Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : AU. OOC. Flash. Sakura POV. Bahasa gahoel.

"Papamu nggak mau rujuk kembali sama Mami. Dia bilang nggak ada kisah lagi diantara kami, karena sekarang dia udah jatuh cinta sama tante-tante klemer yang matanya katarak itu!"

Mami ngamuk-ngamuk. Perjuangannya buat ngedapatin kembali hati Papi, setelah dua tahun bercerai, berakhir dengan kekalahan, karena Papi lebih memilih untuk menikah lagi dengan rekan bisnisnya yang cantik. Perempuan kaya pewaris Hyuuga Group.

"Padahal apa coba kurangnya Mami? Mami ini hot mom, masih cantik dan seksi walaupun udah punya anak segede kamu!"

Mami terus mengomel sambil ngaca dan dandan. Hari ini Papi resmi nikah sama ... Perempuan yang kata Mami si Tante klemer itu. Aku belum pernah ngeliat sih, tapi ... Cewek manapun kalau disandingin di samping Mami aku yang punya sifat sadistik dan masokis, tentu bakal kelihatan klemer.

Kalau kalian pikir Mami nggak bakal datang ke acara pernikahan Papi Naruto, karena patah hati, kalian salah. Justru Mami sangat bersemangat untuk pergi ke sana. Dia mempersiapkan diri sejak jam enam pagi. Ke salon, maskeran, luluran, meni-pedi, ngubah gaya rambut, ke butik untuk memilih gaun, dan lainnya. Padahal hari ini yang nikah Papi, tapi kenapa Mami repotnya ngalahin si pengantin perempuan? Haduh.

Mami Karinku yang cantik bin seksi ini pengen tampil sesempurna mungkin di acara pernikahan Papi. Dia mau nunjukin sama semua orang kalau mantan istri Papi itu jauh lebih hot dan seksi daripada istrinya yang sekarang.

Lihat aja penampilan Mamiku saat ini. Sekseh abisss. Dia make gaun hitam panjang-ketat-berbelahan dada rendah, dengan punggung yang terbuka, rambut merahnya yang ngejubleh yang dulu panjangnya sepunggung dan ala harazuku style, sekarang diubah jadi pendek banget dengan potongan ala rambut baru Kristen Stewart.

Ckckck. Sebagai anak kenapa aku malah jadi minder ngeliat penampilan Mamiku sendiri? Aje gilee.

"Sakura."

Memasukan kembali lipstik berwarna pink muda ke dalam tas tanganku, aku menoleh melihat Mami berdiri dengan gaya yang elegan di depan cermin.

"Apa Mi?"

"Gimana penampilan Mami menurut kamu?" Dia berputar dengan gaya bak peragawati di atas catwalk.

Aku mengerutkan bibir. "Cakep," jawabku sekenanya.

Mami cemberut. "Masa cuma cakep doang?" Dia berjalan menghampiriku, mata rubynya tampak mengamati penampilanku dari atas sampai bawah. Aku memakai gaun sutra berwarna merah muda pucat yang panjangnya selutut, dipadu dengan blezer cream lengan pendek, dan sabuk hijau berwarna senada dengan mataku sebagai pelengkapnya. Rambut merah muda panjangku, bagian bawahnya kubuat kriting. Mami membantu memake'up-ku, beliau meriasku dengan gaya smooky eyes yang dramatis, sehingga memberi kesan gadis polos yang nakal untukku.

"Iya deh Mami seksi, luar binasa seksinya," cibirku.

Mami nyengir. Menjatuhkan beberapa helai poni untuk menutupi jidatku yang terlalu lebar ini, Mami kemudian tersenyum puas.

"Biar nyaho Papimu. Mami berpenampilan begini buat nunjukin sama Papi, kalau Mami lebih cantik dan seksi dari istrinya sekarang. Dan Mami juga udah move on dari dia!" Katanya bersemangat.

"Tapi Mi, bukannya orang yang bisa move on itu, orang yang udah bisa jatuh cinta lagi dan punya tambatan hati lain?"

Selama dua tahun berpisah Mami Karin kan susah banget move on dari Papi Naruto. Beliau udah kayak stalker gila, setiap hari hobinya ngintilin Papi Naruto kemanapun Papi pergi. Dan tiap malam juga Mami tidurnya bukan melukin guling, tapi malah meluk foto Papi yang lagi nyengir pepsodent.

Kalau sekarang Mami bilang dia udah move on dari Papi, aku nggak bakal percaya.

"Nanti juga Mami bakal jatuh cinta lagi." Mami memberi isyarat padaku untuk keluar dari kamar. Kami siap berangkat ke hotel tempat resepsi Pernikahan Papi dan Mama tiri Hyuuga (sumpah, aku nggak tahu siapa namanya. Dan aku juga belum pernah ketemu sama orangnya!)

