'MY CUTE LITTLE JEON'
Cr. Pledis Ent, SM ent, Plan A Ent.
Kim Mingyu
Jeon Wonwoo
Kim Namjoo (Mingyu's nuna)
Kang Seulgi (Wonwoo's nuna)
others.
Meanie
'Ting'
Sebuah pesan yg masuk mengusik ketenangan pemuda tinggi yg sedang berkutat dengan kertas bertuliskan angka-angka dihadapannya.
Awalnya pemuda itu hanya melirik sekilas, tapi rupanya nama pengirimnya cukup untuk membuatnya melirik untuk kedua kalinya.
'Ayo makan ayam direstoran biasa, kutunggu disana'
Namun bukannya tersenyum, dia malah mendengus.
"Huh, aku lagi…"gumamnya sendiri.
Suara kayu yg saling ditimpakan cukup mengusik malam tenang itu. Tak lama kemudian serombongan pemuda dengan pakaian hitam putih menghadap padanya.
"Sudah selesai hyung,,,"
Pemuda tinggi itu menatap seseorang yg bicara padanya itu.
"Cukup panggil namaku saja, apa anda lebih muda dariku?"
Sedangkan sosok yg bicara itu menggerak-gerakkan kakinya gelisah. Di sungguh merasa tidak enak harus memanggil atasannya itu langsung nama.
Apalagi ini hari pertamanya sebagai pegawai di café terkenal itu.
"Kami sudah selesai umm,,, Mingyu…". Ucapnya akhirnya walau masih sedikit ragu-ragu.
Atasannya yg dipanggil Mingyu itu lalu tersenyum puas, dan mempersilahkan mereka semua untuk pulang terlebih dahulu.
Mata Mingyu menatapi kursi dan meja yg sudah dirapikan, dan juga lampu-lampu luar cafenya yg sudah mulai temaram. Melirik pergelangan tangannya, kemudian beranjak.
Dia harap dia tidak terlalu terlambat.
"Kenapa lama sekali!" sambut seorang gadis cantik bersetelan kantoran dari salah satu meja saat Mingyu baru saja melengkahkan kakinya ke dalam restoran.
"Kau bisa makan dulu jika aku terlalu lama…". Sahutnya sambil menempatkan tubuhnya di hadapan si gadis.
Atau wanita?
Yg diajak bicara hanya memutar matanya.
"Kalau Cuma ingin makan sendiri aku takkan merepotkan diriku menyuruhmu kesini."
Mingyu menghela nafas lalu mulai mengambil sumpitnya.
"Kenapa tak minta suamimu menemani saja sih nuna?"
"Bayiku ingin makan denganmu… apa tak boleh?!". Judes nunanya.
Pemuda itu tak menyahutkan sepatah katapun dan hanya mengambilkan sepotong besar ayam ke piring nuna kesayangannya itu.
"Baiklah keponakanku,,, makan yg banyak sekarang karena samchon akan ikut makan denganmu,,,". Ucapnya sambil tersenyum kea rah perut kakak perempuannya.
Wanita itu mencibir tapi mulai menyuapkan makanannya tanpa protes.
"Ahh, iya Mingyu… aku hamper lupa… kudengar cafemu sangat terkenal ya sekarang?".
Yg lebih muda mengangguk-angguk tanpa mengalihkan pandangannya dari makanannya.
"mm… kau tak terlalu sibuk berarti, karena ku yakin kau sudah punya banyak pegawai." Lanjut si kakak lagi.
Mingyu menghitung jumlah pegawainya didalam hati, lumayan. Cukup untuk membuatnya tak melakukan apapun di café. Cuma mengecekpun dia tak khawatir, karena dia hanya mempekerjakan mereka yg sudah pro dibidangnya.
Tapi ngomong-ngomong tumben kakak perempuannya ini menanyakan soal pekerjaanya. Bisaanya sehari-hari kerjaannya hanya mengomel tentang dia yg masih single.
Penasaran juga.
