Kubuka pelan pintu apartemenku. Menelongok ke dalam sebentar sebelum akhirnya memasuki ruangan sunyi itu seorang diri. Tubuhku memang lumayan lelah setelah seharian berada di kampus. Tapi itu tidak berarti aku bisa melupakan tugasku sebagai seorang istri.

Istri,hah?

Yeah,aku memang telah mengikat janji suci dengan seorang pria yang paling kucintai. Namanya lee donghae. Dan . . . yes,I am his uke.

Itulah kenapa aku berada di pihak bawah yang harus melayaninya.

Merawat apartemen kami untuk membuat ruangan itu tetap terlihat nyaman untuk ditinggali. Menyiapkan apapun yang dibutuhkannya dan menjadi orang pertama yang akan menemaninya siang ataupun malam.

2 jam lagi donghae datang dari kantornya. Seperti kebiasaanku setiap hari seharusnya sekarang aku sudah mulai menyiapkan makan malam.

Bukannya kami orang yang kurang mampu hingga tidak memiliki pembantu atau maid atau apapun itu. aku yang menolak ide donghae saat kami baru saja selesai membeli rumah ini ketika donghae mengusulkan agar aku mencari seorang maid untuk membantu tugas rumahku. Lagi pula aku masih kuliah,dan donghae takut jika kegiatan rumah mengganggu proses belajarku. Tapi sungguh aku tidak ingin ada orang lain yang mengurusi donghae. Sudah menjadi tugasku untuk melayaninya. Karna aku istrinya. Jadi walaupun melelahkan,ada rasa kepuasan tersendiri yang sulit dijelaskan. Aku hanya ingin berbakti pada seseorang yang sudah di takdirkan untuk bersamaku di dunia ini.

Kuregangkan tubuhku pelan kemudian beranjak ke dapur. Menanak nasi dan menyiapkan beberapa lauk.

Kami baru menikah sekitar 3 bulan yang lalu. Dan aku mulai nyaman dengan jadwal rumah tangga kami yang tertata rapi. Kebersamaan yang cukup meskipun kami menginginkan lebih. Tapi justru itu membuat semuanya menjadi lebih menarik. Terkadang,semakin jarang kau bersama orang yang kau cintai,semakin besar pula rasa rindumu padanya.

Aroma yang enak.

Bibirku mengulas senyum tipis membaui aroma masakan yang hampir matang sebentar lagi. Makanan kesukaan donghae itu beragam. Tapi dia paling suka seafood. Berbeda jauh denganku yang membenci makanan satu itu. sebagai penengah,aku paling suka memasak sayur dengan udang agar donghae tetap mau memakan sayuran meskipun dia membencinya.

Mencincang bumbu pelan dan cepat. Kadang aku berpikir,apa aku terlihat seperti koki sekarang?

Dengan apron dan gaya masakku yang seperti seorang chef pasti banyak yang akan tertarik melihatku di televisi. Tingkah aneh paling banyak kulakukan di saat seperti ini adalah tersenyum sendiri dengan ekspresi yang jika donghae melihatnya dia akan tertawa terbahak-bahak.

Dia itu memang tidak pernah menyembunyikan perasaannya. Ketika ia senang,kau akan melihat mulutnya selalu terbuka dengan sebuah senyuman memikat. Dan ketika dia marah,wajah dan bibirnya akan menekuk sampai seseorang membuatnya senang kembali. Seperti anak kecil. Meskipun terkadang,donghae juga bisa menjadi seseorang yang dewasa pada saat-saat tertentu.

" prince! Aku pulang!"

Ini sudah jam 5 kah?

Kutaruh lauk terakhir di atas meja kemudian menghampiri donghae yang sedang melucuti pakaian kerjanya di kamar. Kuberikan handuk ke arahnya dan mencium pipinya sejenak.

Dia tersenyum mengamatiku. Menundukkan wajahnya dan mencium bibirku.

"mandilah. Makan malam akan segera siap."

Satu kecupan lagi kuberikan pada pipinya. Kemudian meninggalkannya menuju dapur untuk membereskan sisa-sisa pekerjaanku. Mencuci piring dan meletakkannya kembali ke tempatnya.

