"Tornare a Quel Momento"
Summary :
Apa benar perasaanku ini? Atau hanya pelampiasan?
Disclaimer:
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning!
Sarat dengan misstypo, Gaje, Abal-abal, OOC, etc -_-
Hurt/Comfort, Friendship, Romance
Read and enjoy, then!
.
.
.
1st Chapter
© Elison Queen ©
.
.
.
Don't like, don't read.
Badan Neji masih gemetar ketika matahari sudah sepenuhnya menampakkan diri di cakrawala dan bergantung di langit, di belakang siluet hitam pepohonan seperti buah yang terlalu matang. Cengkraman tangan Sakura di pundaknya meninggalkan rasa nyeri yang menjalar ke punggung. Neji mengerang. Sakura segera menatapnya selama beberapa saat.
"Dia bukan berusaha mencuri bola milik klan Hyuuga itu," terang Sakura pada akhirnya. "Dia berusaha menghancurkannya. Aku pernah bertemu orang yang berusaha mencurinya sebelum ini, tapi kenapa sampai ada yang setega ini kepadamu? Aku tidak pernah bertemu mereka sebelumnya! Apa salahku pada mereka?"
"Mereka mengincarku," sahut Neji berat. "Yang tadi itu adalah salah satu orang yang pernah kutemui. Kurasa dia pemimpinnya—setidaknya pemimpin dari akatsuki. Itachi itu yang sebenarnya berkuasa. Dia pasti melihatku meninggalkan goa waktu ledakan dan sadar kita mencuri dengar percakapan mereka. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara mereka mendapatkan bola klan Hyuuga ini." Neji menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Apa yang sebenarnya mereka lakukan sampai mereka nekat membunuh kita untuk melindungi rahasia mereka? Apa sepenting itu?"
Sakura hanya memandangi teman satu misinya, Neji dengan prihatin. Ia ingat betul bagaimana kejadian itu terjadi. Andai saja dia tidak meminta kepada nenek Tsunade untuk membiarkannya mencari tahu dimana keberadaan Sasuke sekarang ini—pasti kejadian ini tak akan pernah terjadi.
Dan sekarang, saat matahari sudah naik dan pundak Neji terasa nyeri seperti ditusuk shuriken yang sangat tajam, mereka memasuki desa Konoha Gakure—ya mereka kembali. Neji belum bisa memecahkan misteri apa yang seharusnya dia dan Sakura ketahui. Yang dia miliki hanya setumpuk pertanyaan, dan serangan yang baru mereka alami hanya menambah pertanyaannya.
Neji menatap sakura yang sedang termenung. Ia tak pernah mengerti kenapa teman yang telah membawanya kedalam misi ini sangat ingin bertemu dengan Sasuke, si pengkhianat desa itu. "Sudahlah, Sakura. Aku tidak apa-apa. Jangan terlalu di khawatirkan." Katanya pelan dan seperti enggan menatap Sakura. "Aku hanya bingung, kenapa kau masih saja mencarinya."
"Neji, dengarkan aku. Sejujurnya, aku tidak menyukainya lagi. Aku hanya ingin mengetahui alasan ia sampai tega membunuh Lee." Sakura menarik napasnya dalam-dalam untuk menahan tangis. Dan Neji tahu itu. Bersama-sama, mereka berdua kembali berjalan menjauhi gerbang, mengikuti sebuah jalan yang paling mungkin membawa mereka ke jalan yang lebih ramai. Setengah jam mereka harus berjalan kaki sebelum akhirnya sampai di depan gedung Hokage. Jalan itu membelok tajam hingga hilang dari pandangan dan Neji mulai berjalan menyusurinya, tapi dia berhenti ketika mengetahui Sakura tidak mengikutinya. Dia berbalik dan menatap Sakura penuh tanda tanya.
"Ada apa?"
Sakura menggeleng, "Apa kau tak ingin ke rumah sakit dulu sebelum.. eerhm?" Tanya Sakura. Neji hanya menatapnya dengan serius. "Apa? Dengan keadaanku yang memar seperti ini? Sakura, aku tak apa-apa." Neji melangkahkan kakinya memasuki pintu gedung Hokage, lalu menoleh ke belakang mengahadap Sakura. Ekspresinya tidak benar-benar menyiratkan kalau dia baik-baik saja karena Sakura yakin, memar yang ada di sekujur tubuh Neji itu bukanlah memar biasa. Ada yang salah dengan Neji. Ketika Sakura sedang mencoba menyalurkan chakranya untuk Neji, Neji langsung terbangun dan berkata ia ingin melanjutkan perjalanan dan dengan terpaksa, Sakura menghentikan penyaluram chakra-nya. Akhirnya, ruang yang dicari berada tepat di depan mereka. Sebuah plakat perak bergantung di salah satu pilar dan diatasnya terukir kata-kata: "Ruang Hokage."
