[Kuroshitsuji's Fanfiction]
Cast(s):
Eric Slingby
Alan Humphries
.
.
.
—
Genre(s):
Hurt/comfort
Romance
Kleenex contains, perhaps.
.
.
.
—
Kuroshitsuji
( Black Butler )
Credit to;
Yana Toboso.
—
Theme song:
Fall Out Boy – Centuries
.
.
.
.
[ Prolog ]
1. Sevens, and the eternal flames.
Ke manapun ia melihat, hanyalah api yang berkobar menyala.
Begitu bercahaya. Tempat ini bukanlah Surga tapi semuanya begitu bercahaya.
Sakit… sakit… ini sangat menyakitkan…
Menyilaukan… di mana mataku? Aku tidak bisa melihat, tapi kenapa… kenapa semua terlihat begitu menyilaukan?
Panas… T-tolong… siapapun…
Eric.
Eric Slingby.
Kenapa kau berbicara begitu? Seharusnya kau bisa berbahagia sekarang.
Karena, permintaanmu telah terkabul.
Gema itu masih ada, kan? Dan dia tidak akan pernah berhenti.
.
.
.
"I would commit any sin if it would allow me to share your pain.".
.
.
.
[ "…tolong hentikan." ]
Satu tindakan akan selalu dibalas tujuh kali lipatnya, darling. Satu dikali tujuh? Tujuh; tujuh langit, tujuh samudera. Tujuh warna pelangi, kata mereka. Tujuh ratus untuk seratus. Nah, kan. Bukankah tujuh selalu menjadi angka yang bagus dan dipuja banyak orang? Jadi?
…tujuh ribu jiwa untuk seribu jiwa yang telah kau renggut, Eric.
Tujuh,
untuk
masing-masing
jiwa tak berdosa.
…jiwa tidak berdosa? Yah, tidak juga, sebenarnya.
Melelehlah sebanyak tujuh ribu kali, tujuh puluh ribu kali, tujuh juta kali, tujuh miliar kali, di dalam situ. Tertelan api itu. Api abadi. Biarkan tujuh ribu jiwa itu merenggut nyawamu sebanyak tujuh kali untuk tiap-tiap jiwanya. Tujuh teriakan berbeda akan terdengar dari mulut manis itu, pada tiap kesempatan yang ada, dan akan selalu ada.
Selamanya.
Kau tidak pernah bisa mendengarkan omongan baik dari yang lain, Eric.
Biarkan telingamu merasakan akibatnya sekarang, juga.
Biarkan cairan lahar mengalir dari dalamnya, hingga tertampung sekiranya tujuh liter. Agar tidak sia-sia, ini akan dikirim kembali ke bumi. Sebagai bibit sebuah gunung. Gunung yang akan dipenuhi begitu banyak pohon dan tumbuhan nantinya. Dan mungkin, jika berkenan, akan ada bunga Erica di situ juga. Sebagai plang penanda, mungkin? Yeah, mungkin.
Di sini, kau memiliki tujuh panca indra ya, ngomong-ngomong; pengelihatan, pendengaran, peraba, perasa, penciuman, penambah-rasa-sakit-menjadi-tujuh-kali-lipat, dan penyesalan. Oh, ya. Berhubung kau tidak pernah merasakan dua hal baru itu selama kau masih immortal di bawah sana, maka keduanya akan menjadi hadiah yang bagus untukmu di sini. Semoga kau menyukainya.
"Kenapa kau membunuhku sebelum sempat aku berhasil meraih cita-citaku?"
[ "…tolong… siapapun…" ]
"Kenapa kau tega membuatku terpisah dari kekasihku yang sangat kucintai?"
[ "…m-maafkan aku… kumohon," ]
"Kenapa kau membunuhku ketika aku akhirnya merasakan kebahagiaan untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku?"
[ "…a-aku minta maaf. Kumohon! Kumohon, maafkan aku!" ]
"Kenapa kau begitu egois, Eric Slingby?"
[ "…Tidak… kumohon… tolong… aku…" ]
"Dia bahkan tidak ada di sini untuk menolongmu, Eric Singby! Bagaimana rasanya dikhianati oleh orang yang kasihi, Eric?"
[ "…tolong… hentikan… hentikan!" ]
"Tenang saja, Eric Slingby. Makhluk abadi sepertimu akan selalu abadi di sini."
[ "Tidak… tidak, tidak, tidak, tidak! ! ! !" ]
—
Tawa mereka, tangis mereka, amarah mereka, semua yang pernah kau renggut akan selalu bergema. Dan mereka tidak akan pernah berhenti.
—
[ "Hentikan… HENTIKAN—! AKU MINTA MAAF… AKU… aku benar-benar… minta maaf…" ]
Berteriaklah sesukamu, Eric. Air mata tidak akan pernah ada di tempat sepanas ini, tidakkah kau juga setuju akan hal itu? Jadi, berbahagialah.
Karena permintaanmu, telah terkabul.
.
.
.
[ "…kumohon." ]
.
.
.
Kau akan mengingatku selamanya.
.
.
.
[Author's note]
It's not an end, yet. Let me know if you want to read the whole story in review, okay? ;)
Because it's somehow just a prolog, so that's why this chapter is so freaking short. You may have my apologize, and I hope you'd somehow understand.