"Jadi?"
Kakaknya berdehem sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Kau ingat sahabatku? Kang Seulgi? Dia ingin minta tolong padamu…"
Kening Mingyu mengkerut.
Kang Seulgi?
Ahh, sahabat kakaknya yg punya mata kucing itu.
"Kalau aku bisa bantu-"
" .bisa". potong kakaknya dengan penuh penekanan.
Mingyu meringis, kenapa kakaknya malah ngotot begini?
"Besok Seulgi akan ke luar negeri untuk beberapa saat, dia ingin menitipkan sesuatu padamu…"
Pemuda itu mengangkat bahunya.
"Aku bisa, asal itu bukan hewan yg harus kubawa kemana-mana"
"Bagus, akan kubilang pada Seulgi. Aku akan pergi sekarang, karena suamiku ternyata sudah pulang dari tadi. Oh, sudah kubayar ayamnya, jadi habiskan oke."
Tanpa menunggu jawaban Mingyu wanita itu melesat keluar restoran. Meninggalkan Mingyu yg melototo melihat apa yg ditinggalkan wanita itu.
Meja yg masih sangat penuh dengan berbagai masakan ayam.
"Apa dia ngidam buang uang?". Gerutu Mingyu sambil menyuapkan ayamnya lagi.
'drrt'
Pemuda dengan tubuh tinggi itu melenguh sekali. Berniat mengabaikan penelfon yg mengganggu tidur nyamannya pagi itu.
'drrt'
Tangannya menggapai-gapai nakas tempat dia meletakkan objek berisik pengganggu, berniat untuk membantingnya ke lantai.
'drrt'
Mingyu mengucek matanya lagi untuk kesekian kali.
Siapa yg dengan berisiknya menelfon pagi-pagi begini?
Dengan mata setengah tertutup Mingyu duduk dan meraih ponsel hitamnya.
"Ya, nona besar?"
"Astaga!"
Tangannya menjauhkan telinga yg disayanginya dari benda itu, menyelamatkannya dari teriakan penelfon.
"Maaf,"
"Yaw ajar! Aku kan bukan pekerja kantoran seperti nuna!"
"Hahh? Apa? Sekarang?"
"Huhh,,, makan apa sih eomma saat mengandungmu itu!"
"Iya, iya… aku keluar sekarang!"
Kaki malasnya diseret secara paksa untuk menemui kakak dan 'titipan' teman kakaknya yg sekarang ada di tempat parker apartemennya.
Mata tajamnya mengamati sekeliling dan menemukan mobil kakaknya di salah satu sudut.
"Pagi nuna,,, apa kau tak tahu kalau sering marah-marah itu tidak baik untuk kandungan…"
Wanita yg sedang duduk di kursi pengemudi itu hanya memainkan bibirnya menirukan bagaimana sang adik mengomelinya.
"Ini, dia di antar pagi tadi kerumahku, dan aku harus segera berangkat ke kantor. Jadi kuantar sekalian kesini. Ayo, Wonu keluarlah dan sapa ahjusshi itu…". Ujar Kim Namjoo, kakak Kim Mingyu pada sosok mungil yang sedari tadi duduk anteng disampingnya.
'Dia?Wonu? Kenapa nada bicara Namjoo nona jadi kalem begitu? Dan apa tadi?Ahjusshi?'
Dengan penasaran Mingyu mengintip ke dalam mobil kakanya, dan benar saja dia menemukan sosok mungil berwarna kuning (itu warna sweaternya gyu -_-) sedang duduk diam dan tangan yg sibuk mengotak-atik ponsel.
Mendengar perkataan Namjoo, sambil menenteng ranselnya si mungil keluar dari mobil dan langsung menghadap ke Mingyu.
Dia benar-benar mungil ngomong-ngomong, tingginya hanya sepinggang Mingyu. Memiliki rambut hitam yg sepertinya halus jika disentuh (ini menurut Mingyu), mata rubah, dan bibir mungil yg sangat tipis.
