It's my first IchiRuki fic. Ichigo is a wild boy from the jungle. Hope you enjoy it! ^^

.

.

Title : A Wild Boy in my House!

Desclaimer : Bleach punya Om Tite Kubo seorang -_-

Genre : Romance-Humor

Summary : Keluarga Kuchiki sedang liburan di sebuah pulau terpencil yang indah. Tapi sepulang dari liburan, ada hal yang tidak terduga. Seorang cowok liar berambut oranye nyangkut di rumahnya dan mengganggu kehidupan Rukia. Siapakah dia?

Pairing : IchiRuki, go IchiRuki!

Warning : OOC, Gaje, MultiChap, DLDR…!

.

.

Chapter 1

"Ahh, asyiknyaaa!" seru seorang gadis berambut sebahu dan bertubuh mungil sambil meregangkan kedua tangannya di depan hamparan laut berwarna biru dan berombak besar. Musim panas memang waktu yang menyenangkan untuk liburan kan? Dan hari ini adalah hari terakhir liburan.

Pantai berpasir putih itu sepi pengunjung. Kenyataannya, gadis itu memang sedang berada di sebuah pulau. Pulau kecil yang letaknya cukup jauh dari kota tempat tinggalnya.

Tapi, pemandangan pulau itu sungguh menakjubkan. Pasir putih yang sangat indah, ombak besar untuk berselancar, hutan hijau yang menyegarkan mata dan beberapa hewan di pantai yang unik-unik. Gadis berambut hitam itu jadi betah berlama-lama di sana.

"Fuuuh! Senangnya ada di sini..." ujar Rukia sambil menghirup udara sejuk dalam-dalam. Ah, udara di sana begitu segar untuk paru-parunya.

Tiba-tiba, "Rukiaaa," panggil sebuah suara yang lembut dari kejauhan.

Gadis yang dipanggil dengan nama Rukia itu menoleh dengan muka masam. "Hmmm."

"Ayo ke sini! Sudah saatnya makan siang," kata seorang wanita yang wajahnya hampir serupa dengan Rukia.

"Ahh, kakak... aku kan sedang asyik," keluh gadis bermata violet itu.

"Rukia." Suara berat seorang laki-laki terdengar jelas dan memiliki arti Rukia-ayo-cepat-makan-siang.

"Nii-sama..." Rukia menatap kakak iparnya itu dengan tatapan polos. Akan tetapi, laki-laki bertubuh kekar itu membalas dengan death glare seramnya hingga membuat Rukia tidak berkutik. "Y-ya."

Gadis bertubuh mungil itu berlari ke arah kakaknya dan kakak iparnya yang sedang duduk bersantai di bawah pepohonan yang rindang. Mereka akan makan siang.

Kakak kandung Rukia—Hisana Kuchiki, perempuan cantik istri tercinta dari kakak ipar Rukia—Byakuya Kuchiki—hari ini membuat berbagai macam masakan lezat ala keluarga Kuchiki yang tidak tertandingi oleh masakan ala resto terkenal di dunia. Belum lagi jus segar yang bikin tenggorokan kering sembuh. Mereka benar-benar bakalan makan masakan terlezat sedunia di pantai pasir putih yang sejuk.

"Kakak masak apa?" tanya Rukia.

"Ada kepiting rebus, ikan panggang, salmon sarden, pecel tuna (?), semur cumi, dan lobster bakar," jawab Hisana tersenyum ramah dan bikin Byakuya kelepek-kelepek.

"Seafood semua?"

"Seafood itu mengandung banyak protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Dan itu juga bisa bikin kita pintar," ceramah Hisana.

Rukia menggembungkan pipinya pertanda ia merasa didiskriminasi. Habis ia memang merasa kurang pintar di sekolahnya. Huh, apa gara-gara itu kakaknya sampai menyediakan seafood yang mengandung banyak protein tinggi agar dirinya bisa jadi pintar?

"Sudahlah, ayo cepat dimakan!" pinta Byakuya stay cool.

"Iya iya," gerutu Rukia.

.

Tanpa disadari oleh keluarga Kuchiki yang sedang asyik makan siang dipinggir pantai.

Di sebelah utara pantai yang tak terlihat, terdapat helikopter milik keluarga Kuchiki dengan plat nomor sekian-sekian yang nangkring sendirian dan cuma ditemani pasir putih yang strukturnya lebih besar daripada pasir putih di dekat keluarga Kuchiki.

Dari balik pepohonan, seorang cowok berambut jeruk dan jabrik gak keurus hingga menutup seluruh wajahnya itu tiba-tiba datang sendirian menghampiri helikopter hitam.

