Perih yang dialami Sakura saat masih berada di sisi Sasuke, kini dialami sendiri oleh Sasuke saat Sakura tidak berada disisinya. Kini hanya sepi yang dirasakannya, sendiri, dan terabaikan.
Konoha, 07.15
"Hn, sudah kau cek semuanya? Bagaimana keadaan istriku?"
"..."
"Bagus kalau begitu, apa Sasori-niisama sudah tahu semuanya?"
"..."
"Apa! Bagaimana bisa? Sudah aku pastikan tidak ada yang mengetahui hal ini selain Itachi, Naruto, dan Hinata"
"..."
"Baiklah tunggu disana, jaga Sakura sampai aku datang!" piiip
-Sasuke-kun pov-
Siiaaaal, kenapa keluarga Sakura bisa tahu tentang masalah ini? Sudah aku pastikan bahwa hanya aku, Itachi, dan Hinata serta si dobe itu yang tahu. Apa.. jangan – jangan Naruto-dobe yang memberitahukan keluarga Haruno tentang masalah ini? Supaya dia bisa mendapatkan hati Sasori-niisama, lalu setelah Sakura sadar, Sasori-niisama akan meminta Sakura menceraikanku, lalu menyuruh Naruto untuk menikahi Sakura, dan membawa Sakura jauh dari gapaianku? Khh.. tak akan ku biarkan hal itu terjadi bodoh! Beraninya mengambil Sakuraku dengan cara yang picik.
Konoha Housepital, 08.00
Siaaal siaal siaal, sepertinya pemerintah harus berfikir ulang tentang rencana penamban mall baru, konoha semakin macet, perkiraan setengah jam ku meleset jauh, aku harus mengecek keadaan Istriku sebelum Sasori-niisama datang.
Kriiiieeeet
"Pagi sayang, bagaimana keadaan mu hari ini? Apa tadi sekertarisku Katin-san datang? Apa dia menjagamu dengan baik? Jika ia, akan kunaikkan gajinya bulan depan."
Wajah manis itu selalu tertidur, apa kau tidak ingin bangun? Lihatlah, suami bodohmu datang. Aku langsung menuju meja samping tempat tidur Sakura, meletakkan semua berkas kantor, dan mulai bekerja. Ya, semenjak sakura tertidur untuk waktu yang tak dapat di tentukan, aku memutuskan untuk mengalihkan pekerjaan pada wakil dan sekertarisku, hanya pekerjaan mendesak yang mampir ketanganku, dan terpaksa mengerjakannya di sini.
Beberapa jam aku mengerjaan pekerjaan ternyata lelah juga, haha... kau boleh menertawakan ku sekarang sayang, baru kali ini aku mengeluh lelah dengan pekerjaan.
Sreek
Aku hampiri wanita manis yang sedang terlelap ini, heey.. apa kau tak mau melihatku hemm..? aku merindukan matamu, bangunlah. Rambut ini baru ku sadari begitu lembut saat kau tertidur panjang, bodoh sekali ya aku, padahal menikah denganmu saja sudah lama dan baru sekarang aku menyadari kau cantik, sangat cantik sampai – sampai aku ingin memilikimu selamanya sampai kau mati, atau sampai kita berdua mati. Apa aku gila? Ya, katakanlah aku gila karena menunggumu.
Sayang, jika nanti kau membuka matamu tolong pandang aku, aku sangat merindukan tatapan matamu, tapi jika kau memang lelah berada disisiku, dan berniat pergi dari kehidupanku, maka aku akan mengikutimu dan aku yang akan ada disampingmu, bahkan sampai benar – benar kau pergi dari dunia ini, aku akan bersamamu juga, tapi jika Kami-sama memberikan keajaiban seorang putra dan kau tak ada disampingku, akan kurawat putra kita sampai dia sukses, dan saat itu tiba maka jemputlah aku agar aku selalu berada disisimu.
Ku alihkan pandangan sejenak dari wajah manis ini ke arah jendela rumah sakit, musim semi akan segera datang menggantikan musim dingin. Lalu kualihkan pandanganku kearah jam dinding di kamar ini, jam 12.45 sudah waktunya makan siang. "Sayang aku pergi membeli makan siang dulu ya, nanti aku akan menemanimu lagi. Aku mencintaimu, sangat. Tetaplah disisiku." Cuups... lekas ku beranjak setelah memberikan kecupan ringan di jidat supernya itu. Namun, ada rasa mengganjal ketika aku hendak keluar dari kamar ini, sebelum kututup dengan sempurna, kembali aku melihat wajah istriku, dan perasaan itu muncul lebih besar seakan – akan ada bahaya yang besar jika aku meninggalkannya sendirian. Namun aku menepisnya. "Kau akan selalu bersamaku Sakura" blam!
-normal pov-
Dua orang pria yang memiliki warna rambut sewarna berwarna merah, sedang memasuki kamar yang dihuni wanita manis berambut merah muda. "Nii-sama aku sungguh sedih melihat keadaan adik kecil kita. Apa kita harus membawanya? Pergi jauh dari pria itu? Aku harap Nii-sama memberikan keputusan yang bijak." Ucap salah seorang pria berambut merah kepada pria di sebelahnya.
"Aku, sudah memutuskannya. Gaara, segera urus administrasinya dan persiapkan segera keberangkatannya. Kita... akan... kembali ke suna." Seorang pria lain yang tampak serius begitu matang mengucapkan keputusannya. Mendekati sang adik, dan mengelus dahi lebarnya pelan.
"Ha'i Nii-sama."