"Nanti?"

"Di resepsi pernikahan Papi kamu. Papi kamu kan pengusaha terkenal, dan pastinya di sana juga banyak pengusaha ganteng yang tajir. Doain Mami jatuh cinta sama salah satu diantara mereka ya," katanya genit.

"Yeee. Kalau jatuh cintanya salah sasaran gimana Mi? Masih mending kalau jatuh cintanya sama Duren-duda keren. Tapi kalau jatuh cintanya sama suami orang ..."

"Tak ada rotan akar pun jadi Sayang, tak ada duda keren suami tajir pun tak apa."

Dasar Mami sedeng!

Pesta resepsi pernikahan Papi Naruto sangat meriah. Ruang gedung hotel berbintang yang (kutebak) awalnya berwarna putih gading, disulap jadi bernuansa Lavender dan pink-kayak warna rambutku.

Papi Naruto kelihatan ganteng dan keren banget make tuxedo hitam pernikahannya. Dia berdiri gagah di pelaminan, di sebelah istri barunya.

Istri Papi yang ini namanya Hinata Hyuuga, aku baru denger salah satu tamu undangan nyebutin namanya tadi. Ck. Anak macam apa aku yang nggak tahu nama Ibu tirinya sendiri? Tante Hinata ini cakep sih, cakep banget malah, sebelas dua belas sama Mami. Cuma kalau Mami kelihatan hot, nyentrik, dan gak pedulian, Tante Hinata malah keballikannya. Dia kelihatan keibuan dan manis banget.

Rambutnya warna ungu tua gelap, aku nebak kalau rambutnya panjang, karena sanggulnya lumayan gede. Tapi ... Eto ... Matanya aneh. Itu asli ya, atau cuma lensa kontak? Hal pertama yang bakal aku tanyain sama Tante Hinata setelah dikasih quality time sebagai Ibu dan anak tiri nanti adalah soal matanya. Itu pasti!

Papi Naruto girang banget waktu tahu aku hadir di respsi pernikahannya. Dia meluk aku erat, kemudian langsung ngenalin aku sama istrinya yang cantik. Tante Hinata!

"S-se-senang bertemu denganmu Sakura. Ssemoga kita bisa dekat dan menjadi teman yang baik."

Astaga buah naga yang ilang tiga ... Nih cewek selain punya mata aneh yang unik, ternyata dia juga punya penyakit gagap ya? Dan pemaluuuu bangeeet. Wadew, jadi nggak sabar pengen lihat Papi Naruto versy junior yang keluar dari Tante Hinata. Apa dia bakal nggak tahu malu kayak gen yang dituruni Papi Naruto sama Mami Karin ke aku? Atau dia bakal malu-maluin, karena Mamanya terlalu pemalu?

Haduh ngawur!

Pesta berlangsung meriah. Papi Naruto dan Tante Hinata tampak begitu bahagia di atas pelaminan, beberapa kali Papi Naruto diseret oleh MC ke panggung, dia dipaksa menyanyikan lagu untuk Tante Hinata. Dengan malu-malu, dan suara yang serak-serak sember, Papi Naruto menyanyikan lagu 'Janji Suci'nya Yovie n' Nuno untuk Tante Hina. So sweet.

Sementara Mami ... Well, kayaknya dia benar-benar udah berhasil move on dari Papi Naruto. Lihat aja ... Tuh dia lagi berdansa romantis sama Om-Om aneh berambut uban yang make masker. Beberapa kali Mami tertawa manis dan tersipu malu. Itu hal yang jarang dilakuin Mami Karin sejak cerai sama Papi Naruto. Dan semoga aja si Om berambut uban itu duda atau perjaka tua, karena kalau dia suami orang, jalan ceritanya jadi berabe.

Aku duduk di area penyedian makanan bersama Om Chouji, teman Papi yang punya restoran gede dekat tengah kota. Papi Naruto nyewa katering Om Chouji buat pesta pernikahannya.

Jangan salah, walaupun endut, ngegemesin, dan imut, Om Chouji itu jago masak lho. Dan semua jenis makanan yang dia masak itu enak-enak. Kayak sate kambing, kambing guling, semur, steik, pasta, dan lain-lain. Kabarnya dulu Om Chouji sempat diminta sama produser Mastercheff U.S.A buat ngegantiin Gordon Ramsey sebagai juri di acara memasak kelas dunia itu. Tapi Om Chouji nolak, katanya dia lebih senang memajukan acara memasak di negaranya sendiri. Wah, Om Chouji patriotik sekali.