"love,kau lelah?" tanya donghae yang entah kapan sudah memeluk pinggangku dari belakang.

"tidak." jawabku sambil meletakkan gelas kesayangan donghae kembali ke tempatnya.

"apakah tidak sebaiknya kita mencar. . ."

"aku bisa melakukan semuanya hae. Tidak perlu ada maid." Jawabku seraya melepaskan diri dari pelukannya dan menuju ke kamar mandi.

Sebelum sempat aku membuka kenop pintu kamar mandi,aku baru menyadari jika donghae belum memakai apapun di tubuhnya selain handuk yang tadi kuberikan.

"hei,cepat pakai bajumu. Tidak sopan." Kataku ke arahnya yang di balas cengiran tampan di wajahnya.

"yes,my lord."

Dia selalu berhasil membuatku bersemu malu.

Dasar.

Jika aku bisa mengibaratkan donghae,dia itu seperti mawar merah. Elegan,indah,tapi berbahaya. Mempesona siapa saja yang melihatnya dengan gerakan tenang yang seolah mengundang. Tapi mawar bahkan terlalu angkuh untuk mengakui bahwa dia dapat ditahlukkan oleh seseorang.

Setelah menyelesaikan urusan belakangku kami memulai ritual makan malam harian kami. Dalam tenang dan sedikit candaan darinya. Donghae menceritakan kegiatannya di kantor,tentang temannya yang berhasil meningkatkan keuntungan pabrik hampir 10% tahun ini. aku memang tidak mengerti semua itu. tapi melihatnya berbicara begitu semangat membuatku terpesona. Kebersamaan yang simple,namun tetap menyenangkan.

Donghae bekerja di perusahaan milik ayahnya. Meskipun begitu dia tidak meminta kedudukan tinggi di perusahaan teh terbesar di jepang itu. dia ingin memulai semuanya dari dasar,jadi saat ini,donghae hanya menjadi karyawan biasa di kantor yang sebentar lagi akan ia miliki.

Selesai makan malam adalah waktu untuk bersantai,kali ini kami memilih menonton anime bersama. Donghae tidak suka anime,tapi karna aku suka,diapun rela mengorbankan film BF-nya dengan kartoon.

Sambil berselonjor manja dalam dekapan donghae di sofa,mataku tak henti-hentinya mengamati anime di depan kami. Apa aku seorang otaku? Jawabannya mungkin ya,mungkin tidak. jika kau bertanya apakah aku menyukai anime,tentu saja aku suka,sangat. Tapi seorang otaku bukan hanya menyukai anime,tapi lebih dari itu. jadi entahlah. Kenapa juga aku memikirkan sesuatu yang tidak jelas seperti itu.

"love." Kata donghae kalem,menuntut perhatian dariku.

"hmm."

"kau mencintaiku?"

Kali ini dengan sedikit geram aku membalikkan badanku untuk melihatnya,kuputar bola mataku tepat di depan wajahnya.

"kalau aku tidak mencintaimu,tidak akan aku menikah dengan laki-laki yadong sepertimu!" kucium pelan bibirnya yang mencebik mendengar kata-kataku.

"ayah menugaskanku untuk ke tokyo besok. Selama 3 hari aku disana. Aku ingin mengajakmu,tapi aku yakin kau pasti tidak mau karna harus kuliah."

Tangan donghae membelai surai coklatku dengan lembut. Menciumnya sejenak kemudian menarikku ke dalam pelukannya.

"aku akan merindukanmu,Love." Sebuah kecupan donghae berikan pada dahiku.

"Cuma 3 hari." Kataku setengah pada diriku sendiri. Aku juga pasti akan merindukanmu hae.

"kak siwon akan menginap disini saat aku pergi. Bolehkah?"

"humm,tentu saja."

Siwon,dia kakak donghae yang hidup bersama ayah mereka di tokyo. Sedangkan donghae lebih memilih tetap di kyoto bersamaku. Dan sama seperti donghae dan ayahnya,siwon juga merupakan laki-laki yang tampan dan mempesona.

"saranghae,my prince."

Donghae menciumku dalam. Melumat bibirku perlahan namun menuntut. Aku tidak bisa melarikan diri dari kebutuhannya akan tubuhku. Itu manusiawi,dan sudah menjadi tugasku untuk memberikannya pada suamiku.