Sebelum Sakura ciut, Neji mengetuk pintu ruang tersebut.
Seorang wanita sambil menggendong binatang peliharaannya yang berupa babi atau buta membuka pintu. Dia menatap Neji dan Sakura secara bergantian.
"Apa ada nenek Tsunade didalam, Shizune?" Tanya Sakura.
Wanita itu—yang bernama Shizune mengangguk dan segera menyuruh mereka berdua masuk. Seorang wanita yang hampir berusia lima puluh tahun namun tetap awet muda tengah duduk di kursi besar yang berada di tengah ruangan sambil menandatangani dokumen misi.
"Ada apa denganmu huh, the Decision Maker?" Tanya Tsunade yang kemudian menghentikan kegiatan menandatangani dokumen-dokumen tersebut.
Neji, orang yang merasa ditanya itu langsung menatap Tsuande dengan tatapan biasa saja, "Biasa, serangan akatsuki. Merepotkan."
"Jadi, apa kalian akan tetap melanjutkan misi ini?" Tanya Tsunade sambil melihat memar yang ada di tubuh Neji. Rasanya tidak mungkin Neji akan melanjutkan misi dengan keadaan yang seperti itu. Tsunade adalah medic-nin terhebat di Konoha. Ia tahu, memar yang ada pada tubuh Neji bukanlah memar biasa. Sakura yang merasa telah merepotkan Neji dan penyebab Neji mengalami memar itu terdiam.
"Nenek, aku rasa aku akan b.." Tiba-tiba sakura menghentikan kata-katanya. Terasa ada sesuatu yang baru masuk ke dalam mulutnya.
Ya Tuhan.
Apa ini? Ah, ini sepertinya kaos kaki.
Hah? KAOS KAKI?
Dan siapa yang memasukannya?
. . . . .
NEJI HYUUGA?!
Neji, si pemilik tangan yang menjulurkan kaos kaki ke dalam mulut Sakura itu menatap Sakura tanpa rasa bersalah. "Maaf, Sakura. Tapi ini bukan kaos kakiku. Ini kaos kaki keramat milik Kiba yang dipinjamkannya padaku." Ujarnya biasa saja, "Dan nenek Tsunade, tentu saja kami akan tetap melanjutkan misi ini."
Nenek Tsunade sedikit tertawa melihat Neji dan Sakura. "Kukira kalian akan membatalkannya. Ternyata kalian adalah partner yang baik ya." Kata-kata Tsunade tadi hanya dijawab dengan keheningan.
" Ya sudah, kembalilah kerumah masing-masing. Aku akan memberi kalian waktu satu hari untuk istirahat." Tsunade terdiam. "Dan Sakura, kau harus mencuci mulutmu dengan deterjen, karena air tak akan mampu menghilangkan bau kaos kaki Kiba itu."
"Bagaimana nenek bisa tahu air tidak mampu menghilangkan bau ini?" Tanya Sakura.
Krikk, krikk. Tsunade terdiam beberapa saat.
. . .
. . .
"Karena aku pernah mengalami kejadian sepertimu."
"HAH?!" Sakura terlihat bingung dan begitu shock—berbanding terbalik dengan Neji yang biasa saja, sepertinya Neji tahu kejadian itu. "Siapa yang berani melakukannya kepada nenek?" Tentu saja Sakura tak berani membayangkannya, kau tahu apa yang akan terjadi pada orang yang berani melakukan itu pada seorang Hokage? Mengerikan!
"Kau tahu, temanmu si rambut kuning bodoh itu. Sudahlah, nanti mulutmu akan terasa asam jika terus bertanya." Tsunade melanjutkan menandatangani dokumen yang menurutnya menyusahkan itu. Sakura dan Neji izin untuk pulang kerumah masing-masing. Dan memang benar, Sakura merasakan asam kecut di mulutnya karena kaos kaki Kiba itu. Akhirnya Sakura mengajak Neji menemaninya mencuci mulut dengan detergen.
