~`The Litle Lonely Girl'~

Genre : friendship, Family

Disclaimer : Gosho Aoyama

Rated : K+

Warning : OOC, gaje, gak romantis, gak bermutu, typo, dan masih banyak lagi. diharapkan segera menekan tombol Back jika mulai muncul perasaan mual, dan ingin muntah.

Summary : Shiho tak menyangka sebelumnya setelah ditinggal ibunya maka ia harus berpisah dengan ayahnya. Ditengah siksaan batin karena pamannya Gin, ia bertemu orang-orang yang akan menjadi penyelamat hidupnya. Dalam kehidupan itu ia sekarang menggunakan nama Ai Haibara sampai akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan ayahnya

Jujur aja. Aku sebenarnya gak pinter bikin cerita kayak yang satu ini, tapi aku kan udah janji. Yah, apa boleh buat. Aku kan anak yang baik dan selalu menepati janji. Jadi, meski agak amburadul aku bikin fic ini dengan giat dan penuh usaha lho. Ternyata berat untuk jadi anak baik ya. *harap dimaklumi. Semenjak bikin fic ini Author jadi agak stress*


Ada sebuah keluarga kecil yang hidup dengan bahagia. Seorang ayah bernama Shuichi Akai, ibu bernama Akemi Miyano, dan anak perempuan mereka yang bernama Shiho Miyano. Namun sayang keluarga itu mengalami suatu musibah.

Sang ibu meninggal karena kecelakaan. Anak gadis mereka jadi pemurung sejak meninggalnya sang ibu. Bahkan sang gadis tidak pernah menampakkan senyumannya lagi. Begitu pula sang ayah. Batinnya begitu tertekan apabila ia ingat akan wajah istrinya. Apalagi jika melihat anaknya yang makin lama makin tak bersemangat hidup, sang ayah kadang tak kuat menahan air mata. Sang kakek, Vodka merasa kasihan pada keluarga tersebut. Sebuah ide terpikir di benaknya. Namun ide itu malah membuat jarak antara ayah dan anak justru terpisahkan.

Shuichi : "Shiho, maafkan ayah ya."

Shiho : "kenapa ayah harus minta maaf."

Shuichi : "ayah mungkin bukan ayah terbaik untukmu. Jadi tolong maafkan ayah"

Shiho : "memangnya ada apa? kakek tolong jelaskan!"

Vodka : "Shiho, ayahmu akan pergi dengan perempuan lain. Oleh karena itu, mulai besok kau akan tinggal di rumah pamanmu."

Shiho : "apa maksud kakek?"

Vodka : "ayahmu akan menikah lagi. Dan kau akan tinggal bersama pamanmu, Gin. Apa kau mengerti."

Shiho : "aku mengerti"

Shiho menjawab dengan penuh keraguan. Ia amat paham perkataan kakeknya. Ayahnya bukan pergi karena pekerjaan namun ayahnya pergi untuk orang lain yang kelak harus dia panggil ibu. Dia sedih jika ternyata ia harus berpisah dengan ayahnya juga, karena sudah berat penderitaan Shiho ketika ditinggal mati sang ibu. Shiho harus tinggal dengan pamannya karena ibu tiri Shiho tidak suka pada Shiho. Kenangan yang pahit. Namun itu hanya sebuah kenangan 1 bulan yang lalu.

Di rumah pamannya lebih tepatnya dalam kamar, Shiho membuka tas ransel pemberian ayahnya. Di dalamnya ia menemukan 3 setel baju lengkap, 2 setel baju terusan, beberapa buku cerita maupun buku pelajaran, foto keluarganya yang diam-diam ia masukkan dan sebuah handphone yang dibelikan ayahnya sebagai hadiah karena lulus ketika ia kelas 6 SD. Shiho memandang foto keluarganya. Ayah, ibu dan ia, sedang tersenyum karena ia berhasil mendapatkan juara 1 di kelasnya.

Saat ini Shiho tak perlu sibuk karena ia tidak mengikuti sekolah lagi. Pamannya tidak mendaftarkan Shiho sekolah karena Shiho harus tetap terus berada di rumah. Shiho diajari pamannya untuk hidup sebagai orang egois. Karena menurut pamannya hidup ini egois. Shiho juga diajari untuk tidak mengasihani orang lain. Kadang pamannya juga mengajari Shiho menembak. Karena bagi pamannya yang jago menembak, ganjil rasanya kalau keponakannya yang telah tinggal lama dengannya tidak bisa menggunakan pistol.

Sementara Shiho mempelajari semua yang diajarkan pamannya, pamannya malah sibuk menghitung uang. Entah uang dari perusahaan yang dimilikinya atau dari yang lain.

Baru setelah beberapa minggu setelah itu, Shiho sadar bahwa uang yang dihitung pamannya adalah uang kiriman dari ayahnya yang diberikan untuk membiayai hidup Shiho. Shiho protes. Karena ia tau ayahnya akan bangkrut jika keadaan seperti ini terus.

Shiho : "paman, uang itu didapat dari mana?"

Gin : "uang ini? Kau ini hanya anak kecil tak usah banyak tanya"

Shiho : "itu bukan uang ayah kan?"

Gin : "uang ayahmu?"

Shiho : "…."

Gin : "memang benar ini dari ayahmu. Tapi, . . . sekarang ini sudah jadi uangku"

Shiho : "tapi, kalau ayah terus mengirim uang maka ayah akan-" mulai meninggikan suara

Gin : "peduli apa aku pada ayahmu? Kau pikir kau hidup disini tak perlu uang?"

Shiho : "tapi-"

Gin : "diam kau! Kembali ke kamarmu!"