Semua kebutuhannya telah kusiapkan di dalam koper berpergian yang akan ia bawa.

Kulihat sekilas donghae yang masih tertidur di atas kasur. Mulutnya yang sedikit terbuka mengeluarkan dengkuran halus tanda ketenangan.

Kepalaku masih cukup pusing untuk bangun sepagi ini. tapi aku harus menyiapkan sarapan donghae. Membenahi keperluannya dan membangunkan suamiku itu. jika kami sama-sama molor,siapa yang akan memperingatkan jika waktu sudah menunjukkan jam 6 pagi.

"hae,bangun." Kubelai pelan wajahnya. Sebagai jawaban dari permintaanku donghae menggeliat pelan dari tidurnya.

"kau tidak mau terlambat,kan?" tanyaku lagi masih dengan tangan yang setia menepuk-nepuk pelan pipinya.

"enm." Satu gumaman pertanda sadarnya sang nemo membuatku cukup senang. Setidaknya aku tidak harus berlama-lama lagi mencoba membangunkannya.

"jam berapa prince?" tanyanya seraya mengucek matanya.

"jam 6. Satu jam lagi kau berangkat. Kkaja,cepat mandi."

"enm. Morning kiss."

Kupukul pelan perutnya yang masih penuh dengan keringat hasil kerja keras kami semalam. Tapi meskipun dia mengaduh kesakitan,aku tau jika dia hanya berpura-pura. Kutempelkan bibirku pelan pada bibirnya yang masih menungguku.

"saranghae." Katanya seraya menatap mataku dalam.

"saranghae." Jawabku dengan sebuah senyuman yang mampu memanaskan pipiku. Pasti merah sekali sekarang.

Setelah donghae berhasil memendam keinginannya untuk menarik selimut lebih tinggi lagi dia mulai berjalan malas menuju kamar mandi. Sementara aku sudah menghambur ke dapur untuk membuat sarapan sekaligus bekal untuknya.

"hati-hati di rumah. Siwon hyung akan menjagamu,jadi jangan jauh-jauh darinya,prince." Donghae mewanti-wantiku saat kami berada di bandara. Ck,dia ini berlebihan sekali.

"ne. kau juga hati-hati disana. Makan bekalmu di pesawat nanti kalau makanannya tidak cocok dengan seleramu." Sebuah senyum kuukir di bibirku untuk menyampaikan pesan bahwa aku akan baik-baik saja disini.

"aku hanya bisa makan masakanmu prince. Jadi jika saat kembali nanti aku menjadi kurus,itu semua salahmu." Bibirnya mempout seperti anak kecil.

"pokoknya kau harus makan. Aku tidak mau tau." Ancamku.

Matanya mengamati mataku. Tangannya mulai memegang kedua pipiku dengan halus.

"aku akan kembali."

Satu kecupan donghae berikan pada bibirku. Dapat kurasakan di setiap lumatannya bahwa dia benar-benar akan merasa kehilangan.

"aku tau." Jawabku. Setelah mengucapkan salam perpisahan donghae berjalan meninggalkanku. Yang bisa kulakukan hanya tersenyum dan melambai ke arahnya.

"hyukkie,kau baik-baik saja?"

Aku mengamati pemuda disampingku ini sekilas. Kemudian mengangguk.

"ada apa?" tanyanya lagi.

"donghae pergi ke tokyo." Jawabku masih memandang puluhan anak yang tengah menikmati masakan kampus di kafetaria ini.

"berapa lama?" tanyanya.

"3 hari."

Lama tidak ada yang berbicara di antara kami. Aku lebih memilih diam dan mengaduk-aduk bekal sarapan buatanku sendiri.

"hei,jangan tampilkan wajah sedihmu itu di depanku." Katanya saat melihatku menundukkan wajah.

Kenapa aku jadi ketularan firus berlebihan donghae? Dia hanya meninggalkanku selama 3 hari. Aku tidak perlu cemas untuk itu.

"kyu,aku terlihat seperti orang bodoh. Bukan begitu?" tanyaku padanya.

