Jung's Family Series

Jung Jaehyun, Lee Taeyong, Mark Lee, and other.

YAOI, BL, Abal-abal, Typo, Gaje, Mpreg, Bahasa aneh.

JaeYong! Parent with Mark! Baby.

Semua cast di ff ini milik tuhan, orang tua mereka, dan SM Ent.

.

Buat semua penghuni grub Jaeyong, baik yang new member ataupun member lama, aku kangen banget sama kalian semua :')


Happy Reading~


Jaehyun, direktur berumur dua puluh tiga tahun itu tersenyum senang saat membuka pintu rumah miliknya. Akhirnya ia bisa sekali-kali pulang lebih awal. Jaehyun ingin cepat-cepat melihat istri manisnya yang ia sayangi, Taeyong. Jarang sekali ia bisa pulang sebelum makan malam, biasanya Jaehyun baru pulang saat jarum panjang menunjuk waktu tengah malam.

"M-mom~"

Ah, suara lucu yang baru saja menyapa indra pendengarannya membuat Jaehyun ingat ada 'makhluk hidup' lain yang juga lebih baik ia pandangi terus menerus dibandingkan berkas-berkas di ruang kerja nya. Ia tersenyum geli ketika melihat bayi kecilnya sedang berada di pelukan Taeyong. Jung Minhyung. Bayi lucu milik Jaehyun dan Taeyong. Minhyung berusia satu tahun sekarang.

Jung Jaehyun, direktur muda dari sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi menikahi kekasihnya yang sudah ia pacari selama tiga tahun yang bernama Taeyong. Taeyong sendiri adalah kakak kelas Jaehyun saat sekolah dulu, ia sekarang menjadi model. Wajah manis Taeyong sering muncul di majalah-majalah fashion.

Walaupun keluarga Jaehyun dan Taeyong berasal dari salah satu keluarga terkaya di Korea Selatan, bukan berarti mereka hidup dengan mewah. Well, mungkin Jaehyun sedikit seperti itu, namun kehadiran Taeyong yang terbiasa hidup sederhana mengurangi perilaku buruk Jaehyun. Mereka memiliki rumah berlantai dua yang terlihat sederhana, tapi ber-interior modern dan nyaman.

Jaehyun meletakkan jas kerja nya di sofa dengan asal, lalu mendekati sosok istri nya. "Uri Markeu~ Daddy pulang,"

Taeyong dan Mark reflek menoleh. Mark bertepuk tangan dengan semangat ketika melihat wajah tampan daddy nya lagi, sedangkan wajah Taeyong terlihat menyesal. "Maaf, Jae. Aku tidak mendengarmu membuka pintu."

Jaehyun menggeleng dan mencubit gemas pipi Mark yang masih tertawa senang. "Tidak apa-apa. Tapi aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika kau tidak mendengar pencuri atau orang asing memasuki rumah kita."

Taeyong meringis mendengar ucapan Jaehyun. "Kau pulang lebih cepat hari ini, Jae?"

"Begitulah," Jaehyun mendudukkan dirinya disamping Taeyong yang sedang duduk di karpet bulu. Perhatian Jaehyun teralih pada Mark yang meraba-raba wajahnya dengan tangan mungil milik Mark.

Jaehyun merebut Mark dari pelukan Taeyong. "Mark~ Lucunyaaa~"

Taeyong cemberut ketika bayi kecilnya diambil. "Jae, kau lupa jika anak kita bernama Minhyung?"

"Itu nama panggilan sayang dariku, bodoh." Jaehyun mencubit gemas hidung Taeyong.

Taeyong mengusap bekas cubitan Jaehyun. Pout menggemaskan belum lepas dari bibir tipisnya. "Bagaimana bisa nama Minhyung mempunyai nama panggilan Mark? Tidak nyambung sama sekali, Jae."