Bocah itu lalu membungkuk dan memperkenalkan diri.
"Wonwoo, Jeon Wonwoo-imnida"
Mingyu berjengit kaget, anak kecil ini menggunakan bahasa yg sangat formal yg Mingyu sendiri sangat jarang menggunakannya. Bahasa yg bisaanya anak sekecil dia belum menguasainya. Anak ini menggunakannya dengan begitu mudahnya seakan-akan memang sudah seperti itu dia berkomunikasi setiap harinya.
Namjoo yg melihat ekspresi adiknya itu tertawa, sudah menebak jika adiknya akan kaget seperti itu. Karena awalnya dia juga.
" , kau tak perlu sesopan itu, aku Mingyu, Kim Mingyu…"
Pemuda tinggi itu jongkok, menyamakan tingginya dengan Wonwoo. Tangan kanan Mingyu terulur kehadapan si mungil. Wonwoo hanya menatap tangan yg terulur kehadapannya itu tanpa merespon. Mingyu menggoyangkan tangannya lalu tersenyum.
Dengan gerakan ragu-ragu Wonwoo mengulurkan kedua tangannya untuk menyambut uluran tangan Mingyu.
Jemari Mingyu yg besar itu bertemu dengan jemari mungil yg halus milik Wonwoo.
Ingin menyentuhnya lebih lama, akhirnya Mingyu ikut mengulurkan tangannya yg satunya dan membawa kedua telapak mungil Wonwoo kedalam genggaman.
Hening kemudian menyelimuti mereka.
"Ya, baiklah… karena sepertinya kalian tidak ada masalah aku akan pergi sekarang…". Suara Namjoo menginterupsi.
Mingyu bangun dari duduknya, tapi satu tangannya masih menggenggam satu tangan Wonwoo.
"Kau! Kemari!" wanita itu menunjuk Mingyu dan menyuruhnya untuk mendekat.
"Ya nuna?"
"Kau sudah liat dia seperti apa jadi aku yakin dia tidak akan mengganggumu bekerja. Kau hanya perlu mengantarnya ke Kindergarten dan sesekali menemaninya jika kau punya waktu senggang. kau ajak dia ke tempatmu kerja dan dia tak akan melalukan apapun yg bisa mengganggumu. Dia sangat pendiam gyu… Seulgi berharap banyak padamu…".
Walau sedikit tidak faham dengan kata-kata rumit yang diamapaikan kakaknya itu Mingyu tetap mengangguk.
'berharap apa?'
"Jaga dia baik-baik! Ingat se dewasa apapun sifatnya dia juga hanya seorang anak kecil, kukira kau lebih bisa mengertinya. Dan jangan khawatir soal pakaian dan lain-lain, kau tau kan Seulgi itu orang yg sangat kaya. Oke, Aku pergi sekarang…"
Pemuda tinggi itu terdiam berusaha mencerna perkataan Namjoo melesat keluar setelah sesaat memberi salam perpisahan pada Wonwoo. Tersadar dari lamunannya matanya lalu menatap ke objek mungil lucu yg hanya diam berdiri ditempat.
"Ayo…". Ajak Mingyu.
Lagi-lagi mata rubah Wonwoo hanya menatapi telapak besar Mingyu yg diulurkan padanya.
"Apa kau tak pernah digandeng? Atau kau mau digendong?"
Tak ada jawaban dari pemilik bibir mungil itu. Wonwoo masih terpaku ditempatnya mengeratkan pegangannya pada ransel yg digendongnya.
Mingyu menggeleng kecil lalu membawa tubuh mungil si bocah ke dalam gendongannya.
"Aku mengantuk, mau tidur sebentar lagi sebelum bekerja… kurasa kau harus sekolah juga…"
Masih tak ada jawaban, mata rubah Wonwoo malah menatap wajah Mingyu lama. Menelusuri setiap lekuk indah yg ada disana. Menatap wajah hangat Mingyu dengan dingin.