Pemuda setinggi 174 cm yang dilengkapi baju yang terbuat dari kulit macan dan compang-camping itu berjalan tersendat-sendat seperti manusia purba. Setiap gerakannya bisa dibilang tak lazim alias aneh, abnormal, asing.

Nampaknya dia adalah penduduk asli pulau ini. Tapi emangnya pulau terpencil full hutan yang masih jauh dari pantauan penduduk ada orangnya ya?

"Uhh uhh uhh." Pemuda itu bicara ngasal. Cara bicaranya tidak bisa dimengerti maupun diterjemahkan ke dalam bahasa manapun.

Baru saja ia melihat alat transportasi mahal milik keluarga Kuchiki dari jarak 13 meter, sepasang mata coklat dibalik ribuan helai jeruk itu terbelalak kaget. Tiba-tiba ia menjerit gak jelas karena mengiranya monster.

Pemuda itu bersembunyi saking ketakutan. Tapi ia nongol lagi untuk mengintip si Heli hitam yang berdiri di atas pasir putih. Helikopter yang ia kira monster itu tidak bergerak sama sekali.

Diambilnya tongkat entah dari mana, lalu ia memukulkan tongkat itu sekuat tenaga ke badan helikopter berkali-kali. Tapi dia heran. Kenapa ya monster udah dipukul-pukul tapi tetap gak kabur?

Karena diam saja, ia kira tuh Heli adalah makanan. Dijilatnya dengan coba-coba. Sluuurrrp.

Tapi, "PUAAAAHHH!" Ya iyalah ngejilat besi yang ada juga rasanya pahit!

"Huh huh huh!" Pemuda berambut jabrik itu lompat-lompat gak jelas saking ngamuknya. Demi membalaskan dendamnya, kali ini dia mengambil batu-batu kecil lalu dilemparkannya ke badan helikopter. Sekali lagi, helikopter yang ia kira monster tidak kabur.

"Urrrrmmm!" si rambut jeruk itu mengamuk. Kali ini ia yang melompat ke badan helikopter dan mulai menghajarnya dengan tonjokkan maut.

Baru saja beberapa pukulan yang ia berikan, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sebuah foto. Foto Rukia yang tergeletak di atas kursi di dalam Helikopter. Pemuda itu terdiam untuk beberapa saat sambil memperhatikan foto tersebut.

.

"Nii-sama, ayolah! Satu jam lagi. Aku masih pengen di sini," pinta Rukia.

"Tidak!" tolak Byakuya dingin.

"Pelit!" ledek Rukia.

"Biarin," balas Byakuya.

"Sudahlah, Rukia. Nanti kapan-kapan kita ke sini lagi," kata Hisana menenangkan.

"Tapi kapan, kak?" tanya Rukia.

"Hmm, kalo Byakuya-sama sedang tidak sibuk."

"Ahhh, lamaaaa..."

Suara-suara itu semakin mendekat ke arah Helikopter. Pemuda liar yang sudah dua jam memandangi foto Rukia itu kaget. Ia celingak-celinguk dan berusaha mencari tempat persembunyian. Berusaha tidak jauh dari foto itu.

Akhirnya ia memutuskan untuk bersembunyi di kolong Helikopter. Untung pola bawah Helikopter itu agak cekung. Jadi ia bisa menyandarkan dirinya di dalam cekungan sambil berpegangan pada kedua kaki helikopter. Dan tentu, keberadaanya tidak diketahui siapapun.

"Aku ada pekerjaan mendadak. Jadi kita pulang," kata Byakuya.

"Tapi kalo di rumah aku ngapain? Sekarang kan libur yang terakhir," gerutu Rukia.

"Ajak main Orihime saja," usul Hisana.

"Ahh, dia kan lagi liburan sama teman-teman SMPnya ke Hokkaido." Rukia cemberut.

"Ya sudah, kita melukis saja yuk!" ajak Hisana.

"Melukis apa?" tanya Rukia antusias.

"Hmm, apa saja," jawab Hisana.

"Okelah! Deal!" seru Rukia sambil mengangkat jempolnya.

Byakuya membuka pintu Helikopternya. Tapi, tiba-tiba gerakannya terhenti. Perhatiannya teralih pada sesuatu yang janggal.

"Ada apa?" tanya Hisana.

Kedua alis Byakuya bertaut saat memperhatikan badan Heli-nya yang dekat dengan pintu. Kok agak penyok! Ck, detail sekali kalo soal kendaraan pribadinya. Masalah penyoknya si badan Heli saja hapal.