Blamm.. Suara pintu kamar rumah sakit itu tertutup dan menyisakan dua manusia didalamnya. Sang pria meringis saat mengetahui nasib malang yang menerpa adik kecilnya. "Imouto, mengapa seperti ini? Aku mengijinkanmu menikahi pria brengsek seperti dia supaya kau bahagia, bukannya terskiti seperti ini, kenapa?" namun sepertinya hal yang diucapkan sang kakak hanya sia – sia. Apapun yang dikatakannya hanya kesunyian sebagai jawabannya. "Apa kau mencintainya? Atau membencinya? Tolong jangan seperti ini,, aku merasa telah gagal sebagai seorang kakak."
Sebuah pergerakan terjadi seperi sebuah keajaiban, wanita cantik itu seakan memberikan respon, dan mendengarkan apa yang diucapkan sang kakak. Sasori terkejut saat merasakan jemari adiknya bergerak, harapannya akan kesadaran sang adik mulai melambung, namun hanya sebentar dan Sakura kembali terdiam. Optimisme yang melambung tadi langsung sirna, Sasori maklum karena orang yang koma masih bisa merasakan perasaan disekitarnya walaupun tubuhnya tidak bisa bergerak dan hanya bisa tertidur. "Saku, apa kau ingin pergi menjauh darinya? Jika ia, tolong berikan aku petunjuk kau menyetujuinya." Dan tak lama jemari lentik Sakurakra bergerak lagi. "Kita akan pergi."
Kriiieeet
"Nii-sama, semuanya sudah beres."
-o0o-
Yakiniku restaurant, 13.45
"Aku sudah membuat keputusan yang terbaik untuk hubungan kita." Ungkap seorang pria berwajah tegas, berambut pajang dan memiliki bola mata hitam, Uchiha Itachi.
"Maaf, ma-maaf, aku mohon maafkan aku. Hiks,, hiks. A-aku salah, ini semua salahku. Hiks, hiks, aku mo-mohon ma-maafkan aku." Ungkap seorang wanita berambut ungu bermata kelabu, Uchiha Hinata.
"Sulit." Sang pria mengeluarkan sebuah map coklat dan meletakannya di atas meja. Tatapannya sungguh tegas, tak ada keraguan di hatinya. "Segeralah menandatangi surat ini. Huhh,,."menghela napas untuk menghilangkan amarahnya. Dia harus bersikap dingin dan fokus dalam mengambil sebuah keputusannya, dan meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang dia putuskan telah benar. "Memang seharusnya aku tak menikah denganmu, seharusnya aku menolak perjodohan ini. Mungkin kau akan mendapatkan yang lebih baik dari aku. Maaf, jika selama menjadi sebuah keluarga aku adalah kepala keluarga yang buruk. Aku hanya menjalankan peranku sebagai suami yang mencari nafkah untuk istrinya. Dan mungkin au memang bukan yang erbaik untuk mu."
"I-itachi-kun, i-ini surat cerai?" Hinata tak percaya apa yang dilakukan suaminya. "Ti-tidak mungkin, I-itachi-kun, aku juga bukan istri yang baik untuk mu, tapi aku janji, a-aku akan berubah. Hiks,,hiks,, aku mohon." Menangis, hanya itu yang bisa dilakukan Hinata sekarang, sudah tak mampu lagi untuk melanjutkan perkataannya, sungguh dia menyesal. Berselingkuh dengan adik iparnya hanya sebagai pelampiasan karena kurangnya perhatian suami, serta Sasuke yang memang menyukainya sejak bertemu di acara pertunangan antara dirinya dan Itachi.
"Hn, aku permisi."
Sreeg... suara kursi bergeser, dan Itachi pergi meninggalkan Hinata sendiri.
-o0o-
Konoha Houspital, 14.15
Krieeet. suara pintu terbuka menampilkan sosok pria berambut raven pendek.
"Maafkan aku sayang, aku terlalu lama meninggalkanmu. Kau tahu? Aku menemukan anak laki – laki tersasar tadi, Saku-.." Matanya nampak kosong, melihat keadaan kamar yang janggal dan sangat janggal, karena Sakuranya tak ada di tempat seharusnya dia berbaring.
"Sakura? Sakura?" Sasuke nampak pucat. Pandangan matanya kosong, dia sebera menghampiri kamar mandi yang ada didalam ruangan itu, namun tak kunjung menemukannya juga.
Drrrt... drrrrtt...
Drrrtt... drrrtt..
Suara getaran handphone mengusuknya. Dengan terburu – buru dia mengangkatnya
"Ada apa Suigetsu?"
"Sasuke-sama, ada surat dari keluarga Haruno."
"Aku mengerti, aku akan segera kesana."
Bruuuk...
Sasuke, terduduk di atas soffa di ruangan tempat istrinya dirawat, pandangannya mengabur, setetes demi setetes air mata keluar dari sarangnya. Ya, Uchiha Sasuke kembali menangis. Hal yang paling ditakutinya akan segera datang. Hal yang paling tidak ingin dia alami setelah apa yang terjadi dengan istrinya. PERCERAIAN.
Satu kata yang paling Sasuke takutkan, keluarga Haruno marah padanya, dan segera menceraikan Sakura dengan dirinya. Dia menggeleng lemah dalam tangisnya, dia harus menyusul sakura, dia sudah berjanji, jika Sakura pergi dari sisinya maka dia yang akan mengikuti Sakura dan berada di sisi Sakura. "Sakuraaahh..." hanya itu yang mampu diucapkannya sekarang ini. Sesak terasa di rongga dadanya.
-TBC-
