Ingatlah, masa depanmu adalah harta bagimu. Harta yang sangat berharga. Janganlah engkau salah melangkah, kalau tidak mau berakhir dengan kegundahan yang amat sangat. Akan tetapi, kesempatan kedua pasti ada, pasti. Sesuatu pasti bisa diperbaiki, asalkan sesuatu itu belum mengalami kerusakan yang parah.
Atau, jika engkau merasa langkah yang diambil itu salah, tetap berpikiran positif. Mungkin ada rencana yang sangat indah yang telah Tuhan persiapkan untukmu. Semua itu tergantung kepadamu, buatlah keputusan terbaik, dan pikirkan masa depanmu yang berhaga ini.
Untuk pembaca yang saya sayangi,
Dari pengarang yang sering anda rutuki, Fr1tz
Apakah jalanku selama ini salah? Apakah pilihanku ini salah? Aku ingin merubahnya. Tapi,
Semua karakter bukan orisinal buatan Fr1tz
Proyek Pecobaan 2017
Pertemuan
"Bagaimana ini! Aku pusing…."
Aku hanya bisa memandang kosong meja yang ada di depanku. Aku terus merutuki, dalam hatiku terus mengumpat kesal. Materi yang disampaikan dosen tak ada yang masuk ke kepalaku. Kubiarkan semuanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Jika kupaksa untuk memahami materi tersebut, kepalaku akan mengalami rasa sakit yang teramat sangat, seperti dihantam palu Mjolnir berkali-kali (lebay amat sih).
"Baiklah, sampai disini dulu. Jangan lupa untuk selalu berlatih dan terus menghapal kosakata-kosakata yang telah dipelajari."
"Baik, Bu."
Semua menyahut, termasuk diriku, meskipun dengan nada malas. Akhirnya neraka ini selesai juga. Meskipun dosennya masih terbilang muda, dan cantik tentu saja, namun mata kuliah yang diampunya itu neraka dunia itu sendiri.
Bahasa Rusia Lisan 1
Mengapa bisa-bisanya diriku mantap memilih Program Studi S1 Sastra Rusia? Mengapa diriku dengan tololnya mengenyahkan S1 Pendidikan IPA. Apa hanya karena Universitasnya lebih ternama? Meskipun prodinya tidak terlalu terkenal jika dibandingkan dengan, dokter misalnya? Atau teknik?
Atau hanya gara-gara ingin merantau?
Oke, itu semua benar adanya. Aku lebih memilih Sastra Rusia Universitas Kuoh daripada Pendidikan IPA Universitas 30 September, yang berada di kota Konoha, kampung halamanku. Alasannya sepeerti yang telah kukatakan di atas. Semuanya itu benar. Lagipula sensasi menaiki kereta cepat selama dua jam di akhir pekan sangat menyenakan, dan itu satu-satunya hal yang kunikmati semasa kuliah.
Aku ini tipe mahasiswa pulkam-pulkam club. Pasti pulang di akhir pekan, kecuali jika ada keperluan yang sangat amat mendesak. Dan aku juga mahasiswa kupu-kupu. Dan juga mahasiswa gabut.
"Naruto, jangan lupa nanti ada rapat kelompok."
"Oke-oke," Jawabku dengan nada malas.
"Semangat Naruto! Meskipun kamu nggak dong sama matkulnya, yang penting dibawa happy. Masih ada tes tahun depan," Teman dekatku ini terus memberikan semangat kepadaku. Ia merupakan orang pertama yang kukenal di prodi ini. Aku masuk prodi ini tanpa mengenal siapapun, dan ia adalah orang pertama yang mengajak kenalan kepadaku, dan menceritakan tentang semua hal di Universitas ini, termasuk kota Kuoh juga. Ia asli penduduk sini. Issei Hyodou namanya.
"Iya sih. Namun aku sudah kehilangan mood, ketetarikannku pada prodi ini sudah hilang."