"kau orang pertama yang bisa mengalahkanku. Tidak mungkin kau bisa terlihat seperti orang bodoh." Jawabnya seraya mengamatiku dalam. Terkadang,aku merasa jika kyuhyun menatapku seperti ketika donghae yang melakukannya.

Aku memutuskan kontak mata di antara kami,tidak mau terjerat ke dalam mata kelam sahabatku ini.

"aku seperti gadis bodoh yang menunggu pasangannya kembali dari medan perang." Jelasku dengan pipi yang memanas malu.

"aku suka melihatmu seperti ini." kyuhyun tersenyum ke arahku. Tangannya yang semula diam mulai membelai pipiku pelan. "like a sakura. I love the colour." Lanjutnya.

Kurasakan wajahku semakin memanas. Kenapa juga aku tidak mencoba menyingkirkan tangan kyuhyun yang menyentuhku. Apa aku takut?

Tidak,aku tidak menyingkirkannya karna takut,tapi karna entah kenapa aku menikmatinya.

"hmm." Kataku saat aku tidak tau harus mengatakan apa lagi.

"you beautiful."

Pipiku terasa semakin panas dan panas,hingga kurasakan telingaku memanas bersama dengan bagian-bagian wajahku lainnya.

"kyu," kataku.

"humm?" tanyanya.

Aku ingin mengatakan agar kyuhyun berhenti membelai wajahku. Tapi tidak pernah ada kata yang keluar dari bibirku. Aku hanya diam menerima perlakuannya.

Seperti sore-sore sebelumnya aku tetap menyiapkan makan malam walaupun donghae tidak ada. Lagi pula kak siwon sebentar lagi datang. Dan siapa sangka jika Makan malam kali ini selesai lebih cepat. Sekarang Waktunya mandi.

Seharian donghae tidak memberiku kabar. Tapi itu bagus karna aku sendiri yang memintanya untuk tidak menghubungiku sampai saat dia istirahat nanti.

Seharusnya aku tidak merasa kehilangan seperti ini. apa yang sedang dia lakukan disana,apa dia makan dengan baik,bagaimana keadaannya sekarang.

Aku benar-benar ingin menanyakan semua itu padanya,tapi aku tidak mau mengganggunya yang mungkin tengah sibuk sekarang.

"hyukkie!" seru seseorang dari lantai bawah.

"ne?" balasku seraya memakai bajuku kembali.

"kau dimana?" tanya orang itu lagi. Dari suaranya dapat kukenali kalau itu kak siwon.

"di kamar mandi kak! Tunggulah di bawah,aku akan keluar sebentar lagi." Jawabku.

Segera kubenahi kaos lengan pendekku hingga melekat sempurna kemudian turun ke lantai bawah.

Aku tersenyum tatkala seorang laki-laki tampan telah menungguku dengan senyum manis beserta 2 dimple yang selalu menghiasi wajah kerennya.

"maaf lama,hyukkie baru selesai mandi." Kataku dengan sebuah senyuman kemudian berjalan ke arahnya. Saat sampai tepat di depannya dengan cepat kak siwon menarikku dalam pelukannya.

"kakak merindukanmu. Kau baik-baik saja,kan?" tanya kak siwon yang masih terus memelukku.

"ne. aku baik-baik saja kak. Bagaimana dengan kakak?"

"tentu saja baik. jangan cemaskan aku."

Aku menerima saja saat kak siwon menenggelamkan kepalanya di leherku. Menciumnya sejenak kemudian terdiam seraya memelukku.

Tidak ada yang salah dengan itu,bukan?

"kau semakin manis." Pelukannya terasa lebih erat sekarang.

"kakak pasti lelah. Kkaja,aku sudah menyiapkan makan malam."

Aku menarik tangannya untuk mengikutiku. Sementara kak siwon yang semenjak tadi tidak mau melepasku terus berada di sampingku dengan senyumannya yang hangat.

"kau pandai memasak." Komentar kak siwon saat mendapati sebuah meja telah penuh dengan masakan buatanku. Bahkan dari aromanya sudah dapat tercium bau nikmat.

"sudah menjadi tugasku untuk melakukannya."

