High School

.

.

.

.

Sasuke Uchiha, Sakura Haruno

.

.

.

.

Pidato ©Aomine Sakura

.

.

.

Masashi Kishimoto

.

.

.

DLDR! DILARANG COPAS dalam bentuk APAPUN!

Selamat membaca!

oOo High School : Pidato oOo

"Baiklah anak-anak, buat pidato dan lusa bacakan di depan kelas saat pelajaran Bahasa. Ini untuk latihan kalian menghadapi ujian praktik."

Murid kelas 3-A mendadak riuh ketika guru cantik mereka, Mitarashi Anko berjalan anggun keluar kelas. Pelajaran yang biasanya terasa menyenangkan menjadi horor ketika kalimat yang paling tidak mereka inginkan keluar dari mulut cantik guru kesayangan mereka. Masalahnya, bukan hanya pelajaran bahasa saja yang akan diadakan praktik. Tetapi juga pelajaran Kimia, Biologi dan yang paling keramat adalah pelajaran Fisika.

Ketiga mata pelajaran paling horor saja sudah membuat kepala mereka mau pecah, apalagi ditambah pelajaran yang lainnya. Rasanya seperti kiamat mau datang besok dan menghancurkan sekolah mereka. Sekolah hancur, mereka bahagia karena tidak ada ujian yang menghantui mereka.

Ditambah lagi, ujian yang berdatangan bak Marathon yang mengejar-ngejar mereka, atau seperti Lee yang dikejar anjing, atau seperti Pocong yang ikatan tali di kakinya terlepas, alhasil dia akan lari dengan kencang mengejar mereka. Mungkin itu terlalu ekstrime, tetapi itulah kenyataan yang dialami oleh murid tingkat akhir seperti mereka.

"Aku tidak bisa membuat pidato-ttebayou!" Naruto mengacak rambutnya.

"Baka! Itu adalah pelajaran paling mudah, masa kau banyak bicara tapi buat pidato seperti itu tidak bisa," cibir Kiba.

"Iya, lagi pula itu mudah." Ino menimpali.

"Kalian beruntung karena kalian memiliki otak yang cerdas!" Naruto mengerucutkan bibirnya dan memandang Hinata. "Hinata-chan, bantu aku-ttebayou!"

"Ba-baik Naruto-kun. Aku akan membantumu." Hinata menjawab dengan malu-malu.

"Neji, salam pembuka pidato itu diawali kata The atau Dear?" Lee dengan polosnya bertanya.

"Baka! Bukan begitu!" Tenten menjitak kepala Lee. "Kau ini bagaimana! Apa kau tidak mendengar perkataan Anko sensei saat mengajar tadi?!"

"Ampun Tenten!"

Ino memandang sahabatnya yang sedang memainkan ponselnya. Entah apa yang dibacanya, dia juga tidak terlalu peduli.

"Sakura, kamu tidak ikut ribut seperti mereka?" Ino menunjuk teman-temannya yang seperti berubah menjadi zombie.

"Tidak." Sakura memandang Ino.

"Hmm.. kalau begitu apa pidatomu sudah jadi?"

"Belum, aku akan membuatnya dirumah saja."

"Ck, aku lupa jika kamu pintar di pelajaran bahasa."

Tanpa mereka sadari, seseorang yang duduk di bangku pojok tersenyum tipis.

.

Sakura dengan gesit mengerjakan tugas Bahasanya dengan cepat. Baginya pelajaran Bahasa adalah pelajaran yang paling menyenangkan. Dan Fisika adalah pelajaran yang paling mematikan. Sampai saat ini, dia tidak pernah bisa berteman dengan yang namanya Fisika. Meski Biologi juga menyenangkan, tetapi tetap bisa mematikan jika bertemu dengan bab Persilangan. Bukannya dia tidak bisa, hanya saja bagaimana bisa paham jika gurunya tidak menerangkan dan langsung menyuruh mereka mengerjakan soal.

Menutup bukunya, Sakura tersenyum. Mungkin ini saatnya dirinya untuk tidur. Otaknya juga butuh istirahat untuk berperang melawan kertas.

oOo High School : Pidato oOo

"Sakura, kamu sudah mengerjakan tugas Pidato?" tanya Ino.

"Sudah." Sakura mengangguk dengan mantap. Percaya diri sekali dengan pekerjaannya.

"Syukurlah. Anko sensei masuk ke dalam kelas."

Murid-murid segera duduk dibangkunya masing-masing. Anko sensei tersenyum dan tidak menyadari hawa menegangkan yang dikeluarkan muridnya.

"Sudah, jangan tegang begitu. Kan kita hanya maju untuk membacakan pidato yang telah kalian buat."

Pidato, katanya?! Berbagai sumpah serapah dilontarkan di dalam hati murid-murid kelas 3-A.

"Baiklah, Sakura. Bacakan pidatomu, ibu mau dengar."