"Penyok," jawab Byakuya singkat.

"Hah?" tersentak Hisana dan Rukia tak mengerti.

"Maksudnya penyok?" tanya Rukia.

"Ada bagian Helikopterku yang penyok," jawab Byakuya yang masih mengelus bagian penyoknya itu. Ahh, dia begitu sayangnya sama Helikopter sendiri! Nyampe penyok dikit dikasihani.

Rukia melihat keadaan sekitar. Matanya menangkap sebatang kayu yang tergeletak di atas pasir putih. Ia berlari menghampiri kayu tersebut lalu mengambilnya. "Mungkin ada orang yang memukul Heli kakak pake kayu ini hingga penyok."

"Tidak mungkin! Di pulau ini tidak ada penghuninya," bantah Byakuya.

"Ehhmm, mungkin kena angin," kata Hisana mengambil kesimpulan yang jelas tidak masuk akal.

Gubrak! Rukia sweatdrop di tempat, sedangkan Byakuya tetap stay cool.

"Lupakan saja! Ayo kita pulang!" kata Byakuya dan langsung memasuki Helinya. Buru-buru ia duduk di tempat kendali. Rukia dan Hisana mengikuti saja dari belakang dan langsung duduk di kursi belakang Byakuya.

Pemuda berambut jeruk di kolong Heli yang masih bertahan untuk tidak berpijak di atas pasir kini bernafas lega. Tapi baru saja kaki kanannya menyentuh pasir, tiba-tiba ia merasakan ada angin berputar di sekelilingnya.

"Uhh uhh." Ia melihat ke keadaan sekelilingnya sambil ketakutan. Ia kira itu badai. Jadi ia memilih kembali bersembunyi di bawah Helikopter sambil berpegangan ke dua kaki Heli.

Tiba-tiba Helikopter terangkat ke atas perlahan-lahan. Bukannya kabur, cowok liar berambut jabrik itu malah kegirangan. Merasa dirinya terbang!

"Huuh! Huuh!" Ia tertawa lebar-lebar saking asyiknya.

Untung suara tawanya tidak terdengar oleh Byakuya, Hisana dan Rukia. Baling-baling Helikopter yang mengeluarkan suara keras itu meredam tawa si cowok liar yang saat ini sedang nyangkut di kolongnya.

Dan bodohnya lagi! Kenapa si cowok itu gak turun dari tadi? Sekarang jarak Helikopter dengan daratan sudah sejauh 30 meter. Dia ketakutan untuk turun karena di bawahnya saat ini adalah batu besar pinggir pantai. Kalau ia jatuh, ia bisa mati.

Terpaksa... ia ikut alias dibawa pergi oleh keluarga Kuchiki ke tempat tinggal mereka. Dan nampaknya hal ini akan menjadi masalah besar bagi keluarga Kuchiki.

.

Keesokan harinya sepulang dari SMA Karakura...

"Liburannya sudah berakhir ya," kata seorang gadis berambut senja.

"Iyaa..." balas Rukia lesu.

"Kuchiki-san, bagaimana dengan liburanmu?" tanya gadis berambut senja itu—Orihime—sahabat Rukia sejak kecil sekaligus teman sebangkunya.

"Yaa, kurang memuaskan. Hanya menghabiskan waktu 5 jam di pulau kesayangan," jawab Rukia cemberut.

"Ah, memangnya Kuchiki-san liburan di pulau apa?"

"Pulau itu sungguh menakjubkan, Inoue. Pasirnya putih, bersih, no pollution, anginnya sejuk, ombaknya besar, hutannya hijau, udaranya segar... itu adalah surga!" kata Rukia dengan semangat. "Itu adalah tempat favoritku untuk liburan. Bahkan rasanya pengen tinggal di sana."

"Waah, aku jadi penasaran. Pasti menyenangkan ya?"

"Sudah pasti! Tak perlu ditanyakan lagi!"

"Oh ya, rumahku sudah dekat. Sampai besok lagi ya, Kuchiki-san! Ceritakan tentang pulau itu ya!" kata Orihime sambil berlari kecil ke arah rumahnya.

"Oke. Sip sip sip!" kata Rukia dengan jempolnya sekaligus mengedipkan sebelah matanya.

"Haah, saatnya pulang ke rumah," sambung Rukia dengan muka masam.

.