"Neji, ini semua salahmu! Kenapa kau mencegahku untuk membatalkan misi itu? Dan memakai kaos kaki Kiba lagi! Berapa lama sih kiba tidak mencuci kaos kakinya?" Sakura menggerutu.
"10 tahun."
"HAH?! Kau memasukkan kaos kaki 10 tahun yang tak pernah dicuci?! Kau akan membalasnya NEJI!" Sakura menggerutu sambil mencuci mulutnya.
Neji tiba-tiba memutar balikkan badan Sakura dan mengangkat wajah Sakura. Sekarang Sakura dapat merasakan hidung mereka menyentuh satu sama lain. Nafas mereka terasa satu sama lain. "Maafkan aku, Sakura." Neji berkata dengan pelan, namun jelas. Tak tahu mengapa hati Sakura berdegub kencang. Neji sudah berjalan menjauh dari tadi, Neji berhenti dan mengahadap Sakura yang sama sekali tak punya reaksi. "Sakura, apa kau akan berdiri diam disana terus?" Neji kemudian melanjutkan jalannya menuju pintu gedung Hokage.
XXxxXXxxXX
"Apa? Kau menjalankan misi berdua dengan Neji? Wah, aku ingin jadi dirimu, Sakura. Bagaimana bisa?" Ino bertanya dengan antusias. Aku, Hinata dan Ino sedang berada di toko ramen. "Kau tahu bagaimana nenek Tsunade. Dia bilang Neji adalah orang yang dapat diandalkan—emang nenek pikir aku tak bisa diandalkan apa? Dan asal kau tahu saja, mulutku hampir saja terkena racun Kiba." Sakura memasukkan sesuap mie ramen ke dalam mulutnya."Kok bisa?" Ino bertanya dengan antusias.
Tiba-tiba, Naruto, Sai, Chouji, dan Kiba datang ke toko ramen itu. Dengan sigap Ino menendang dan meninju-ninju Kiba dengan segenap kemapuannya.
"Hei-hei, apa-apaan ini? Aku tak mengerti." Kiba mengerang kesakitan. Sakura yang mengerti perubahan sikap Ino itu segera melerainya. "Ino, bukan Kiba pelakunya, tapi Neji Hyuuga!"Sakura menjelaskan kepada Ino. Ino ternganga mendengar perkataan Sakura barusan. Apa barusan ia bilang Neji Hyuuga? Pasti salah! Itu pasti Kiba Inuzuka!
"Ada apa ini?" Naruto bertanya sambil tertawa lima jempol kaki.
"Sakura bilang dia hampir terkena racunnya Kiba." Ino menerangkan.
"Racun? Racun apa?" Chouji dan Sai bertanya dengan was-was. Jangan-jangan selama ini mereka diracuni sehingga mau berteman dengan Kiba *Peace.
"KALIAN SALAH PAHAM! NEJI HYUUGA MEMASUKKAN KAOS KAKI KIBA YANG KIBA PINJAMKAN ITU KEMULUTKU!" Sakura berteriak supaya semua mendengarkannya.
"HAH?! Sekarang dimana kaos kaki kesayanganku itu. Motifnya anak hamster loo."
"Neji melakukannya?"
"Kau bercanda?"
"Pasti kau salah orang, Sakura!"
"TAPI MEMANG DIA!" Sakura telah habis kesabarannya. Dia segera meneguk minuman yang telah dipesannya.
"Be-rar-ti, Neji itu, hmm.. Anu Saku.." Tiba-tiba Hinata angkat bicara.
"Hina, sepertinya aku harus segera kembali kerumah untuk beristirahat. Sudah dulu ya teman-teman. Daaaag!" Sakura segera berlari dengan buru-buru. Tak ada yang sempat mencegatnya.
"Apa yang ingin kau bicarakan, Hinata?" Tanya Naruto, Ino, dan Kiba. Sedangkan Chouji dan Sai hanya mengangguk pelan.
"An-u, sepertinya Neji me-nyukai Sakura."
"HAH?!"
"Hinata? Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Chouji sambil memasukkan potato chips ke dalam mulutnya.
"A-ku ini adik-nya, Chou-ji. A-ku hanya jarang mendengar Neji melakukan hal seperti itu. Di de-pan nenek Tsunade apalagi. Neji ba-nyak diam." Hinata menjelaskan dengan detail.
