Warning Konten Dewasa!
Tenang ajah dosa, ditanggung bersama Author yang buat cerita ini.
Hati-hati; sex konten, tidak memakai alur. Bahasa vulgar. Jika mendadak merasa panas, segera membeli es teh di warkop sebelah rumah, (kalau ada warkop!)
MC: Minami Chikako
Secara khusus dia menyewa seorang wanita untuk membuatnya keluar dari julukan Gay yang sering teman-temannya berikan padanya. Wanita itu bernama Minami Chikako. Dia cukup dewasa, dengan senyumannya yang tanpa dosa memakai rok sepaha berwarna hitam, dan hanya menggunakan hem berwarna putih. Semuanya indah, dari wajahnya dan rambutnya yang berwarna cokelat.
"Presidr Han, sampai kapan kau akan meneliti wajahku? Apakah wajahku masih kurang cantik? Aku orang Jepang, aku tidak menggunakan operasi plastik," terangannya yang membuat Jumin terpaksa mengangguk, guna membenarkan. "Apakah kita bisa memulainya?" lelaki itu masih diam. Dia tidak pernah berada di dalam situasi seperti ini. Tidak juga pernah menyewa gadis jalang untuk menyentuh dan melihat tubuhnya sembarangan.
"Ada peraturan!" Ia memperingatkan wanita. Dan ketika wanita itu bertanya 'apa' Jumin pun bertanya, "Kau perawankan?"
"Ya, aku perawan. Sesuai pesananmu."
"Aku tidak ingin bekas, dan tidak ingin mendapatkan penyakitkan kelamin." Wanita itu tertawa, dan kemudian mendadak berdiri.
"Aku tidak ingin berbasa-basi."
"Kau kusewa hingga sebulan. Jika aku menginginkan bercinta, kau harus datang." Wanita itu tak mempedulikan suara Jumin yang memperingtkan. Ia justru berlutut di depan Jumin yang duduk pada sofa hotel mewah yang lelaki tersebut pesan. Lelaki itu melirik Minami yang mulai melepas sabuknya, setelah itu mengusap-usap penisnya yang mulai menegang. "Hnggg..." jika boleh jujur, Jumin menikmat setiap sentuhan tangan mungil wanita itu pada penisnya yang makin mengeras. Jumin memilih pasrah, saat kini kancing celananya terlepas, ia mengangkat sedikit bokongnya, guna Minami bisa melihat penisnya yang makin menegang meski belum sempurna.
"Kau mau menjilatinya?" tanya Jumin yang membuat Minami mendongak, wanita itu hanya tersenyum tanpa menjawab. Jumin pun menggigit jari-jarinya gemas, saat lidah wanita itu mendarat pada ujung penisnya yang sedikit mengeluarkan cairan. "Unnggh, ya di situ, jilat." Erangnya yang dengan memejamkan matanya cukup rapat. Merasakan begitu nikmat sesuatu yang tak pernah ia rasakan. Karena nyatanya, Jumin tidak pernah tertarik dengan seks selama ini. "Akh, Minami, jilat... bisakah kau menghisapnya?" Minami pun mulai mendaratkan kecupan di ujung penis Jumin. Lelaki itu makin tidak karuan mendesah, dan kedua tangan Minami pun tak tinggal diam. Dia bermain dengan dua bola yang berada di bawah penis lelaki itu. "Ah ya ampun, seperti itu. Kumohon hisap itu Minami." Ketika dia mendapatkan perintah seperti itu. Ia pun mulai mengambil bola-bola itu dan menghisapnya gemas. Erangan Jumin memanjang. Ia mencengkram kain pada sofa, menggigit bibir bawahnya. "Akh, te-terus, ni-nikmat, ini ni-nikmat." Teriak Jumin. "Cum, cum, kumohon lebih cepat." Minami tetap menghisap dua bola itu. Ketika ia melihat wajah Jumin yang memerah dan seperti menahan sesuatu, Minami berhenti, membuat kedua mata Jumin membulat hebat.
"Tenanglah..."
"Kau pikir aku bisa tenang?" Jumin pun mendengus. Dan menarik rambut Minami kasar. "Hisap! Cepat hisap jalang!" Teriaknya yang justru membuat Minami terkikik geli.
"Aku akan memuaskanmu, kau tenang saja, Presedir Han." Minami menepis tangan Jumin yang menjambak rambutnya. Kemudian ia meniup penis Jumin, kembali lagi Jumin mengerang, merasakan rasa geli dan nikmat secara bersamaan. Tidak lama dari itu, Minami memasukkan penis Jumin yang makin besar ke mulutnya, menghisap dan mengulumnya tanpa henti. Hingga akhirnya, untuk pertama kalinya Jumin bisa merasakan nikmat dunia itu, ia menyemburkan spermanya ke mulut Minami, hingga wanita itu tersedak.
"Akh, nikmat. Rasanya nikmat." Ujar Jumin dengan mengatur napas.
Minami berdiri dengan membuka seluruh kancing hem putihnya. Dan terakhir, ia membuka rok sepahanya, menyisahkan bra dan celana dalamnya yang berwarna cokelat muda. "Presdir..." panggil Minami dengan memiringkan kepalanya, sesekali lidahnya membasahi bibirnya. "Aku juga ingin dipuaskan." Jumin tertawa licik. Ia mengulurkan tangannya yang langsung diraih oleh Minami. "Apakah kau bisa melakukannya?"
