A/N : halo euuummmmm salken dulu deh buat penghuni sini (?). Kenalin aq panda #yaterus. Karena ga sengaja liat status mbnya soal event tododeku jadi aku ngikut saja lumayan latihan ngerece /g. Bikos aku juga shipper mereka /senyummalumalu/ ooc mohon dimaafkan karena saya gak terlalu pandai karakterisasi. (Kebanyakan nangkring di voca)
.
Boku no Hero Academia © Horikoshi Kouhei
AU. OOC. Plotless. Kebanyakan receh. Belok-belok.
Didedikasikan untuk event #OFATODODEKU
Midoriya Izuku.
Umurnya enam belas tahun, tanggal lahir xxyytttt (disensor agar tidak ada yang nyantet), dan memiliki golongan darah O itu adalah anak kelas dua SMA Yuuei biasa yang ramah, baik, sopan dan bersahaja.
Kenapa ini semua harus ditulis?
Mengetahui info tentang target cintamu itu penting sebelum melancarkan aksi—by Todoroki Shouto.
Dan siapa kah Todoroki Shouto yang mendadak nongol dengan quotes nirfaedah ini?
Dia adalah pihak pemanah dengan rambut beda warna belah tengah yaitu putih dan merah bagaikan bendera Jepang yang mengandung unsur sejarah—sedang ingin dekatdekat dengan calon mangsanya.
(Bisakah bahasanya ditulis lebih halus?)
Intinya Shouto ngegebet Izuku. Titik.
Shouto tahu bahwa seharusnya kromosom y dan kromosom y tidak dapat bersatu secara sudut pandang sosial, katanya haram. Tapi menurut HAM alias Hak Asasi Multilevel, tindakan seperti ini pasti dibenarkan sebagai dosa terindah. Di antara kedua hal tersebut, Shouto lebih memilih ingin memerdekakan dirinya sendiri. Hidup itu cuma sekali, setidaknya dia tidak ingin menyesali sisa hidupnya hanya karena ia tidak mau berusaha.
Namun, usahanya selalu kandas akibat ketidakpekaan Izuku. Modus ini modus itu hampir semuanya selalu berakhir dengan friendzone. Shouto nyaris saja gila dengan semua itu. Di akhir pekan, dia akan karaokean sepuasnya sambil menyanyikan lagu-lagu melankolis demi menenangkan hatinya.
Lalu kembali ke hari Senin yang menyebalkan. Mereka satu kelas, mereka duduk sebelahan, mereka sering makan bareng kalo jam istirahat, dan Shouto sering meminjami PR ke Izuku. Apalagi kalo Izuku mendadak sakit, dia yang rawat di UKS. Kurang apa coba usaha Shouto?
Tentu saja, kurang keberanian.
Shouto menyadari hal itu. Dirinya tidak seberani Katsuki, preman kelas. Bahkan orang seperti Katsuki menyatakan cinta ke cewek kelas sebelah, dengan berani.
Tapi, Shouto bukanlah preman. Dia ini pangeran— anak kontraktor terkaya di kota ini. Pede gapapa, anggap saja modal batin yang utama. Sebagai anak yang baik dan berbakti, ia harus menjaga imej dimana pun ia berada. Termasuk saat modusin Izuku. Istilahnya sih modus dengan elit dan bergaya.
Serah lu dah.
"Izuku, makan yuk." ajak Shouto ketika jam istirahat. Kurang keras gimana kodenya coba. Sebenarnya Shouto tidak begitu suka sksd, tapi kalau sudah menyangkut urusan masa depannya tentu adalah hal yang penting.
"Eh? Todoroki-kun? Ano, hari ini aku lupa bawa bekal." Izuku garuk kepala, pundak, lutut kaki, lutut kaki.
Siapa yang baca sambil nyanyi, hayo.
"Kalo gitu makan aja punyaku. Ambil semuanya." semenjak bertemu Izuku, Shouto telah mempelajari arti dari kata ikhlas.
Eaaa.
"Ta-tapi—"
"Nanti aku beli aja."
"Tapi, Todoroki-kun, aku gak enak sama kamu."
"Tapi kalo enaena sama aku ga nolak, kan."