Semua terdiam. Tertegun memikirkan kata-kata Hinata barusan. Mereka memang jarang mendengar Neji menyukai seseorang, apalagi dekat dengan seorang cewek—kecuali Hinata ini dan tentu saja Tenten, teman satu misinya dulu yang telah meninggal akibat serangan Orochimaru, tetapi sepertinya Neji tak terlalu dekat dengan Tenten. Neji memang kakak yang sangat protektif terhadap Hinata.
"Jadi?" Naruto bertanya. "Apa pendapat kalian, teman-teman?"
XXxxXXxxXX
"Apa kau sudah siap, tuan Hyuuga?" Tanya Sakura semangat.
"Ya. Dan jangan panggil aku tuan Hyuuga, Haruno." Kata-kata Neji langsung disambut tawa oleh Sakura, "Baiklah, dan jangan panggil aku Haruno."
Sakura sebenarnya tidak terlalu mengenal Neji Hyuuga. Dia mengetahui Neji hanya karena Neji kakaknya Hinata, pemilik kekkei genkai Byakugan. Rekan satu timnya Rock Lee dan Tenten, murid Maito Gai. Seseorang yang dingin dan tenang. Dan Sakura baru sadar, ternyata Neji adalah orang yang sangat MENYEBALKAN!
"Neji, Sakura. Tunggu sebentar! HOY! WOY! ADAWW!" Panggil seseorang dari kejauhan. Sudah bisa di tebak itu adalah suara Naruto Uzumaki. Kami berhenti dan menunggu Naruto menghampiri kami. "Kenapa kalian jalan cepat sekali dan sepertinya kalian harus memeriksakan telinga kalian ke nenek Tsunade. Ini ada surat dari nenek bawel itu!" Sambil mengatur nafasnya, Naruto memberikan gulungan kertas yang berasal dari nenek Tsunade. Neji yang membacanya. Kemudian Neji terdiam dan Sakura yang tak sabar mulai angkat bicara, "Ada apa Neji?"
"Kita akan ke desa Suna, Kazekage mereka, Gaara sedang sakit. Kau—sebagai medic-nin harus mengobatinya, dan aku yang akan menjagamu. Sebaiknya kita juga mencari tahu informasi keberadaan Sasuke di desa ini." Neji menjawab pertanyaan Sakura dengan tenang. Sakura mulai merasakan pipinya akan berubah warna. Nenek itu! Kenapa menyuruh Neji menjagaku . Batin Sakura dalam hati. Apakah kata-kata itu seperti—sepasang kekasih yang akan menikah? Harus menjaga satu sama lain.
"Yasudah, kami pergi dulu, Naruto." Sakura berkata sembari menghilangkan rona merah di wajahnya. Sepertinya sebentar lagi Sakura akan menjadi seperti Hinata.
NEJI POV
Aku dan Sakura meloncat dari pohon ke pohon sudah cukup lama. Desa Suna sangat jauh dari Konoha. Di tengah perjalanan, aku merasa dadaku sesak, sakit bukan main. Aku pernah merasakan ini sebelumnya, saat aku dan Sakura kembali ke desa Konoha setelah kami melawan anggota Akatsuki. Tapi, sakit ini, sakit yang luar biasa. Sakit yang tak dapat aku jelaskan. Sesak. Melihat ada sungai yang membentang di depan kami, akupun meminta Sakura beristirahat sebentar disini. Sakura bermain dengan jernihnya air sungai sedangkan aku duduk di salah satu pohon besar. Aku memegang dadaku. Terasa sakit yang tak dapat kujelaskan.
Tiba-tiba Sakura beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke tempatku berada.
"Neji, apa kau tidak apa-apa? Kau terlihat pucat?" Dia bertanya padaku dengan khawatir. Ke-kahwatirannya hanya sebatas teman, Neji. Pikiranku mulai menghantuiku. Dadaku semakin terasa sakit. Aku hanya tenggelam dalam duniaku sendiri.
