Soundtracks of Our Field of Love

Various romantic drabbles of Eyeshield 21 berdasarkan lagu di Winamp saia yang di shuffle. Sebenernya lagunya banyak banget si, tapi kebanyakan gag mudeng liriknya XD jadi saia crop itu playlist jadi lagu yang mudeng-mudeng aja hahahaha…. Oiya nih kebanyakan uke centernya di Sena, tapi ntar kalo ada uke uke lain saya tayangin deh hahahak XD

(Nunggu saat yang tepat buat ngesubmit endingnya Blurry jadi nulis ini muhahahah)

Disclaimer: Kalau Eyeshield 21 punyaku aku pasti langsung lulus makul komik semester 4 ntar XD

*

First Soundtrack

Dirty Little Secret by All American Rejects

Juumonji melirik ke belakang dari balik helm footballnya. Ya, ia tahu itu tidak akan berpengaruh banyak, tapi ia merasa tetap masih bisa melihat wajah Sena yang tersenyum aman dalam perlindungannya.

'Yeah babe, you know you'll safe under my arms', Juumonji tersenyum seraya memikirkan jenis perlindungan terbaik yang akan ia persembahkan untuk runningbacknya di pertandingan ini.

Seperti biasa, saat Hiruma selesai dengan segala ritual quarterbacknya di pertandingan dan melempar bola pada Sena, ini saatnya ia bekerja. Dengan kekuatan penuh adrenalin yang mengalir sampai ujung pembuluh darahnya ia menghempaskan seluruh defense tim lawan ke tanah lapangan, menciptakan jalan yang aman bagi Sena untuk berlari dan mencetak kemenangan bagi Deimon. Juumonji tersenyum tipis.

"Juumonji kun! Akhir akhir ini kau semakin kuat saja! Aku bahkan tak perlu berbuat banyak untuk menangani defense tim lawan", puji Kurita setelah selesai sebuah pertandingan dengan kemenangan telak Deimon.

"Arigatou, Kurita san. Aku berjuang keras untuk itu", jawab Juumonji merendah. Namun kenyataan bahwa ia berjuang keras hanya demi melindungi Sena di setiap pertandingan itu benar.

"Pasti susah ya, biar nggak dianggap preman lagi? Hahhhaaa.....", timpal Taki, mengangkat jempol kirinya sekaligus kaki kanannya tinggi-tinggi. Sekilas sinar mirip spotlight di konser dangdut berkilau dari giginya.

Juumonji terdiam sejenak, melepas helmnya lalu melirik ke arah tertentu. Dilihatnya Sena yang sedang menerima minuman dari Mamori di bangku pemain. Sena yang menyadari lirikan Juumonji balas menatap seme pirangnya itu dengan pandangan mata menggoda. Sena lalu mengangkat tangan kirinya dan menempelkan telunjuknya di bibir. Juumonji tahu tanda apa itu.

"Well yah... itu alasan kedua. Alasan pertamanya rahasia", ujar Juumonji santai pada Taki dan Kurita, lalu berlalu ke ruang ganti.

"Tunggu saja hadiah kemenangan ini nanti malam, Sena chan.....", gumam Juumonji sambil tersenyum agak pervert.

(Author's Note: Waw... jadi inget John Tucker Must Die hahahaha..... nostalgia banget)

*

Second Soundtrack

Indah Kuingat Dirimu by Yovie and Nuno (muhahahahaha!!!)

Hiruma terhenyak.

"MUSASSHIIIIIIIIIIII??????!!!!!!!!!!!!", teriaknya membahana dengan nada tinggi. Di suatu tempat kepala sekolah Deimon merinding, berfirasat buruk bahwa kasnya akan keluar lagi membiayai penggantian kaca pecah di ruang klub football.

"Ppssssttttttt Hiruma san! Jangan keras-keras....", pinta Sena malu-malu sambil menaruh telunjuknya di depan bibirnya yang mungil.

"Mana mungkin nggak keras-keras, fucking chibi! Itu berita paling mengagetkan yang kuterima setelah berita kalau fucking idiot Taki itu jadian sama Akaba!", semprot Hiruma, hanya mengurangi volumenya sedikit dari teriakan tadi.

Sena menunduk malu, menggores-goreskan jarinya di meja.

"Ta-tapi.... dia cowok terseme yang pernah aku tahu, Hiruma san... Bagaimana pendapat Hiruma san tentang ini? Apa baik kalau aku yang mengajaknya kencan duluan? Kan Hiruma san yang tahu lebih banyak tentang Gen kun....",

"Ke..... ke....... ke.............. keee.........", Hiruma memaksakan tertawa, keringat dingin mengalir dari hidungnya yang super mancung.