Karena mengalami stres berkepanjangan, maka harap maklum jika kalimat yang gak Shouto banget bisa lolos seleksi. Shouto sendiri tidak langsung mengoreksi dan baru sadar beberapa detik kemudian.
"E-e-eh—m-maksud aku—" Shouto merasakan bahwa kini seisi kelas memandangnya horror. Mereka semua sudah tahu Shouto demen Izuku, tapi kalimat barusan sangat amat menodai citranya di kancah lembaga ilmu. Niat hati modus gebetan berakibat dengan membuang harga dirinya sendiri amatlah menyakitkan.
"Kita bagi dua aja ya bekalnya. Pasti enak, itu kan yang mau Todoroki-kun bilang?"
Shouto menepuk jidatnya. Antara lega dan kesal.
Shouto sudah tidak mau lagi menatap hari esok.
Nama gantengnya tercoreng, harus berkata apa ia besok pada teman sekelasnya gara-gara kejadian tak diinginkan. Shouto pulang dengan wajah lesu, berjalan menuju arah rumahnya seorang diri. Andaikan saja rumahnya searah dengan Izuku, ia rela berlama-lama meski akan telat.
Pluk
Shouto merasakan sesuatu menimpa kepalanya. Saat ia mencari-cari benda apakah yang mengenainya, ia menemukan sebuah buku tergeletak di depannya. Sampulnya usang, sampul gambarnya tidak jelas dan kecoklatan. Sepertinya tidak terlalu tebal.
Shouto mengambilnya dan membukanya, mengusap debu di halamannya. Buku apa ini? Kalau buku berisikan jampi-jampi buat melet gebetan, Shouto mau pake banget. Mayan gratisan. Daripada dia nebus mehong ke dukun cinta.
"Selamat, anda telah memenangkan hadiah piring cantik—loh, siapa kamu?"
Sebuah suara misterius terdengar. Shouto celingukan kanan-kiri, tapi tidak menemukan siapa pun. Apakah ia sedang berhalusinasi? Lalu ia menengok ke atas.
Panggilan Tuhan, barangkali?
"Hey, bocah belang, aku adalah jin penunggu buku ini."
Lalu perlahan-lahan, Shouto dapat melihat seorang pria berbadan kerempeng berdiri di depannya. Ia berpakaian ala timur tengah dengan sorban di kepalanya. Sedang asyik menghisap cerutu gede di mulutnya.
"Namaku All Might, aku akan mengabulkan tiga permintaanmu! Selamat karena telah terpilih sebagai pemilik buku ini—untuk sementara waktu."
Shouto mengamati perawakan pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Apa benar dia ini jin?
"Hei, kau meragukanku, ya?" tanyanya.
"Bukannya begitu. Kalau kau memang jin, kenapa badanmu seperti orang yang menderita gizi buruk? Di buku dongengku, jin itu gemuk-gemuk."
BEDANYA DI MANA, MAS?
"Dongeng tidak selalu benar, anakku. Apakah kau punya keinginan? Katakan saja! Aku akan mengabulkan semuanya—em, tiga saja sih." ralatnya.
"All Might, bisakah kau membuat teman sekelasku melupakan kejadian yang menimpaku hari ini?" Shouto langsung mengajukan permohonan sebagai tikus percobaan.
"Tentu saja, itu mah gampilll." lalu komat-kamitlah si All Might sambil gedebrus. Shouto otomatis menjauh dari radius ludahnya yang nyembur. Harap catat bahwa Todoroki Shouto adalah pecinta kebersihan yang hqq.
"Baiklah, jika besok mereka masih mengingatnya, aku akan membuangmu."
"Jangan jahara begitu, anakku!"
"Namaku Todoroki Shouto, dan aku bukan anakmu, jin kerempeng."
"All Might!"
Shouto melanjutkan berjalan kaki sambil membaca buku tadi. Tulisannya tidak bisa ia pahami sama sekali. Lalu, apa gunanya buku yang tidak bisa dibaca ini?
"Buku ini adalah tempat tinggal saya selama ribuan tahun. Tadi, seorang arkeolog membawa buku ini dan tanpa sengaja terbuang ke jendela pesawat karena kuncinya terlepas." All Might seolah bisa membaca pikirannya. Shouto menoleh ke arahnya.