"Setidaknya ada huruf 'M' di kedua nama itu." Jaehyun mulai jengah. "Aku rasa kau harus memanggilku daddy."

Alis Taeyong menyatu ketika dua kalimat yang dikeluarkan Jaehyun juga tidak nyambung satu sama lain. Kasihan, pasti karena terlalu sering mengurus berkas-berkas penting Jaehyun jadi begini. "Kenapa aku harus memanggilmu daddy? Kau bukan ayahku."

"Bukan begitu. Aku ingin kau memanggilku daddy agar Mark meniru panggilan mu." Jaehyun menggaruk rambut hitam cepaknya."Aku bosan dipanggil Jahe oleh anakku sendiri."

Taeyong tertawa terbahak-bahak saat mendengar alasan suaminya. Mark bisa memanggil Taeyong dengan sebutan 'mommy' karena Taeyong sering menyebut dirinya sendiri 'mommy' setiap berhadapan dengan Mark. Berbeda dengan Jaehyun. Direktur muda itu jarang bertemu dengan Mark, membuat taktik milik Taeyong tidak berlaku baginya.

Taeyong sendiri masih memanggil Jaehyun dengan nama asli, membuat Mark kecil ikut memanggil daddy nya sendiri dengan nama asli. Sayang sekali, nama Jaehyun terlalu sulit diucapkan oleh bocah berumur satu tahun. Alhasil, Mark memanggil daddy nya sendiri dengan nama plesetan, 'Jahe'.

Mark yang mendengar kata 'Jahe' menatap Jaehyun dengan bola mata yang berbinar lucu. "Jaheeee~"

"Nah 'kan~!" Jaehyun merengek saat Mark memanggilnya begitu lagi.

"Mark mungkin belum merasakan aura daddy darimu, Jae." Taeyong menciumi pipi Mark. "Lagipula, mana ada seorang daddy yang merengek seperti anak kecil."

Jaehyun yang merasa tersindir segera menggendong Mark dan berjalan menjauhi Taeyong. Meninggalkan sang istri yang bengong sekarang.

"Ya! Jung Jaehyun! Kau ngambek hanya karena hal sepele?!"

Jaehyun makin cemberut di dalam kamar ketika menyadari kalimat istri nya adalah fakta. "Hari ini Mark tidur denganku! Salah sendiri kau mengejekku lagi!"

Taeyong menghela nafasnya ketika mendengar teriakan samar dari Jaehyun. Ia merasa memiliki dua bayi. Yang satu bayi kecil yang lucu, yang satu bayi besar yang manja. Pemuda manis itu memilih menonton film yang pasti ujung-ujung nya dia akan tertidur di depan TV, dan suami yang masih sedikit kekanakan itu akan menggendong nya kedalam kamar.


Sinar matahari pagi di hari libur menyambut keluarga Jung. Taeyong sedang mencuci piring bekas sarapan ketika Jaehyun dan Mark sedang asyik bergurau.

"Dengar Mark, daddy membelikan sesuatu untukmu kemarin." Jaehyun berkata dengan semangat.

"Jae, sekali lagi, nama anak kita Minhyung, bukan Mark."

Menghiraukan ucapan istrinya, Jaehyun cepat-cepat mengambil kardus disamping sofa yang ia letakkan kemarin malam. "Ini dia!"

Mark yang jelas belum tahu isinya, bertepuk tangan gembira.

Jaehyun membuka kardus itu dan mengeluarkan sepatu mungil yang ada di dalamnya. "Sepatu Baby Converse berwarna hitam untukmu, Mark~!"

Mark mengambil sepatu ditangan Jaehyun, dan menggigitinya.

"Jangan digigit!" Jaehyun buru-buru mengambil sepatu yang digigiti oleh Mark. "Ini untuk dipakai di kaki. Dipakai saat berjalan."

Mark memiringkan kepalanya. "Alan?"

"Iya, berjalan."

"J-jalan?"

Jaehyun tersenyum gemas. "Iya, dipakai saat berjalan."