"Bagaimana Hiruma san?", tanya Sena lagi penuh rasa ingin tahu. Mata coklatnya yang besar menatap padanya dengan polos, persis anak anjing terlantar di dalam kardus jeruk di sebelah tiang listrik. Namun bukan Hiruma yang ada di mata itu, tapi Musashi. Musashi alias Gen Takekura yang sudah dikenal baik oleh Hiruma sejak SMP, salah satu dari dua orang pendiri Deimon Devilbats, sedikit dari orang yang bisa Hiruma panggil sahabat. Tapi sekarang.... Hiruma tidak menyangka bahwa 'sahabat' nya itu bisa mencuri hati runningback yang ia puja diam-diam.

'Sial sial siaaaaaaaaaallllllllllllllllllllllll!!!!!!!!!!!!', jerit Hiruma dalam hati, nyaris memasukkan senapan mesin ke dalam mulutnya dan menarik picunya kalau tidak ingat bahwa target Christmas Bowl tim mereka belum terpenuhi.

"Hiruma san?", panggil Sena tak yakin melihat Hiruma yang malah sibuk dengan pikirannya sendiri itu.

"E-ehem.... yah... itu tidak apa-apa. Ajak saja kakek sialan itu ke... ehem... Themepark Happyland di Jalan X itu. Dia pasti mau", jawab Hiruma tersendat sendat, berat, namun penuh kepastian.

Sena tersenyum lebar dengan bahagia. Sialan.

"Benarkah? Kalau begitu terima kasih Hiruma san! Aku akan langsung mengajaknya ke sana minggu ini!", seru Sena bersemangat. Ia lalu menunduk dalam sebagai ucapan terima kasihnya lalu bergegas pergi sebelum Hiruma dapat mengucapkan sepatah kata apapun.

Namun memang tidak perlu kata-kata.

Dikumpulkannya sniper rifle, handgun, granat, berbagai jenis perangkap, nigh vision goggle, penyadap suara, handycam,handphone, laptop, bergulung gulung tali, berbagai macam camouflage suit, dan yang terakhir, yang paling penting, threat notenya.

Sebagai persiapan terakhir, dipelajarinya site map Themepark Happyland dengan seksama.

"Kekeke... tunggu saja kakek sialan...", gerutu Hiruma dengan berapi-api.

(Author's Note: Engng... kalo lagunya Yovie and the Nuno romantis, cerita ini gag aada romantis romantisnya sama sekali XD hiruma gitu loh! Apa yang bisa kita harapkan dari cara-iblis-menunjukkan-cinta nya? Hahahahahkk XD)

*

Third Soundtrack

Racun Dunia by The Changcuters (Diskip karena objeknya cewe XD)

*

Fourth Soundtrack

Here With Me by DIDO

Sena terbangun dengan terkejut. Ranjang di sisinya kosong. Meski begitu ia masih merasakan kehangatan tersisa di sana. Begitu juga dengan aroma yang sudah sangat ia kenal itu.

Campuran antara keringat dan cologne yang biasa dipakai Shin. Dan sekarang yang tertinggal hanya itu. Hanya itu.

Beberapa saat kemudian ekor matanya menangkap sebuah benda putih yang terselip di bawah teleponnya. Secarik kertas.

Aku pergi dulu. Maaf tidak membangunkanmu. Kau lelah dan tertidur terlalu lelap.

Tetaplah bermain football. Aku mencintaimu.

Shin S.

Jadi Shin sudah pergi....

Sudah dari dua bulan sebelumnya Shin memberitahu Sena bahwa ia akan pergi ke Amerika untuk setahun, untuk lebih mendalami football di negara asalnya. Ia mendapat beasiswa untuk belajar di sebuah akademi olahraga di sana, dan bergabung dengan sebuah tim yang katanya terkuat di Amerika. Tentu saja Shin tak akan melewatkan kesempatan emas itu.

Meski ia harus meninggalkan Sena di Jepang. Sendirian.

Sena sudah tahu saat ini akan tiba. Namun meski ia sudah menyiapkan dirinya untuk ini, tetap saja ia tidak siap.

Sena menggulung tubuhnya, memeluk lututnya.

'Tetap bermain football? Jangan bercanda....', pikir Sena....

Bahkan bangun dari sini pun aku nggak mau...

(Author's Note: pendeknya.... OoO sementara ini dulu deh, ngantuk, matahari sudah terbit dan saya belom tidur dengan nyenyak *yawn*)