Tolong katakan bahwa Shouto tidak sedang terjebak adegan sinetron.
"Aku akan percaya padamu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya." Shouto tetap berjalan pulang dengan mengabaikan ekskstensi jin yang katanya bernama All Might itu.
"Jangan tinggalkan saya, tuan!"
Shouto masuk sekolah dengan waswas hari ini.
Ia berdiri di depan pintu kelas sembari memegang kokoro, bersiap untuk kemungkinan terburuk kalau-kalau kekuatan si jin itu hanyalah bualan. Ia memberanikan diri membuka daun pintu, dan mendapati teman-teman sekelasnya sedang berngaso ria sebelum pelajaran dimulai.
Seperti biasa, ia akan duduk anteng di sebelah Izuku yang sudah datang terlebih dahulu. Izuku tetap melempar senyum kepadanya seperti hari kemarin.
"Pagi, Todoroki-kun."
"Pagi juga, Izuku."
Shouto tersipu malu sambil menenggelamkan wajahnya di meja. Berkah selalu menyertainya setiap hari, terima kasih, Tuhan.
Sepertinya dugaan Shouto terbukti. Tidak ada satu pun yang mengungkit masalah kemarin dan mendatanginya hari ini. Si jin lalu keluar menampakkan diri.
"Silahkan rikues lagi, tuanku." All Might mendadak muncul di sebelah Shouto yang asik-asiknya berkencan dengan buku bahasa inggris di mejanya. Guru pelajaran hari ini, Midnight, tidak bisa mengajar karena kecelakaan tempo hari. Sehingga kini murid-murid sekelasnya belajar sendiri.
"Tuan—"
Masih acuh.
"Tuan—"
Sama saja.
All Might tidak tahan lagi dengan perlakuan dingin Shouto.
"Kekuatanku hanya efektif dalam waktu 3 x 24 jam, tuan."
Shouto menoleh. "Kau pasti hanya halusinasiku. Syuh." Shouto kembali fokus belajar.
Perih, coeg!
Sepanjang All Might berkarir sebagai jin, baru kali ini ia diabaikan dan merasa hancur. Apakah eksistensi jin sudah menghilang dari ingatan manusia? Apakah Shouto baru saja membuangnya?
"Todoroki-kun, aku ingin bertanya bagian yang ini." Izuku mendatangi meja Shouto yang kebetulan tepat di sebelahnya.
Shouto tersenyum manis.
"Duduklah di sini, Izuku." Shouto menepuk-nepuk pahanya, menawarkan diri secara cuma-cuma. Dikit nyabe gapapalah—ups.
Izuku menggeleng cepat sebisanya.
"Eum, aku bawa kursiku, ya, sebentar."
Shouto menggerutu dalam hati. Ia mendadak cemburu terhadap kursi Izuku. Masa kursi reot itu lebih berharga daripada fanservis yang ia beri gratis tanpa bunga? Mungkin sebaiknya di hari esok, ia buang kursinya supaya bisa dekat, sekalian pegang-pegang.
Astaghfirulah.
"Aku gak ngerti di bagian ini, Todoroki-kun."
Shouto pun bergegas mengajarinya meski hatinya rada dongkol.
"Kalian harus berpasangan untuk praktek olahraga kali ini. Kita akan melakukan lari estafet. Yang merasa tidak enak badan segera angkat tangan sebelum kita memulai pemanasan!" Aizawa-sensei lalu melihat ke arah murid-muridnya. Dari barisan belakang, ia melihat dua tangan muncul.
"Yak, Midoriya dan Todoroki?"
Shouto sih gak kenapa-napa, cuma ngikut Izuku saja. Tapi, sepertinya Izuku sakit di bagian kakinya karena sedari tadi merintih. Tadi, ia bilang pada Shouto bahwa kemarin dia hampir tertabrak oleh motor dan jatuh sampai kakinya terkilir.
"Kau kenapa, Midoriya?" Aizawa-sensei menghampiri Izuku.
"Kakiku terkilir kemarin, sensei."
"Baiklah, kau bisa ikut susulan. Dan Todoroki?" tanyanya.
"Kakiku juga terkilir, sensei."
