.

.

.

.

1. DARKNESS

Starring: Kuroko Tetsuya & Akashi Seijuurou

The Basketball Which Kuroko Plays owned by Tadatoshi Fujimaki

The story is mine

.

.

.

.

Akashi tengah duduk di sebuah kursi. Ia tak bisa melihat apa-apa, semuanya nampak gelap. Namun pemuda surai marun itu mendengar suara langkah kaki.

"Akashi-kun." Dari suara dan gaya bicara, Akashi sangat kenal kalau pemiliknya adalah Kuroko Tetsuya. Suara ketukan pertemuan antara sepatu dan lantai berhenti.

Jantung Akasih seketika berdegup hebat. Dirinya panik, emosi, pokoknya semua hal negatif langsung memenuhi pikirannya. Keringat dingin mengalir deras dari dahi Akashi. Ia ingin melakukan sesuatu, tapi dia tidak bisa melihat apapun, gelap gulita.

"KENAPA KAU ADA DISINI, TETSUYA!?" Akhirnya Akashi hanya bisa berteriak. Berharap Kuroko tidak mendekatinya. Tapi keinginannya nihil, langkah kaki itu terdengar lagi, dan terasa semakin dekat dan dekat.

"Aku hanya ingin minta maaf, Akashi-kun." Suara Kuroko yang datar dan jelas sekali terdengar tanpa emosi kembali merasuk ke dalam gendang telinga Akashi. Seketika sekujur tubuh Akashi bergetar, dia mulai tidak nyaman dalam duduknya.

Sial, apa yang dilakukan para penjaga!? Bukannya tugas mereka adalah membuat Tetsuya sebisa mungkin tidak dapat menjangkau tempat ini! Bahkan Akashi mulai menyalahkan keberadaan para pengawalnya yang seperti kehilangan fungsi. Dia benar-benar kehilangan pegangan.

"MINTA MAAF KATAMU!?" Akashi berteriak lagi seperti itu adalah hal yang dapat mengusir kehadiran Kuroko. Di hati Akashi ada rasa tidak terima, dendam, kebencian yang sangat. Tapi tetap saja satu yang menghalanginya untuk melakukan sesuatu dalam bentuk pembelaan diri: pengelihatan. Ruangan sangat gelap, bahkan Akashi tidak dapat memprediksi keberadaan Kuroko—entah pemuda itu ada di depan atau di belakangnya. Itulah yang membuat kewaspadaan Akashi sangatlah besar.

"Aku sudah bersalah padamu, Akashi-kun. Aku menyesal." Kini Kuroko membuat suaranya terdengar memohon. Yang mengejutkan, Akashi merasakan hawa kehadiran yang sangat dekat. Dada Akashi serasa hendak meledak.

"Pasti berat kan, berada dalam ruangan yang gelap? Makanya itu, aku menyesal."

"KAU YANG MEMBUAT SEMUA INI TERJADI!"

"Aku hanya mengabulkan janjimu, Akashi-kun. Kau kalah dariku di grand final Winter Cup."

"TAPI AKU BERJANJI SEPERTI ITU PADA TIMKU SAAT AKU MELAWAN SHINTAROU!"

"Ssshh.. pelankan suaramu, Akashi-kun. Tidakkah tenggorokanmu kesakitan kau berteriak-teriak seperti itu terus?"

"Kenapa Tetsuya... KENAPA!?" Akashi sudah putus asa. Air hangat mengalir menuruni pipinya.

"Senang sekali dapat melihat dengan jelas dirimu yang menyedihkan seperti ini, Akashi-kun. Aku sudah lama menginginkannya sebagai hadiah ulang tahun." Suara Kuroko yang lembut terus mengalun, seraya ada permukaan seperti kulit—yang terasa halus dan dingin—yang dirasakan Akashi pada tangan kanannya.

Apa yang dilakukan Tetsuya!? Dia menggenggam tanganku? Akashi memikirkan asumsi karena merasa curiga setengah mati. Tapi dengan kasar, Akashi segera menampik sesuatu yang kini menagkupi tangan kanannya itu.

"Kau kasar sekali, Akashi-kun. Padahal aku sudah meminta maaf padamu." Suara Kuroko terdengar, namun ada sedikit emosi terasa dalam nadanya. Emosi murka.

"Heh, AKU LEBIH BAIK MATI DARIPADA MENERIMA MAAFMU!" Bahkan Akashi berkata seperti itu saking bencinya dia menerima kehadiran Kuroko.

"Hooo..." Kali ini, setiap suara yang dilontarkan Kuroko, rasanya jantung Akashi seperti berhenti berdetak.

"Baiklah." Suara langkah kaki menjauh diiringi perkataan Kuroko yang mengandung arti ambigu.

"KAU MAU APA, TETSUYA!? APA TINDAKANMU YANG TELAH MEMBUATKU SEPERTI INI MASIH KURANG!?"

"Tapi aku terus berpikir, Akashi-kun." Tanggapan yang dilontarkan Kuroko tidak berkesinambungan dengan bentakan keras Akashi.

"Kata orang, balas dendam itu tidak menyelesaikan apapun." Kuroko terdiam sejenak. "Saat itu, kau masih bisa melawan. Tapi sepertinya kali ini aku benar-benar mewujudkan balas dendamku."

"KALAU KAU SUDAH TAHU BALAS DENDAM TIDAK MENYELESAIKAN APAPUN, KENAPA KAU MELAKUKANNYA!?" Amarah penuh kebencian masih menguasai Akashi. Ia tidak peduli sekarang posisi Kuroko sedang dimana, entah dekat atau jauh, entah masih disini atau sudah pergi. Sudah dibilang kan, ruangan tempat Akashi berada benar-benar gelap.

"Lalu bagaimana dengan dendam yang kau wujudkan pada Kagami-kun? Apakah itu membuatmu menang Winter Cup begitu saja?" Suara Kuroko sangat dingin. Rasa kesal sangat kentara dalam nadanya.

"Aku menyesal telah tertipu oleh senyummu waktu itu, Akashi-kun. Aku sungguh menyesal..."

Akashi merasakan hembusan nafas panas tepat berada di depan wajahnya.

"TUNGGU, TETSUYA! KENAPA KAU BISA MASUK KESINI!?" Akashi berteriak ketakutan. Dia benar-benar sudah kehilangan harga diri karena nasibnya telah di ujung tanduk.

"Tentu saja orang-orang lain yang masih menyayangi Kagami-kun dan tidak rela dengan kematiannya di tanganmu-lah yang membantuku."

Sesuatu yang dingin dirasakan Akashi di tengkuk lehernya.

"Jadi, aku menyesal akan melakukan ini padamu, Akashi-kun. Apakah kau juga menyesal telah melakukan hal ini pada Kagami-kun?"

.

.

.

.

.

.

END


a/n: Efek kebanyakan baca Riddle horor di internet ya kayak begini, jadi ngarang sesuatu yang gak jelas -,- /slapped/ btw ini fic pertama saya di fandom kurobas, semoga gak absurd! hehe...

Apakah ada readers yang bisa jawab teka-tekinya, hayoooo...? Silahkan jawab di kolom reviews, jawabannya yang official akan saya sertakan di cerita lainnya pada chapter selanjutnya, hehehehe~

Terima kasih banyak sudah membaca! Dan SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI bagi yang merayakan! Mohon maaf lahir dan batin ya minna-san~!

Ohya, request character terbuka lebar lho, hehe /peace/

Sampai jumpa di epsiode kedepan~