"Sate kambing apa kambing guling ya?" Aku mau makan, dan aku bingung milih diantara dua menu itu. Aku suka hal-hal yang berbau kambing.

"Sakura?"

"Hmm?"

Aku berbalik dan melihat seorang Om-Om ganteng berambut gelap yang berdiri menjulang di belakang aku. Dia tinggi, rambutnya rada mirip pantat bebek, kulitnya pucat, matanya tajam, dan bibirnya seksi. Kalau kalian tanya dia mirip aktor hollywood yang mana, jawabanku pastilah Om Neal-Matt Bommer di serial White Collar.

"Kamu Sakura Uzumaki kan?" Dia mengulang pertanyaannya, tampak ragu. Dia memperhatikanku dari ujung kaki sampe ujung kepala.

Aku mengangguk. "Iya," jawabku mengerutkan bibir. "Tapi Om ini si ... Hwaaa!"

Tanpa tedeng aling-aling si Om, yang aku curigai, sebagai Om-Om senang ini tiba-tiba memeluku erat, mengangkatku dari lantai, dan memutarku gembira.

Hwaaaa apa-apaan?

"Rambut pinkmu kelihatan familiar. Ternyata kamu benar-benar Sakura." Dia menurunkanku kembali. Sorot mata hitamnya tampak lembut dan hangat menatapku.

Oh, God! Ganteng banget.

Mamiii, aku melelelehhh.

"Kamu udah besar ya sekarang." Dia tersenyum lebar.

Ya iyalah, tiap tahun kan aku tambah tinggi, dan beratku juga seimbang ama tinggiku.

"Ummm. Om ini siapa ya?" Tanyaku memberanikan diri.

"Aku Uchiha Sasuke. Sahabat Ayahmu. Yang dulu sering main sama kamu waktu kamu masih bayi, sampai usiamu tiga tahun."

Errrrrrrr. Gak inget tuh, sumpah!

Om Sasuke terkekeh melihat ekspresi berpikirku. Dia pasti tahu aku sedang mencoba mengingatnya.

"Dulu Om yang sering gantiin popok kamu waktu kamu ngompol dan ngebom," katanya. Sorot matanya bersinar geli.

Rasa kagum berubah menjadi tengsin, dan rasa tengsin berubah menjadi ilfeel. Masa nih orang ngaku terang-terangan kalau sejak bayi aku sering ngompol dan ngebom sementara dia ngegantiin popok aku? Waktu itu Papi sama Mami kemana coba? Nelantarin anak seenaknya! Malu dan sakit hati tahu!

"Sekarang masih suka ngompol dan ngebom nggak?"

Ajib nih Om-Om. Minta ditampar kali ya? Ya iyalah manusia sering ngompol dan ngebom! Kalau gak ngelakuin itu perut bisa meledak gara-gara kotoran nggak dikeluarin.

Aku bersungut. "Om jangan ngungkit-ngungkit masa balita dan batita aku deh. Aku udah gede kali, bisa ngelakuin semuanya sesuai tempat dan keadaan."

Om Sasuke nyengir.

"Sorry. Oh ya kamu tinggal sama Ibu kamu atau sama Ayah kamu yang rada-rada itu?" Dia membuat gerakan miring menggunakan telunjuk di atas dahinya yang bersih.

Aku tertawa. Memang benar sih kadang-kadang Papi Naruto itu bisa jadi rada-rada miring lho.

"Nggak Om, aku tinggal sama Mami." Berbalik memunggungi Om Sasuke, aku kembali sibuk dengan menu kambingku.

Kambing gulung atau sate kambing? Ok. Fix. Sate kambing. Aku menaruh beberapa tusuk sate kambing di atas piringku. Aku berbalik dan mendapati Om Sasuke menatapku tajam dan serius.

"Kenapa Om?" Tanyaku heran. Dia melamun ya? "Om?" Aku menegurnya lagi. Dia tersentak pelan seperti baru tersadar dari sesuatu.

"Eh? Ya?"

"Om kenapa? Kok melamun?"

Om Sasuke gelagapan. "Ah. Gak apa-apa. Om nyapa Ayah kamu dulu ya," katanya buru-buru pergi. Namun baru beberapa langkah, dia kemudian berbalik.

"Sakura?"

"Mmm. Ya Om?" Jawabku dengan mulut penuh sate kambing.

"Kamu cantik," katanya lembut.

Dan ... Uh, Oh. Aku nggak tahu harus ngejawab apa.

Salah tingkah dan menggaruk kepalaku yang tak gatal, kemudian menjawab, "Terimakasih Om."

"Hn."

Ya Awohh, mimpi apa aku semalam. Dipuji sama orang ganteng, yah walaupun Om-Om tapi do'i kece badai cin.

Selesai.