Shiho hanya menurut dan mengurung diri dalam kamarnya. Ia memandang foto keluarganya yang dipajangnya di samping jendela. Sunyi.

Setelah pertengkaran Shiho dan pamannya, suasana dirumah malah menjadi mencekam. Gin tidak membiarkan Shiho lepas dari pengawasannya. Ia takut Shiho akan melaporkan dirinya pada ayahnya. Oleh karena itu Gin tak pernah membiarkan keponakannya yang satu ini mengisi pulsa handphone pemberian ayahnya.

Seminggu berlalu semenjak hubungan Shiho dengan pamannya jadi semakin tegang. Tak pernah terdengar percakapan penting antara Shiho dengan pamannya. Hari-hari di rumah tersebut selalu tak berubah. Yang berubah hanyalah perasaan dendam di hati Shiho yang kian menjadi-jadi.

Hingga suatu malam yang hanya dihiasi bunyi-bunyi kucing yang lewat dan kedipan kunang-kunang. Shiho membaringkan badannya. Lelah sekali. Ia memejamkan matanya. Seharian berada dalam suasana tidak enak bersama pamannya memang bisa membuatnya stress.

Pamannya mungkin sedang minum-minum seenaknya. Sesekali terdengar suara tawa dari Gin. 'pasti ia sudah gila' gumam Shiho. Dan biasanya tak kan lama lagi pamannya akan marah-marah diselingi tertawa kemudian jatuh tersungkur dan tidur di tempat.

Semakin direnungi semakin ia mengantuk. Hingga muncul sebuah pemikiran aneh namun patut dicoba. 'MELARIKAN DIRI'. Beresiko sebenarnya. Tapi, apa salahnya jika ia lakukan. Toh, ia sudah memegang rekening bank ayahnya yang diberikan sehari sebelum ayahnya pergi. Ia pasti bisa bertahan hidup tanpa paman ataupun ayahnya.

Sudah jam 9 tepat, saatnya menjalankan rencana. Shiho membuka jendelanya dan mulai menurunkan kain yang ia ikat menjadi panjang hingga bisa mencapai permukaan tanah. Ia menuruni kain itu. Ia melakukannya denga penuh kehati-hatian. jam sudah bergerak menjadi 9.45 malam. Pamannya pasti sudah tidur. Rumah mewah itu sekarang sedang senyap tanpa suara tawa Gin.

Setelah berhasil sampai ke bawah ia lalu membuka pintu gerbang. Terdengar suara berdenyit yang membuat hatinya galau namun ia terus membuka gerbang dan keluarlah ia dari rumah.

Gin yang setengah tidur mendengar suara gerbang terbuka dan tanpa pikir panajng segera keluar. Dengan langkah gontai karena mabuk ia mencoba membuka pintu depan. Alangkah terkejunya ia. Keponakannya kini sudah berada di luar pagar dan hendak berlari.

Gin : "Shiho! Kembali kau!"

Shiho : "paman?"

Suara pamannya membuat jantung Shiho seakan berhenti berdetak. Ia tak punya waktu menoleh kebelakang. Oleh karena itu ia membulatkan tekadnya untuk tetap berlari. Entah kemana.

Gin : "Hei Shiho! berhenti!" sambil berlari mengejar

Shiho : "tidak! Aku tidak akan berhenti!"

Gin : "Shiho! Ku bilang BERHENTI! Atau ku tembak kau!"

Shiho tidak mendengarkan perkataan pamannya dan terus berlari. Ia tau pamannya sedang mabuk karena terlalu banyak minum minuman keras, jadi pasti larinya lebih lambat dari biasanya. Dan… pasti tembakan pamannya tidak akan kena.

Memang benar, lari pamannya lebih lambat. Namun, tebakan pamannya . . . .

DORR

selalu tetap tepat sasaran. Tembakan itu memang bukan di arahkan pada Shiho yang tengah berlari ditengah jembatan, melainkan tembakan itu di arahkan pada jembatan tempat Shiho akan melangkahkan kakinya. Dan karena itu, Shiho pun terjatuh dari jembatan yang pegangannya hanya setinggi pahanya.

Pamannya segera berlari. Ia menoleh ke bawah mencari Shiho. Ia pikir Shiho takkan apa-apa karena ia hanya terjatuh di sebuah lapangan luas atau jalanan sepi. Namun, Gin salah. Yang ada di bawah jembatan bukan lapangan maupun jalanan. Yang ada di bawah jembatan adalah sungai yang tengah mengalir deras.


bersambung, , , , , ,


Chapter 1 selesai!

Hore!

Fuh, gimana fic yang ini? Bagus? Menarik? Memuaskan?*PD amat bicara*

Pasti nggak ya. Aku tau masih banyak salah, belum lagi beberapa ketikan yang salah dan tersebar dimana-mana, belum lagi OOC,belum lagi garing, belum juga idenya udah terlalu biasa, belum lagi kependekkan, dll, dsb, dkk. Hiks~hiks~ jadi sedih nih. *mojok di sudut ruangan*

oh iya, btw di Jepang kan ada Tsunami (wah, telat nih Author) , kira-kira Gonso Aoyama baik-baik saja gak? kalau Masashi Kishimoto? Tite Kubo? aduh aku khawatir nih. padahal komik mereka kan belum tamat (ternyata ada maunya,). yah, semoga saja mereka gak apa-apa.

pembaca sekalian aku mohon kerelaan kalian untuk mengirimkan review buat aku yang hina dina mina tina dan banyak ina lainnya ini.

PLEASE REVIEW , , , , , ,