya begitu tenang. Dia tersenyum tipis. Satu meter lagi, dan aku akan mati di tempat yang bahkan tidak kuketahui.
" Yokatta, ne. Aitai yo... " suaranya merasuki tulangku di tengah atmosfir yang mencekam. Aku merasakan pandanganku makin kabur dan akhirnya kehilangan keseimbangan. Samar-samar, kudengar suaranya menyebutkan namaku...
" I finally found you, Ichi..."
Aku terbangun. Kurasakan detak jantungku tak karuan. Kuatur nafasku. Keringat dingin mengucur dari pelipisku. Aku beranjak dari futon dan duduk bersandar di pintu geser.
" Yume..." gumamku sambil tersenyum pahit. Kurasakan bau yang tidak lazim. Bau karat, dan bau amis besi. Kusadari, aku memegang sebuah benda panjang.
Paku. Sama dengan yang ada dalam mimpiku.
Darah. Bau yang kurasakan dalam mimpiku.
" Argh!!" refleks aku melemparkan benda itu.
Nani shitteru no?
What will happen if you can't aparting dream and real?
Ore wa Kurosaki Ichigo, Jyu-go sai desu. Aku tinggal di sebuah desa kecil dibalik pegunungan tinggi yang seakan menyembunyikan eksistensi desa ini, Seireitei. Awalnya, aku tinggal di kota bernama Karakura, namun baru-baru ini aku dan keluargaku pindah ke mari.
Hari menunjukkan pukul 7 pagi, aku berjalan menapaki jalan kecil yang ada di Seireitei.
How long, i didn't feel... How nice, the air...
Aku menghirup udara pagi yang menyejukkan. Sesuatu yang tidak kutemukan di kota besar.
" Ichigo!!!" gadis berambut pendek itu melambai dari kejauhan.
" Oy! Tatsuki!!" aku berlari menghampirinya.
" Hisashiburi, ne..." katanya sambil memukul pelan perutku.
" Aku cuma absen dua hari, kok!" kataku.
Gadis tomboy ini adalah Arisawa Tatsuki. Dia satu grade di atasku, tapi tidak lebih tinggi dariku. Pembawaannya sangat aktif, ribut, dan terkadang maskulin.
Kami berdua berjalan bersama menuju sekolah di Seireitei. Seireitei hanya sebuah desa kecil. Hanya ada satu sekolah dengan satu ruang kelas disini. Semua grade belajar bersama disini. Aku bisa membayangkan, betapa susahnya sensei mengajar materi yang berbeda-beda setiap grade-nya.
Di sekolah, Tatsuki adalah yang paling tinggi grade-nya, sehingga ia menjadi ketua kelas. Sementara, yang paling muda adalah seorang anak berambut semi-dark green bernama Neliel Tu. Meski dia adalah yang paling muda, pembawaannya tenang. Dia juga seorang miko.
Di Seireitei, aku terseret kedalam sebuah klub yang dipimpin Tatsuki--entah klub apa itu, sepertinya lebih seperti geng--. Anggotanya adalah aku, Tatsuki, Nel, seorang anak yang sedikit lebih tua dari Nel tapi jahil dan sangat menyebalkan bernama Kusajishi Yachiru, lalu seorang gadis yang satu grade di bawahku, Inoue Orihime. Kami sering menghabiskan waktu bersama, dan pergi ke berbagai tempat untuk sekedar wisata kuliner.
" Sebentar lagi festival tahunan Seireitei, ya..." Tatsuki membuka obrolan di jam istirahat ini.
" Nel-chan, you maybe so busy, right?" kata Orihime.
" Hm... Sebenarnya tidak juga, aku sudah terbiasa..." kata Nel.
" Oh iya, ya. Nel-chan kan miko..." kataku.
" Hei! Ichigo! Kau kan baru saja pindah kemari, pasti masih buta arah dan tidak tahu tempat-tempat disini. Bagaimana kalau siang ini, kita melakukan tour keliling desa??" usul Yachiru.
" Hm... Bolehlah. Ho, tumben kau pintar?" sindirku.
" Baka!! Aku mencoba bersikap baik padamu! Duren!!" teriakknya.
" Urusai! Chibiko!!" balasku.
" Jeruk busuk!!!"
" Baka-pinku!!"
" Ah... Sudahlah kalia berdua..." Nel menengahi.
" Kalian berdua tampaknya semangat sekali..."
Suara yang asing, tidak! Aku kenal suara ini. Aku menoleh ke arah suara.
" Ne? I~chi?!" katanya sambil tersenyum. Matanya bulat besar, dengan warna ungu gelap.
What the hell was going on? Aku tersentak kaget, memutar kembali memori dari fantasiku semalam.
Gadis itu... Gadis yang ada dalam mimpiku!
" Ne, Rukia-chan!!! Hisashiburi!!! Sudah seminggu kau tidak masuk sekolah,"
" Ara... Jadi kalian merindukanku?"
" Ruki-nee baka! Jangan ge-er!"
Aku sudah tidak bisa fokus dengan dialog mereka. Kulihat, gadis itu. Tidak bercela, aku tahu. Namun dimataku, ia nampak sama dengan mimpiku!
Berlumuran darah dengan tatapan mata yang kosong.
" O... OMAE!!!!??" teriakku sambil menunjuknya.
" Hn? Doushite? Ichigo-kun?" tanya Orihime.
" Ah... Sou ka! Wakatta. Ichigo, ini Kuchiki Rukia. Dia memang tidak masuk selama seminggu ini karena sakit," kata Tatsuki yang langsung ke prasangkanya sendiri.
" Iie!!! Omae wa!!! Mu... MURDERER!!" teriakku. Semuanya nampak kaget. Sejenak suasana menghening.
" Ara... Ichi! Kau terlalu banyak menghayal!!" Rukia memegang pundakku. Aku menepisnya.
" Ichi-chan... Daijobu?! Don't worry..." Nel memegang wajahku dengan kedua tangan mungilnya.
" Seireitei is a pecefully place, no murder!" lanjutnya.
" U... USO!!! Aku melihat gadis ini membunuh tadi malam! Aku masih ingat dengan seluruh paku yang menancap di tubuh korban! Luka bacok sepanjang dua puluh sentimeter! Dan kapak yang digunankannya untuk memecahkan kepala korban sekaligus menyebabkan luka tersebut!" kataku.
Semuanya terdiam. Rukia tertawa lalu berjalan menghampiriku.
" Sou ka? Soushite, anata wa shijiareru? Whose eyes... do you believe, Ichi?"
Aku merasakan detak jantungku berbacu dua kali dari tempo yang seharusnya.
Sou, ne... Can I believe in it? Altough I'm in a fantasyland? Ataukah sebenarnya aku terjebak dalam kukungan waktu di atas realita?
TBC
Bagaimana? Membingungkan?
Sambil lewat, Saya mau melakukan voting :
Romance seperti apakah yang harus saya buat di fanfic ini nantinya?
a. Harem
b. Pairing biasa
c. Threesome
d. Friendship biasa
Tolong dijawab. Arigatou...^.^
Jikai, When The Cicadas Cry. 'Mochi for Hopeless'
Ichigo mulai bisa menerima Rukia, meski dia masih merasa harus menjaga jarak dengan gadis ini. Ichigo yang membantu Rukia, secara tidak sengaja mengetahui kebenaran dibalik Seireitei yang mungkin berhubungan dengan mimpinya. Lalu, Tatsuki...
Whose eyes those eyes?