"Neji, aku akan memeriksamu. Kau tidurlah dulu disini." Sakura menatapku sebentar dan membaringkanku di rumput. Aku tahu, ke-khawatiranmu padaku hanya sebatas teman. Kau lebih khawatir kepada Sasuke, Sakura. Pikiran itu terus menghantuiku. Sakura, tolong jangan terlalu perhatian seperti ini padaku, kau tahu, perhatianmu itu membuatku sakit Sakura. Aku terus melihatnya berlari ke sungai mengambil air, merogoh tasnya mengambil makanan dan kembali ke tempatku. Dia berusaha menyembuhkanku dengan chakra hijau medic-nin yang dimilikinya.
Setengah jam berlalu. Kami tenggelam dalam keheningan. Kulihat kembali wajah Sakura. Dia terlihat sangat lelah dan lemas.
"Sudahlah, Sakura." Aku mencoba memberi pengertian. "Aku tidak apa-apa. Jangan habiskan tenagamu."
"Tapi, lukamu cukup parah, Neji. Kukira ini akibat luka yang di timbulkan anggota akatsuki kemarin. Maafkan aku, Neji." Sakura mulai menitikkan air mata, andai saja Sakura tahu, apapun akan ku lakukan untuknya. Apapun. Aku langsung bangkit dan duduk bersandar di salah satu pohon yang dekat denganku. Aku memeluknya sebentar. Ya, itu membuatku tenang. Sakura segera mengambil tempat duduk disebelahku. Tapi seketika aku merasakan dadaku kembali terasa sakit. Ingat, Neji. Di hatinya hanya ada Sasuke, kau hanyalah teman. Aku mengusap air mata Sakura, aku tak ingin melihatnya menangis. Akhirnya, Sakura terlelap di bahuku.
SAKURA POV
Selama beberapa jam berikutnya, kami melakukan perjalanan tanpa henti dengan melompat dari pohon ke pohon. Melewati hutan dan semak belukar. Akhirnya kami beristirahat setelah melihat sungai yang jernih membentang di depan kami. Aku menghembuskan nafas lega dan menjatuhkan tasku di tanah di bawah salah satu pohon besar. Dan segera menuju tepi sungai untuk bermain air. Aku menoleh ke arah Neji. Wajahnya pucat. Apa yang terjadi padanya?
"Neji, apa kau tidak apa-apa? Kau terlihat pucat?" Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan mendekati Neji. Neji hanya diam. "Neji, aku akan memeriksamu. Kau tidurlah dulu disini." Aku segera membaringkan Neji di atas rumput.
Aku mengambil air sungai untuk menjadi air minum. Makanan? Oh iya, Hinata tadi membawakan bekal untukku. Aku segera merogoh tasku dan mengambil kotak makanan. Ah, onigiri! Makanan kesukaan Neji (note : aku tahu dari Hinata, dia pernah cerita kepadaku. Dan jangan sebut aku sebagai stalker). Dan aku sibuk mencari tanaman obat disekitar sungai ini. Mengapa aku begitu khawatir kepada Neji? Apa perasaan ini sebenarnya? Apa benar aku sudah melupakan Sasuke seutuhnya? Apa ini cinta? Atau hanya pelampiasan? Aku langsung berlari dan chakra hijau pun keluar dari tanganku.
Sudah setengah jam chakra hijau itui mengalir dari tanganku. Aku sudah sangat lemas. Tapi, aku sangat ingin membuat Neji sembuh.
"Sudahlah, Sakura." Tiba-tiba Neji mengeluarkan suara. Dia langsung menatapku, "Aku tidak apa-apa. Jangan habiskan tenagamu."
"Tapi, lukamu cukup parah, Neji. Kukira ini akibat luka yang di timbulkan anggota akatsuki kemarin. Maafkan aku, Neji." Neji kemudian bangkit dan duduk bersandar di salah satu pohon dekatnya. Dia kemudian memelukku. Tenang rasanya berada di pelukan Neji. Kurasakan Tubuhnya masih gemetaran, salah satu tangannya menyentuh dadanya. Aku tak tahu sakit seperti apa yang di rasakan Neji saat itu. Kemudian Neji mengangkat kedua tangannya dan mengusap air mataku. Aku tak mampu menghentikan air mataku itu. Yang aku tahu, aku tertidur di bahu Neji.
Hari sudah malam. Aku terbangun saat mendengarkan krasak-krusuk dari semak semak di sebrang sungai. Neji masih tertidur. Aku bangkit dan berjalan ke arah tepi sungai. Ada orang! Sesaat kemudian mereka menyerang aku dan Neji dengan kunainya.