Sakura membawa bukunya dengan semangat. Ino tersenyum memberi semangat kepada sahabatnya itu.

"Ohayou Gozaimasta." Suara Sakura mulai terdengar. "Yang saya hormati, bapak ibu guru dan juga Uchiha Sasuke yang saya sayangi."

Kelas yang tadinya hening mendadak riuh. Sorak-sorakan terdengar didalam kelas. Naruto bahkan menyenggol lengan Sasuke yang duduk di bangku pojok.

Tunggu dulu. Sakura membaca ulang kalimatnya, ini bukan tulisannya. Apalagi bagian Uchiha Sasuke. Tidak mungkin.

"Hn." Suara Sasuke yang duduk di pojok ruangan terdengar. "Aku juga sayang padamu."

"Cieeee!"

Dan rasanya Sakura ingin pingsan sekarang juga.

.

.

.

.

.

Owari

"Sumpah, Ino! Itu bukan aku yang menulisnya!" entah sudah berapa kali Sakura mengatakan pada Ino jika itu bukan tulisannya. Hingga mulutnya berbusa sekalipun, Ino masih menampakan wajah tidak percaya.

"Lihat ini." Sakura membuka bukunya. "Ini tulisanku, dan ini jelas sekali bukan tulisanku. Pasti ada yang menggantinya!"

Mereka sedang duduk di kantin dengan beberapa anak kelas 3-A yang menggodanya. Menyebalkan sekali! Ingin rasanya Sakura terjun bebas dari atas gunung, atau paling tidak mengubur dirinya dalam-dalam sekarang juga.

"Iya aku percaya." Ino buka suara setelah membaca tulisan di buku Sakura. "Lalu, siapa yang menulisnya?"

"Mana aku tahu!"

"Hn."

Mereka menolehkan kepalanya dan terkejut melihat Sasuke sudah ada di sebelah Sakura. Gadis berambut merah muda itu semakin ingin menenggelamkan dirinya dilautan ketika melihat tatapan tajam Sasuke. Sial! Sasuke pasti akan melabraknya karena tulisan nista di bukunya itu.

"A-ada apa, Sasuke-kun?" tanya Sakura gugup.

"Berikan tangan kananmu."

Sakura mengangkat satu alisnya tidak mengerti. Tangannya?

"Berikan saja!"

Dengan gugup Sakura mengulurkan tangan kirinya. Dan emeraldnya membulat ketika gelang pink dipakaikan di tangannya. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah tulisan di gelang itu.

Aku sayang padamu.

Emeraldnya kemudian memandang Sasuke yang berjalan menjauh. Sekilas, dia bisa melihat Sasuke mengenakan gelang hitam seperti yang dia kenakan sekarang. Dan rasanya dia ingin pingsan ketika melihat tulisan di gelang Sasuke.

Aku sayang padamu juga.

Demi Kami-sama! Apa yang terjadi padanya sekarang!

Tanpa Sakura tahu, Sasuke menyeringai penuh kemenangan. Hn, modusnya berhasil.

.

.

Beberapa jam sebelumnya.

Sasuke beralasan ingin buang air kecil ketika melihat Sakura masuk ke dalam kantin. Langkah kakinya bukan menuju toilet siswa, melainkan menuju kelasnya. Onyxnya tertuju pada tas berwarna pink milik gadis yang dia kenali.

Mengambil buku Bahasa milik Sakura, tangannya dengan cekatan mengeluarkan pensil yang sudah dia siapkan di saku celananya. Dengan cekatan tangannya mengganti tulisan di buku Sakura.

Hn, modus yang dia pikirkan semalaman pasti akan berhasil. Lihat saja, Haruno Sakura. Kamu akan jadi pacarku.

.

.

Fict ini pendek? Iya! :3 fict ini dibuat karena kefrustasian Sakura karena Ujian yang hadir seperti mantan yang ngajak balikan *eaakkk karena dua minggu lagi ada ujian praktik, disusul Try out, ujian sekolah, ujian akhir semester, Try Out lagi dan UN TT

Bagian Sasuke sama Sakura itu murni imajinasi yang datang ketika guru Bahasa minta dibuatin pidato buat ujian praktik TT^TT Terus bagian Fisika itu nyata, dan ini juga karena frustasi mengerjakan tugas biologi bab persilangan yang gurunya belum nerangin tapi udah main kasih soal 30 biji -_- apalagi Saku Cuma bisa ngerjain 12 nomor, mau dateng pagi besok jam pertama dan dikumpulin -_- akhirnya malah bikin fict ini TT^TT gak kuat saya TT'

Soal yang gelang itu dapet inspirasi dari adek yang rela ngebongkar celengannya Cuma buat beliin pacarnya gelang "Aku sayang kamu" Miris booo.. kakaknya sampe sekarang masih jomblo TT

Oke, sebelum author makin curhat aneh. Kita akhiri fict ini :3

Review?

-Aomine Sakura-