"seandainya aku memiliki istri sepertimu." Gumam kak siwon pelan. Bukan rahasia umum lagi jika laki-laki tampan satu ini masih jomblo di usianya yang sudah 27 tahun. Aku jadi penasaran,kenapa sih kak siwon tidak punya pacar. Dia tampan,mapan,baik,sopan,ramah,dan sexy. Bahkan jika aku tidak jatuh cinta dengan donghae,mungkin aku akan tertarik pada pemuda satu ini.

"kakak akan mendapatkan yang lebih baik dariku." Tanggapku.

"tidak ada yang lebih baik darimu."

Kali ini entah kenapa aku merasakan tatapan kak siwon berbeda. Matanya mengamatiku seolah menginginkan sesuatu. Dalam dan fokus.

Membuatku malu saja.

Hari pertama tidur seorang diri semenjak pernikahanku. Ternyata jauh lebih menakutkan dari yang kukira.

Kalau seperti ini terus. Aku yakin tidak akan bisa tidur sampai besok.

Ck,donghae sialan. Kalau tau seperti ini lebih baik aku mengikutinya ke tokyo.

Tanpa malu lagi aku membawa selimut dan bantalku menuju ke lantai bawah,tempat kak siwon tengah tidur sekarang.

Pintu kamar kak siwon tidak terkunci,lagi pula kalau dikuncipun percuma karna hanya aku yang memiliki kuncinya.

Aku langsung masuk dan melihat kak siwon yang sudah terlelap. Ini sudah tepat tengah malam. Tidak pernah aku tidru selarut ini. jika bukan karna tidak adanya donghae yang menemaniku,paling banter jam 9 aku sudah memasuki alam mimpi.

"kak." Kugoyang pelan tubuhnya.

"enm. Hyukkie?" tanyanya setengah tak percaya.

"aku tidak bisa tidur sendiri. Boleh aku tidur disini?" tanyaku.

"eh? tentu saja. Kemarilah."

Akupun segera merangkak disampingnya. Menyeret bantal selimutku untuk memenuhi ranjang kecil ini.

"kak," kataku lagi.

"hmm." Jawab kak siwon yang sudah mulai memasuki alam bawah sadarnya lagi.

"apa kau sudah tidur?" tanyaku sedikit penasaran.

"hmm."

Tanpa kusadari tangan kak siwon sudah memeluk pinggangku erat. Memaksaku untuk lebih dekat dan melekat padanya. Nyaman. Dan hangat. Mirip dengan pelukan donghae.

Sepertinya aku bisa mulai tidur sekarang.

Kebiasaan bangun pagi sudah seperti alarm tanpa bunyi yang membangunkanku setiap paginya. Seperti sekarang,saat aku sudah berada di dapur untuk membuat sarapan jam 5 pagi. Mukaku memanas membayangkan apa yang kulakukan tadi malam.

Memalukan sekali.

Bagaimana mungkin aku,seorang pemuda berusia 19 tahun yang sudah bersuami tidur sekamar dengan kakak iparku?

Dengan geram kucincang sayuran di depanku dengan gemas,melampiaskan kekesalanku pada benda hijau tak bersalah ini.

Kenapa jantungku berdebar keras sekali. Ini benar-benar membuatku malu.

"kenapa tidak membangunkanku?" tanya kak siwon yang entah kapan sudah berada di belakangku. Mengamatiku yang memasak agak mengerikan kali ini.

"ak,aku takut mengganggu kakak." Kenapa juga aku menjadi gugup seperti ini!

Kak siwon menghampiriku kemudian membelai pipiku pelan.

"cantik."

Komentarnya pada pipiku yang merona.

Ini memalukan.

Tanganku menahan tangannya yang masih setia di wajahku kemudian tersenyum kikuk.

"kakak mandilah. Sarapan akan siap sebentar lagi."

Aku mendorong tubuhnya untuk meninggalkan dapur,setengah menguatkan diriku sendiri ketika aku mendengarnya tertawa renyah. Persis seperti donghae.

Setelah berhasil menyingkirkan 'pengganggu',butuh beberapa menit untukku kembali menata emosi yang sempat bercampur aduk antara malu dan, sayang?

Sudahlah,lupakan yang semalam. Lagi pula tidak ada yang salah dengan itu. aku hanya takut. Dan saat seseorang takut dia tidak bisa berpikir apapun selain mencari tempat perlindungan.