"Aku tahu perasaanmu, Naruto. Cobalah untuk mengikutinya, disamping juga belajar untuk ujian masuk PTN. Tak lupa untuk selalu membaca Icha-Icha Paradise sebagai penghibur dikala suntuk."
"Tolong hapus kalimat terakhir itu," Aku memegangi jidatku. Meskipun Issei orangnya baik, namun ia adalah mesum tingkat akut. Hentai lopers dia. Bahkan aku pernah dipinjamkan sebuah CD hentai yang isinya istri orang digangbang sekumpulan pria paruh baya dengan tingakat kemesuman sejagad raya! Semenjak itu aku agak-agak trauma sama yang namanya NTR!
"Kau ini, pria yang nggak normal. Pria normal itu suka hal-hal ero!"
"Gila! Lo ngapain ngomong begitu sambil teriak penuh semangat. Orang-orang pada ngeliatin lo dengan pandangan menjijikan."
"Biarin. Mereka munafik sebenarnya. Dalam hati kecil mereka, sebenarnya mereka menyukai ero! Porn! Hentai!"
"Oke cukup! Pening kepalaku mendengar dirimu berkata begitu tanpa rasa malu. Lebih baik aku cari makan dulu. Sampai jumpa nanti, mesum."
"Kutunggu engkau di lantai 6, bruh. Jangan lupa datang. Awas saja nanti kalau nggak datang."
Aku memberikan kode oke oce, dengan malasnya. Aku lantas berjalan menuju keluar dari kampus, dan bergegas kembali ke asrama. Kuingin merebahkan diriku diatas empuknya kasur, menghilangkan segala kepusingan yang ada, jatuh dalam mimpi yang menenangkan.
Thousands of cherry trees dissolve into the night.
Not even your voice will reach.
This is a banquet….
Aku meraih smartphone milikku, yang terus berbunyi tanpa hentinya. Seingatku aku tidak memasang alarm, mungkinkah ini telepon?
"Tuan Mesum."
Benar, kan? Sebuah telepon. Dari Maharaja Ero Issei. Tumben dia,
"Lo kemana aja sih?! Nggak dateng saat rapat, padahal dirimu sudah janji. Mengapa kau dustai diriku?"
"Udah nggak usah nyanyi. Aku ketiduran tadi, pusing sangat kepalaku ini," Aku baru ingat bahwa aku tidur dari siang sampai matahari terbenam.
"Ah, oke-oke. Aku maklum. Nanti ada orang yang memberitahumu hasil rapatnya, btw aku lagi sibuk nih, dadah."
TUT
Kok ana sebel yah sama ucapannya terakhir itu? Pengen ana tampol tuh muka sangean.
Huft, dasar maba.
Kuambil air mineral dari kulkas, terus kuminum (iya-yalah) dan merebahkan diri ke sofa yang ada di kamar Asramaku ini. Kamarku ini fasilitasnya lengkap dan bagus, dan ada dua kamar tidur yang terpisah. Namun untuk sementara ini aku sendiri menghuni kamar ini. Terkadang begitu sepi, kamar luas yang didiami oleh seorang saja membawamu ke perasaan sunyi dan sepi, yang membuat kau sering menggalau entah apa.
Dasar Mahasiswa Jaman Now.
Sukanya galauan, nggak pernah bisa move on (hampir).
"(Tok tok tok) Permisi."
Kelihatannya ada tamu, dengan segera diriku membukakan pintu kamarku.
"Ini kamar 369 kan?"
"I-iya," Aku gugup. Ada cewek cantik dengan tubuh yang aduhai, datang ke kamarmu. Akankah terjadi hal semacam itu nantinya?
"Ano, maaf menggangu. Nama saya Alisa Ilinichina Amiella. Saya akan menempati kamar ini mulai dari sekarang, jadi mohon bantuannya!"
Eh-
-Bersambung-