Sesampainya di rumah. Eh, kalau dilihat itu sih bukan rumah biasa. Tapi seperti istana. Yup! Mansion keluarga Kuchiki. Luasnya 15 hektar. Di depan rumah yang bagai istana itu terdapat taman yang dipenuhi rumput hijau juga bunga warna-warni yang harum semerbak. Ada juga kolam ikan seluas 10 m2 dengan airnya yang jernih dan ikannya yang unik-unik. Kalau dijual satu, harganya bisa jutaan yen!

Di belakang kebun bunga, terdapat garasi mobil. Mobil-mobil keluarga Kuchiki bermacam-macam. Mobil mewah semua, diantaranya ; Bugatti Veyron, Lamborghini Reventon, McLaren F1, Ferrari Enzo, Pagani Zonda C12dan lain sebagainya. Bahkan mobil jadul bersejarah tahun 1988 pun ada. Gila boo!

Di belakang istana ada lahan seluas 7 hektar untuk kebun, tempat bersantai, kolam renang dan pendaratan Helikopter. Ohh, luas sekali!

Bangunan mansion di sana bergaya bangunan Eropa tapi beberapa bagian bangunan lainnya bergaya ala jepang. Wah bisa dibayangkan gimana bentuknya tuh!

Rumah mewah, pengincarnya banyak. Supaya terhindar dari para pencuri, maka rumah dipasang sistem keamanan modern plus plus. Seperti di agen-agen terkenal. Gila! Biayanya berapa tuh?

Gadis bermata violet penghuni rumah mewah itu kali ini sudah menginjak tanah tempat tinggalnya. Sesekali ia mengacak-ngacak rambutnya karena bete tingkat tinggi. Lalu ia menguap karena tidur tanpa pemandangan indah membuatnya tidak bisa tidur semalaman.

"Tadaima..." ujar Rukia sambil membuka pintu.

"Okaeri," balas Hisana yang sedang duduk di ruang tamu sambil membuka album foto.

"Ah, kakak, tumben buka album foto," kata Rukia.

"A-ano, kakak disuruh Byakuya-sama buat nyari foto kamu," ujar Hisana.

Rukia mengernyit tidak mengerti. "Hah? Fotoku? Untuk apa?"

"Katanya fotomu yang di Helikopter hilang," jawab Hisana.

"E-eh, tu-tunggu! Nii-sama nyimpan foto aku? U-untuk apa?" tanya Rukia terbata-bata.

"Itu untuk..." belum Hisana menjawab, tiba-tiba Rukia yang ada dihadapannya sudah ngibrit ke mana. "Lho? Rukia."

.

"NII-SAMAAA!" seru Rukia menggelegar di halaman belakang rumah.

Gadis bertubuh mungil itu berlari-lari menghampiri kakak iparnya yang sedang mengutak-atik Helikopternya.

"Nani?" tanya Byakuya datar.

"Nii-sama mencari fotoku? Hah, hah, Untuk apa? Uhuk. Hah, hah. Kenapa Nii-sama punya fotoku segala?" tanya Rukia terengah-engah.

Byakuya menghentikan kegiatannya. Ditatapinya adik iparnya itu dengan tatapan dinginnya. Kemudian ia berpaling dan tidak berkata apa-apa.

Oh please, gondok! Rukia dikacangain!

"Nii-sama, jawab aku!" pinta Rukia sambil mengguncangkan tubuh Byakuya.

Tiba-tiba Byakuya memberikan selembar kertas karton tebal yang bertuliskan 'My Family' dengan dihiasi stiker Wakame Ambassador dan Chappy. Tu-tunggu! Apa-apaan ini? Kenapa kesannya seperti poster anak SD?

"H-hah?" Rukia terbelalak kaget.

Di kertas itu ditempeli oleh foto Byakuya dan kakaknya—Hisana. Ada bagian sebesar foto mereka berdua yang kosong di bawahnya. Apa di bagian itu adalah fotonya yang dikatakan hilang itu?

"Nii-sama, nande..." belum Rukia menyelesaikan kalimatnya, Byakuya sudah memotongnya.

"Dari dulu aku sengaja menempelkan foto keluarga. Fotomu hilang. Seharusnya ada di sekitar sini setelah pendaratan pesawat. Tapi tidak ada," kata Byakuya menerangkan.

"Oohh." Rukia ber-ohh-ria. "Kalau begitu ganti foto yang lain saja."

"Tidak bisa!" bantah Byakuya.

"E-eh." Rukia tersentak. "Ke-kenapa?"

"Foto itu sudah jadi jimat."

"E-eeeeh! Maksud Nii-san jimat? Jimat apa?"

Byakuya tidak menjawab dan sibuk membereskan kursi di dalam Helikopter. Rupanya pria setinggi 180 cm itu masih mencari foto Rukia.