Aku harus melupakannya.

Kusiapkan bekal untuk kak siwon,hal yang biasa kulakukan jika donghae berada di sini. Sebenarnya ini lebih sehat bukan. Memakan bekal yang kita buat sendiri sehingga kita tau bahan apa saja yang berada di dalamnya. Aku agak risih jika melihat donghae memakan masakan kaleng atau jajanan yang tidak kuketahui apa bahannya. Itu membuatku was-was.

Semalam donghae menghubungiku. Dia -dengan tingkah berlebihannya- mengatakan seberapa rindunya dia denganku. Menceritakan kegiatannya yang lebih terfokus pada pabrik dan menanyaiku apa yang aku inginkan sebagai oleh-oleh. Aku bilang padanya aku tidak menginginkan apapun selain kesehatannya,memintanya untuk fokus pada pekerjaannya sementara waktu dan mati-matian mengingatkannya agar menutup telepon saat itu juga. Aku tidak mau jika donghae mangantuk saat rapat nanti.

Semuanya di akhiri dengan bisikan 'saranghae'-nya yang selalu berhasil membuatku malu. Bahkan tanpa dia disini tetap saja berhasil membuatku bersemu.

Dan siapa sangka jika setelah ia menutup teleponnya aku begitu kesepian. Seolah sebuah keramaian telah direnggut dari sekitarku. Membuatku sendiri di tengah kegelapan.

Kumasukkan beberapa lauk ke dalam wadah makan kecil. Menatanya sedemikina rupa hingga membentuk tatanan yang rapi.

Setelah kulihat semuanya sudah siap aku memutuskan untuk segera mandi.

"kak,makanan sudah siap." Kataku sambil mengetuk pintu kamarnya. Dia pasti sedang mengganti bajunya sekarang.

Dengan selembar handuk yang melingkar di pingganku aku menuju ke kamar mandi. Membawa handphoneku bersama karna kulihat handphone itu bergetar tanda sebuah panggilan telah masuk.

"prince. Selamat pagi." Kata donghae di seberang sana.

Aku hanya tersenyum dan menyalakan kran air untuk mengguyur tubuhku.

"pagi." Jawabku sambil bersantai sebentar di dalam bath up.

"kau sedang apa?" tanyanya.

"apa kau tidak ada kerjaan hingga menelponku hanya untuk menanyakan itu?" kekehku.

"aku sedang sarapan sekarang,jadi tidak sedang sibuk. apa aku tidak boleh menelpon istriku?" tanyanya. Aku bisa membayangkan jika sekarang dia sedang mempoutkan bibirnya lucu.

Bibirku sedikit memanjang membayangkan wajah lucunya.

"kau baik-baik sajakan?" tanyanya lagi.

Kami baru berpisah 24 jam,dan dia sudah menanyaiku dengan pertanyaan ini hampir seribu kali.

"jangan cemaskan aku. Makanlah dengan baik disana."

"I miss you,love."

Entah kenapa aku selalu tersenyum senang ketika dia mengatakannya.

"miss you too."

Lama kami hanya saling berdiam. Menikmati momen kebersamaan kami yang sederhana. Kudengar hembusan nafasnya yang pelan. Dapat kubayangkan jika sekarang dia tengah melamun memandangi pemandangan didepannya. berharap aku berada disana untuk menemaninya.

Kami Tidak harus mengatakan apapun,karna diam bukan berarti dingin,tapi kediaman kami adalah salah satu wujut cinta yang membuatku nyaman.

"can I have my morning kiss?" tanyanya.

Kudekatkan bibirku ke telepon kemudian menciumnya pelan.

Aku tau tidak ada suara apapun yang timbul dari kegiatanku itu sebagai pertanda bahwa aku telah menciumnya,tapi entah kenapa aku merasa jika kami memang sangat dekat hingga aku bisa mencium pipinya langsung.

"baik-baiklah disana."

"ok. Kurasa ini cukup untuk membuatku bertahan 2 hari lagi disini."

Aku kembali tersenyum membayangkan wajah cemberutnya.

"bye,prince. I love you." Katanya sebagai akhir pembicaraan kami.

"I love you too."

TBC