"Jangan mengada-ada, terakhir kali kau bilang sakit demam tapi badanmu tidak panas dan cuma membolos dengan memanfaatkan Midoriya." Aizawa sudah hafal bahwa Izuku sakit-sakitan dan sering ceroboh sehingga ia tidak heran jika Izuku sering meminta ijin saat pelajaran. Masalahnya adalah, Shouto selalu ikutan jika Izuku ijin.
GLEK.
Todoroki terpojok. Tapi, ia takkan mudah menyerah.
"Tapi, kali ini kaki saya memang terkilir, sensei." dustanya memang tiada dua, memakai wajah datar sebagai topeng kebenaran. Hahaha—Shouto tertawa di dalam hati.
"Benarkah itu, Todoroki?"
"Ya, sensei."
Aizawa hanya mengiyakan saja pada akhirnya. Shouto mengepalkan tangannya yang ada di samping paha.
YES
"Todoroki-kun, bolos itu tidak baik, lho."
Shouto hanya memalingkan wajahnya.
Sekarang mereka berada ada di unit kesehatan sekolah berdua. Izuku mengistirahatkan diri di ranjang, dan Shouto duduk-duduk anteng di kursi.
"Aku baru sadar kalau kau juga sering ke uks denganku, Todoroki-kun. Kalau kau bolos, nanti nilaimu turun." ucap Izuku khawatir.
'Kau cuma mengkhawatirkan nilaiku?!' batin Shouto dengan bumbu derita. Dasar alay.
"Tidak apa, toh nilaiku juga tidak turun."
Bolehkah Shouto menyombongkan dirinya untuk yang satu ini? Boleh, kan?
"Kan 'kalau', Todoroki-kun. Tapi, apa kau memang benar-benar sakit?" tanya Izuku cemas.
"Tidak juga, aku hanya pusing." aku Shouto. Pusing memikirkan bagaimana taktik menjerat Izuku dengan cintanya.
"Tuh, kan. Kalau kau tidak sakit, jangan—"
"Jangan ke uks? Jujur saja, aku khawatir padamu, Izuku. Kau itu ceroboh." potong Shouto.
Emak, akhirnya Shouto mengatakannya!
Shouto menangis bahagia dalam hati. Akhirnya dia berhasil memberanikan dirinya!
"Te-terima kasih." Izuku tersipu. Entah apa maksudnya. Apakah dia ingin menggoda Shouto dengan wajah merahnya? Hmph, tenang saja, Shouto akan mengabulkan keinginannya dalam waktu dekat.
Keinginan apa njir?!
"Todoroki-kun selalu membantuku, terima kasih."
Memang sudah seharusnya calon suami membantu, 'kan.
( Tolong geser otak Shouto ke tempat semula agar tidak konslet, saudara-saudara.)
"Izuku, aku—"
Shouto harus yakin. Ia tidak boleh takut dengan penolakan. Dia adalah pangeran yang berusaha mencuri hati pada pujaan hatinya. Masa sih dia kalah sama preman. Shouto harus pede luar dan dalam. Menyiapkan modal batin untuk berkorban sesaat.
Maksudnya apa.
Shouto tidak lagi ingin menunggu. Ia sudah kebelet hendak menjadikan Izuku sebagai calonnya di masa mendatang. Ia menghapus keraguan yang masih tersisa sebelum benar-benar mengatakannya.
"—suka sama kamu."
Izuku bengong sesaat, menatap Shouto dramatis sebelum tersenyum sumringah.
Shouto tidak percaya ini. Apakah cintanya diterima oleh sang pujaan hati? Apakah berhasil? Apakah mimpinya akan segera tercapai?
Apakah...?
"Aku juga suka sama Todoroki-kun, karena Todoroki-kun baik dan pintar. Semoga kita bisa berteman selamanya."
Shouto cuma memberikan reaksi singkat dengan memasang tampang bloon di wajahnya.
"Eh?"
"Bekal yang dibawa Todoroki-kun juga enak!"
Gak, gak gitu maksudnya, Izuku!
Ingin Shouto menjerit, tapi mulutnya tidak mau terbuka dan hanya mendengarkan serentetan kebaikan dari dirinya menurut sudut pandang Izuku.
Status Todoroki Shouto saat ini : Friendzone Level Awas.
.
.
To be continued