Rukia sebal dikacangin terus sama kakak iparnya itu. Ia menggembungkan pipinya lalu cemberut. Karena makin kesal kalau terus berdiri di hadapan kakak iparnya itu, ia bergegas pergi ke kamarnya untuk mandi. Lebih baik segera pergi, daripada jadi bebek dungu gak berguna di sana.

Yah... siang hari gini, panas gini, enaknya ya mandi.

.

"Hoaaaam." Rukia menguap saat hendak memasuki kamarnya.

Tapi baru saja ia membuka pintu, ia dikagetkan sesuatu. Kamarnya yang rapih dan bersih kali ini berantakan super.

"Haaaaah?" Gadis bermata violet itu melongo tak percaya. Padahal baru kemarin malam ia membereskan kamarnya. Dan kalau berantakan pun, gak parah kayak kapal pecah seperti ini.

Apa-apaan lagi ini? Buku-buku di meja belajarnya berserakah di lantai. Bantal di kasurnya kok nyangkut di jendela? Dan boneka-boneka koleksinya nyangkut di mana-mana. Bahkan Chappy boneka kesayangannya nyangkut di atas lampu. Siapa gerangan yang melakukan hal ini?

Gejolak api kemarahan sudah menguasai diri Rukia. Berani-beraninya ada orang yang tega berbuat keonaran di ruang pribadi Rukia. Grrrr!

"KAKAAAAK!" seru Rukia kesal.

Beberapa detik kemudian Hisana datang. "Ada apa, Rukia?"

"Kak, siapa yang ngeberantakin kamarku?" tanya Rukia yang mulai panas.

Hisana terheran-heran. "Kakak tidak tahu."

"Lihat! Kamarku berantakan begini! Siapa sih yang tega ngeberantakin? Dia harus tanggung jawab buat beresin!"

"Kalo begitu biar para maid yang membereskan," usul Hisana meredakan marah Rukia.

"Tapi aku harus tahu siapa yang ngeberantakin kamarku!" protes Rukia.

"Sudahlah, hal itu nanti saja. Kamu mandi dulu!" kata Hisana.

Rukia mencoba pasrah. Dan akhirnya amarahnya itu bisa reda. "Ya sudah, aku mandi dulu."

.

Rukia melangkahkan kakinya ke kamar mandi sambil mengacak-acak rambutnya. Tapi... tiba-tiba kakinya menginjak sesuatu yang basah di lantai.

Gadis berambut hitam itu heran. Lho? Kok lantai depan kamar mandinya basah?

Lagi-lagi ia dikejutkan sesuatu. Duhh, kenapa ya hari ini banyak sekali hal-hal tak terduga. Apa mungkin Rukia sedang sial?

Crrruuussssh. Suara keran terdengar begitu keras dari dalam kamar mandi. Waduh, apa ada orang di dalam? Atau apa barusan ada orang yang mandi di kamar mandinya sampai-sampai keran gak dimatiin.

"Ini sih benar-benar ada penyusup!" tukas Rukia.

BRAK! Dibukanya pintu kamar mandi dengan kasar. Dan ia benar-benar kaget. Keran di kamar mandinya ngucur air semua. Shower juga! Argh! Siapa sih yang udah ngeberantakin miliknya semua.

"Ihhh, siapa sih yang habis dari kamar mandi?" Rukia dengan kesal menutup keran-keran di kamar mandi pribadinya.

Gadis bermata violet itu kali ini berdiri di samping bathub tanpa menyadari siapa yang sedang tertidur pulas di bathub yang penuh busa itu.

"Huuh. Saatnya mandi." Rukia membuka handuk bajunya. Dan... baru saja kakinya masuk ke dalam bathub dan tangannya berpegangan pada sesuatu, matanya terbelalak kaget.

Kakinya menginjak badan seseorang, dan tangan kanannya menyentuh rambut seseorang. Mata violet Rukia menangkap sesosok pria berambut jeruk nan jabrik sampai menutup wajahnya sedang tertidur pulas di bathub miliknya.

Dengan segera ia berteriak, "HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA! PENYUSUUUUUUP!" serunya menggelegar sampai-sampai bangunan mau runtuh.

.

.

To Be Continued

.

.

Oke, oke. Pertama-tama Mel ucapkan terima kasih buat yang udah baca fic Mel ini ^^

Ini fic pertama tentang IchiRuki. Ichigo versi tarzan. Hehehe... dan maaf ya kalo fic ini benar-benar abal. Hiks hiks...

.

Well, ladies and gentleman

Mind to Review?