Taeyong yang sudah selesai dengan pekerjaannya, memilih mendekati Jaehyun dan Mark. "Kau membelikan sepatu lagi untuk Minhyung?"

Jaehyun mengangguk. "Ya, agar Mark tampanku berminat belajar berjalan."

Mark memang terlambat berjalan. Ia bisa berdiri, namun tidak bisa melangkahkan kaki kecilnya. Saat Jaehyun ataupun Taeyong menopang Mark untuk berdiri dan melatih Mark melangkah, bocah itu menggeliat dan berusaha keras untuk duduk. Itu terjadi beberapa kali, membuat Jaehyun dan Taeyong sedikit pusing memikirkannya.

"Ah~ Niat yang mulia," Taeyong tersenyum, berusaha menghargai usaha suami nya. "Tapi bisa kau hitung dulu, berapa sepatu kecil branded yang sudah kau belikan untuk Minhyung?"

Jaehyun berusaha membuat Mark tertarik berjalan dengan membelikannya sepatu branded beragam warna dan model. Mulai dari Baby Converse, Baby Adidas, Baby Nike, Baby Vans, Baby Puma, dan masih banyak lagi. Tapi Mark masih saja tidak tertarik belajar berjalan.

"Oh ayolah, ini yang terakhir sayang."

Jaehyun menggunakan panggilan itu agar Taeyong tidak mengomel panjang lebar. Ia ingin hari libur nya yang indah di isi dengan tawa, senyum ,tingkah menggemaskan, atau apapun itu. Sedangkan Taeyong memutar bola matanya bosan.

Mark menunjuk sepatu Converse mungil itu. "Atu?"

"Sepatu." Jaehyun membenarkan ocehan Mark.

"Patu?"

Jaehyun mengangguk. Duh, Mark imut sekali. Ia bersumpah gemas sekali dengan Mark. "Hampir benar, sepatu. Mau mencoba?"

Mark mengangguk kecil dengan polosnya, membiarkan Jaehyun memasang sepatu Baby Converse mungil di kaki kecilnya. "Jahe?"

"Iya, Mark?"

"Sungguh panggilan kalian berdua lucu sekali." Taeyong tidak bisa menahan tawanya. "Jae, kau bilang tidak mau dipanggil Jahe, tapi kau merespon panggilan Minhyung walau dia menyebut Jahe."

Jaehyun masih sibuk mengikat tali sepatu mungil itu. "Tidak mungkin aku mengabaikan kata lucu yang keluar dari Mark."

"Namanya Minhyung, bukan Mark."

"Selesai! Ah~ Kau keren sekali! Ini baru anak daddy!" Menghiraukan kalimat Taeyong lagi, Jaehyun menggendong Mark yang juga tertawa senang. "Tapi, kau harus belajar berjalan setelah ini."

Jaehyun kembali mendudukkan Mark di karpet bulu, menunggu Mark berinisiatif berdiri. Tapi nihil, Mark justru bermain dengan kardus sepatu.

Jaehyun menepuk dahi nya. "Belajarlah berjalan, Mark."

Mark hanya balas menatap Jaehyun dengan tatapan polos.

Taeyong mengecup pipi Jaehyun yang terlihat kecewa dan mengusap punggung lebarnya. "Jangan kecewa, Jae. Kau sudah berusaha. Cepat atau lambat, Minhyung kita suatu saat nanti bisa berjalan."

Jaehyun mengangguk sedih.

"Aw~ My big baby~" Taeyong memeluk suaminya yang menurutnya bertingkah lucu.

Jaehyun membalas pelukan Taeyong. Jika boleh jujur, Jaehyun memang kecewa sekali usaha nya kali ini gagal, sama seperti sebelum-sebelumnya. Tapi kalimat yang diucapkan Taeyong dan perlakuan hangat nya membuat kekecewaan Jaehyun berkurang.