"NEJI!" Sepertinya teriakanku itu mebangunkan Neji. Tapi kunai itu semakin menjadi-jadi menyerang kami. "Pergilah dulu, Sakura." Neji menyuruhku. Untuk pergi. Tapi, hatiku berkata lain, "Tapi.."
"Pergilah!"
Akhirnya aku melanjutkan perjalananku. Neji.. Neji, semoga kau selamat. Aku terus berdoa. Mentari sudah mulai muncul di ufuk timur dan aku masih tetap berjalan. Akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat. Bagaimana kabar Neji sekarang? Apa dia baik-baik saja? Aku kemudian mulai menangis mengingat keadaan Neji memang kurang baik. Dan sekarang? Neji harus melawan seorang bahkan mungkin segerombolan orang dengan keadaan yang sedang sakit. Dan penyebab ini semua terjadi adalah aku. Aku menangis sambil memeluk lutut kakiku. Aku mengelap air mataku dengan tisu dari tangan di sebelahku.
Tunggu dulu! Tisu? Pemberian siapa ini? Sepertinya ada seseorang di belakangku! Aku mulai menghentikan tangisku. Namun, kemudian, orang ini membekapku dengan cara menutup mulutku. Memberontak, itulah yang saat ini kulakukan. Neji, tolong aku. Air mata tergenang di pelupuk mataku. Orang ini membalikkan badankku supaya aku menghadapnya. Dan..
"Neji! Kau baik-baik saja?" Aku tak mampu berkata-kata lagi aku segera memeluknya. Dia terlihat begitu berantakan. "Bagaimana kau bisa menemukanku?" Aku bertanya dengan bingung.
"Mudah saja. Aku ini Hyuuga, Sakura. Apa kau lupa?"
Aku benar-benar lupa kalau Neji berasal dari klan Hyuuga dan ciri khas klan Hyuuga adalah Byakugan mereka. Apa kejadian semua ini sudah membuatku mengalami amnesia? Masa bodoh. Aku tak perduli. Dan yang kutahu sekarang Neji datang tak sendirian..
Dia sedang bersama..
"KAU!" Aku mulai berteriak.
"Hai, apa kabar?"
^TBC^
Author yang bacod:
Horee! Akhirnya fic kedua ini udah selesai ^.^
Kenapa fic kedua? Karena sebenarnya aku udah buat fic pertama, pairnya GaaHinaSasu *Ehh, Cuma mungkin kayaknya banyak kesalahan jadinya mau di perbaiki dulu (belon juga di publish -")
Aku minta maaf nih, chapter pertama ini kayaknya membingungkan. Saya akan membuat yang lebih baik lagi di chapter selanjutnya. Saya ini masih Author yang Newbie, jadi maklum kalau fic ini dibawah garis kemiskinan. (saya tahu :D)
Mumpung saya ini adalah author yang jujur (hahaha, boong banget), jadi saya pengen cerita.
Pertamanya saya pengen buat pairnya cerita diatas GaaHina *Lagi* (Soalnya saya demen banget dengan Gaara, coba ada pairnya itu GaaAku 3xD),cerita ini seharusnya Neji, Hina dan Gaara ini ditugasin buat nyelesein misi, terus nanti selama melakukan misi, Hina punya getaran getaran cinta gitu dengan Gaara. Terus Hina curhat dengan Neji, kakaknya. Eeeh, Neji nggak setuju. Dan seterusnyaaaa. Cuma, ada sedikit penyimpangan sosial karena kaos kaki Kiba mengalihkan duniaku. :D (Ya elah, ceritanya bukan sedikit penyimpangan sosial lagi, tapi banyak penyimpangan sosial -_-)
Tentang bola milik klan Hyuuga itu 100% asli ngarang :D.
Kayaknya pidato singkat saya cukup sekian deh. Akhir kata, mind to review?
Note : Ditutup dengan tari hula-hula campur jaipongan oleh Neji Hyuuga, Gaara Sabaku, Sasuke Uchiha, Shino Aburame, dan Kakashi Hatake (Biar Jelas, klan terhormat itu masih bisa dipake buat tari penutup acara kondangan. Contact me for information *Loh? Juga bisa tambah anggota akatsuki Loo.. Minat? RnR please - Kesempatan :D)
Lots of Love,
ElisonQueen
Grazie, Thank You, Gomawo, Danke, Gracias ^.^