"Jika tidak bisa, kau harusnya membimbingku." Ucap Jumin. Lantas, tangannya pun meremas payudara Minami kasar. Kini wanita itu yang justru mengerang, merasakan betapa kasarnya Jumin meremas dadanya.
"Presdir, aku ingin melakukan di atas ranjang," lelaki itu kemudian melirik ranjang, "Kau bisa melakukan apapun padaku jika berada di ranjang." Katanya dengan suara manja bercampur mendesah. Jumin yang terbakar oleh napsu, akhirnya mengajak Minami untuk berada di ranjang hotel empuk tersebut.
Sementara itu, Jumin melepas seluruh pakaian kerjanya, menyisahkan celana yang sudah melorot dan memperlihatkan penisnya yang lagi-lagi sudah menegang hebat, lalu dengan si wanita berambut cokelat itu, dia sudah berbaring, dan meleparkan kedua kakinya. Memperlihatkan pemandangan yang membuat Jumin menelan ludahnya berat. Vagina itu tampak indah meski masih tertutup dengan celana dalam cokelat muda. "Aku akan membimbingmu memasukki vagina-ku, Presdir." Ucap Minami nakal.
"Apakah aku bisa memasukkannya sekarang?" Jumin pun mengambil pilihan untuk melepaskan celananya, dan ia kini bertelanjang. Tidak peduli lagi dengan rasa malu yang sempat ia rasakan tadi. Dia berjalan ke arah ranjang dengan wajah memerah karena panas.
Kemudian dia menggesek-gesekkan ujung penisnya di depan liang vagina wanita itu. "Ahngg, Presdir."
"Bisakah kau panggil aku Jumin saja?"
"Baiklah Jumin, kau harus segera memasukkannya."
"Kau perawan 'kan?" Jumin masih menggesek-gesekkan pelan, membuat Minami makin mendesah dan yang pastinya ia sudah tidak tahan untuk merasakan bagaimana senjata Jumin melukai dan merobek selaput darahnya. "Kudengar jika pertama kali melakukannya akan merasakan sakit."
"Aku tidak peduli... cepat lakukan!" teriak Minami yang makin memajukan vaginanya, agar penis Jumin masuk ke dalam dirinya dengan kasar, hingga menyentuh dinding rahimnya. Minami sangat penasaran, bagaimana rasanya disiksa, dan dia memiliki fantasi yang terlalu tinggi. Berharap ada seseorang yang mau memperkosanya. Pada nyatanya, selama ini dia menjadi wanita polos yang tak pernah bisa menunjukkan dirinya bisa menjadi seorang jalang. Dia juga sesungguhnya bukan seorang wanita jalang yang sering menjual diri, dia juga bukan seorang wanita yang sedang memiliki krisis keuangan, dia hanya ingin melakukan seks. "Jumin!" panggilnya marah.
"Hey, di sini kau yang sedang kunikmati, kenapa kau marah?" Jumin masih menggesek-gesekkan penisnya ke pintu vagina. Makin berutal, makin membuat Minami ingin marah.
"Fuck me! Jumin. Fuck me! Please!" Jumin yang saat itu mendengar suara permohonan yang sexy, langsung mendorong penisnya untuk lebih masuk ke dalam vagina Minami. "Oh my, fuck me," rancau Minami, saat merasakan penis Jumin mengobrak-abrik vaginanya. Rasanya nikmat meskipun sakit. "Ah, ini sakit. Ta-tapi nikmat!"
"Ya, ini nikmat." Jumin makin mendorong penisnya masuk. Lalu mendadak ia berhenti. Dan berkata, "Maukah sekarang aku yang ganti tiduran?" Minami mendengus kecewa, saat Jumin mengeluarkan penisnya. "Kita melakukan gaya, dimana kau harusnya di atasku." Kata Jumin tersenyum nakal, dan saat Minami duduk, Jumin mengambil kecupan di bibir wanita itu.
Jumin sekarang terlentang, dengan penisnya berdiri tegak.
Walaupun vaginanya terasa perih, Minami tak peduli, ia masih ingin merasakan, penis besar dan panjang itu menerobos masuk ke dalam vaginanya. "Jumin," Minami memanggil, tapi lelaki itu tak membalas, dan hanya menatap Minami yang berdiri di atasnya dengan masih menggunakan bra. "Bagaimana jika setelah ini kita melakukan seks di manapun?" Jumin menaikan satu alisnya. "Kau bisa melakukan apapun padaku, aku lebih suka dengan tema Rape!"
"Aku memang suka tema seperti itu."
Hey, my name is Seira (bukan nama samaran) maaf, jika ada yang menemukan cerita sampah ini di Arsip MM. Pokoknya saya ingin bikin cerita ini. Saya lagi main MM, tiba-tiba jatuh cinta sama mas Jumin, pengen bikin dia jadi manusia laknat, pengen bikin dia, aduhhh jadi penjahat kelamin. #kabur
Tinggalkan jejak okey!
Xoxo,
Seira Han (calon korban mas Jumin)