Seperti menilai.
"Ada yg salah dengan wajahku? Aku memang bangun tidur dan belum cuci muka tadi…"ucap Mingyu kemudian membuat si bocah tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.
"Aku bisa jalan sendiri,,, " lirih Wonwoo tanpa menatap Mingyu.
"Aku tahu, tapi jalan bersamamu membuang waktuku… aku ingin segera kembali ke tempat tidur sekarang, kau sudah makan?"
"Aku sudah makan tadi, Ahjusshi…"
Nafas Mingyu terhela rendah,
"Kau boleh tidak menggunakan bahasa formalmu itu padaku, dan berhenti memanggilku ahjusshi… aku masih terlalu muda untuk panggilan itu, nanti mau ku buatkan bekal?"
Kepala mungil Wonwoo miring sedikit dan berhadapan dengan Wajah Mingyu lagi.
"Bekal?"
"Iya, bekal… kau tahu bekalkan?"
Bocah mungil itu terdiam, mengingat-ingat teman-teman kindergatennya yang selalu menceritakan tentang bekal mereka sebelum makan siang disekolah. Memang sekolah juga menyediakan makan siang, tapi sebagian dari mereka memilih makan dari 'bekal' yg dibawakan orang tua mereka dari rumah.
Dia bisa bawa bekal sekarang?
Dibuatkan oleh ahjusshi ini?
Memikirkannya saja membuat otak Wonwoo penuh, dia ingin tersenyum sekarang. Tapi dia butuh alasan untuk itu, karena kata paman Kim semua hal yg dilakukan manusia pasti ada alasannya.
Dan karena tidak menemukan alas an untuk tersenyum itu, Wonwoo memilih diam seperti bisaanya.
"Bekal seperti yg dipunya teman-teman disekolah?" Tanya Wonwoo tiba-tiba.
Pemuda yg menggendongnya itu mengangguk.
'Bekalpun dia tak pernah bawa sepertinya, separah apa sih Seulgi noona itu?' batin Mingyu sambil menatap Wonwoo yg masih tenggelam dalam pikirannya.
"Kau mau ikut tidur? Atau kau duduk disitu saja?" Tanya Mingyu setelah menurunkan Wonwoo di ruang tengah.
Mata rubah Wonwoo lagi-lagi menjelajah sekeliling, menilai. Menempatkan tubuhnya di sofa dan duduk anteng di situ.
"Duduk disini saja ahjusshi, ahjusshi silahkan tidur lagi…".
Mingyu menguap, terlalu mengantuk untuk memprotes panggilan ahjusshi itu lagi.
"Bangunkan aku pukul Sembilan oke, kau boleh lakukan apapun kecuali mengacau".
Pemuda tinggi itu sampai lupa jika yg disuruhnya adalah anak Kindergaten.
Baru melangkahkan kakinya masuk kekamar, Mingyu keluar lagi.
"kau tahu jam Sembilan itu kapan?". Tanyanya sambil melentangkan tubuhnya dikarpet bulu, tepat di bawah Wonwoo duduk.
Bocah mungil itu langsung bangun kemudian duduk disamping Mingyu.
"Aku tahu, dua jam lagi?". Sahut Wonwoo dengan tangan terulur menunjukkan jam tangannya.
"Kau pintar sekali, aku tidur dulu oke?"
Hening sesaat.
"Ngomong-ngomong kenapa kau duduk dibawah sekarang?".
Mingyu penasaran, walau dia bertanya dengan mata tertutup sekarang.
"Ahjusshi tidur dibawah dan aku duduk di atas. Itu tidak sopan".
Hanya dijawab dengan gumaman oleh pemuda tinggi itu. Wonwoo diam duduk disampingnya, lagi-lagi menjadikan wajah tampan Mingyu sebagai objek pandangnya.
End? or Tbc?
My first Fanfict ever.
i fall for Meanie so hard.
review please, it will help me so much.
Mikhaela