Kedua orang dewasa itu sibuk berpelukan, saling berbisik kata-kata romantis sampai tidak menyadari jika Mark telah berdiri tegak beberapa jarak dari mereka.

"Jaheee~!" Mark berteriak. "Mom~!"

Jaehyun dan Taeyong langsung melepaskan pelukan mereka ketika mendengar teriakan Mark.

Jaehyun yang menyadari tindakan Mark segera merentangkan tangannya. "Kemari, Mark! Jahe disini~"

Tubuh kecil Mark tetap terdiam di tempat.

"Jahe disini. Mark mau dipeluk Jahe?" Jaehyun memasang senyum hangatnya.

Mark tergerak dengan senyum yang berasal dari Jaehyun. Entah keajaiban darimana, Mark mulai menggerakkan kaki kanannya untuk melangkah, lalu disusul dengan kaki kirinya.

Tubuh Mark sempat oleng, yang membuat Taeyong panik. "JAEHYUN! ANAKKU AKAN JATUH!"

"Diam, sayang." Jaehyun menaruh telunjuk di depan bibirnya. "Anak kita hanya belajar berjalan dan sempat oleng, bukan berlatih mengemudikan mobil pemadam kebakaran dan hampir menabrak kucing."

Kepribadian Jaehyun berganti dengan sangat cepat, sesuai dengan keadaan. Mulanya kekanakan, tiba-tiba menjadi dewasa dengan aura daddy yang menguar.

Mark menatap Jaehyun dengan ragu. Ia ikut merentangkan kedua tangannya, seolah-olah sangat ingin dipelukan Jaehyun saat itu juga.

"Ayo kesini~" Jaehyun menepukkan kedua tangannya, ia juga memasang ekspresi wajah yang konyol.

Beberapa menit berlalu, Mark tetap berdiri tegak dan Jaehyun mulai lelah bertepuk tangan.

"Okay, Jae. Sepertinya Minhyung tidak akan pernah pindah dari tempatnya tanpa bantuan." Taeyong berdiri dan menopang Mark. "Ayo berjalan kearah Jahe~"

"Ya!" Jaehyun mendengus sebal. "Kenapa kau memanggilku Jahe?"

"Kau tidak sadar menyebut dirimu sendiri dengan sebutan Jahe saat Minhyung melangkah tadi?"

"Mungkin aku terlalu bersemangat sampai lupa," Jaehyun mengelus tengkuknya, dan menatap Mark yang masih enggan melangkahkan kakinya lagi. "Mark, ayo kemari~"

Mark mulai melangkahkan kaki kanannya lagi, membuat Jaehyun bertepuk tangan senang. Sayang sekali, Mark kembali menggeliat dan memaksa duduk kembali.

Taeyong menghujani wajah Mark dengan ciuman, membuat Mark terkikik geli. Ia melihat suaminya yang memandang Mark dengan tatapan yang sulit diartikan. "Sudahlah, Jae. Setidaknya Minhyung sudah melangkahkan kakinya selama tiga kali."

Jaehyun mengangguk, menghampiri Mark dan ikut menciumnya. "Jahe sangat menyayangi Mark."

Taeyong memandang Jaehyun dengan aneh.

"Jahe juga sangat menyayangi Taeyong." Jaehyun mencium bibir Taeyong.

Taeyong mendorong tubuh Jaehyun. "Oke, cukup. Terdengar menggelikan sekali ketika kau menyebut dirimu sendiri dengan nama Jahe."

"Apa aku menyebut diriku Jahe lagi?" Jaehyun menunjuk dirinya sendiri.

Taeyong mengangguk, sedangkan Jaehyun menghela nafas. Direktur muda itu mempunyai panggilan sayang untuk Mark, mungkin Jahe adalah panggilan sayang dari Mark.

Lagipula, Jaehyun menyadari jika nama Jahe tidak seburuk itu.


TBC


Love, Vava.