… My first fic! Gomen.. Kalau masih terasa aneh dan bahasanya kurang pas, mohon di maklumi. Maaf juga kalau kepanjangan.. *down

Please Review ^^


Fairy Tail © Hiro Mashima

My Last Prayer © Chiba Hikari

Warning : OOC, AU

Pairing : Jellal X Erza

Genre : Romace/Tragedy

Rating :T


"Tak ada kau..Mencarimu..

Kuhanya berharap menemukanmu.."

Siang hari di kota itu tidak seperti biasanya, semua berwarna kelabu. Terdengar suara gemuruh, disusul dengan jatuhnya air mata dari langit.

Terlihat seorang pemuda rupawan dengan gakuran menatap ke luar jendela kelasnya dengan sorot mata yang redup.

Rambutnya agak berantakan dan semua kancingnya dibiarkannya terlepas ( kecuali kemejanya!). Sekilas, ia terlihat seperti badguy karena di mata kanannya, terukir tato ornamen yang entah dari mana asalnya.

"Jellal-kun!", teriak seorang gadis berambut Scarlet sambil menghampiri pemuda yang dipanggilnya "Jellal-kun" itu.

"Hmmm..", jawab pemuda itu sambil terus menatap keluar jendela.

"Ayo, kita pulang! Aku bawa dua payung,nih!",kata gadis itu sambil menyodorkan payung berwarna merah.

"Ahh.. Ya..Ya.. Tunggu Erza",jawab pemuda itu dengan nada malas.

Mereka mengambil tas mereka dan segera berjalan meninggalkan kelas karena memang hari itu setiap murid dipulangkan lebih awal.

" . . . . . , hari ini kamu ada acara?",tanya pemuda itu tiba-tiba.

"Hmmm… Sepertinya tidak. Kenapa?", jawab gadis itu dengan nada bingung.

"Tidak.. Tidak jadi.",jawab pemuda itu singkat sambil mengganti sepatunya.

"Curang! Jangan begitu! Kamu membuatku jadi penasaran!", rengek Erza

"Penasaran? Baru kali ini kulihat seorang Erza Scarlet penasaran terhadap hal kecil.", kata pemuda itu sambil terkekeh.

"Uhhh! Terserah aku! Kamu menyebalkan! AKU BENCI KAMU JELLAL!",gertak Erza sambil berlari meninggalkan gedung.

"Hei, jangan marah. Aku hanya bercanda." Jellal cepat-cepat menutup lokernya dan berlari mengeja Erza.

Erza yang sedang marah langsung berlari melintasi jalan raya tanpa melihat sekelilingnya terlebih dahulu. (Seperti yang kita tahu bahwa menyebrang tanpa melihat kanan-kiri dulu itu tidak boleh di tiru!) Dan sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melintas .

"Awas!" berbagai macam teriakan terlontar saat mobil itu hampir menghantam Erza.

"BRAKKK!"

Terlihat sesosok pemuda tergeletak beberapa meter dari tanda hasil rem mobil. Aspal yang semula berwarna abu-abu menjadi lautan berwarna merah.

"Apakah anda tidak apa-apa?", Tanya seorang ibu dengan mimik cemas.

"Ah, saya tidak apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi?", Tanya Erza sambil terus memegang kepalanya.

"Anda hampir saja ditabrak mobil itu.", jawab ibu itu.

"Apa? Tunggu dulu, kenapa saya tidak tertabrak?", Tanya Erza bingung.

"Pemuda pemberani di sana itu yang menolong anda.", jawab ibu itu sambil menunujuk kerumunan orang.

"Berarti saya harus berterima kasih padanya.", kata Erza. Ia kemudian berdiri perlahan dan berpegangan pada sebuah pohon.

"Maaf, tapi sepertinya hal itu mustahil.",kata ibu itu dengan nada menyesal.

"Tak ada kau.. Dimanapun..

Kan kuhabiskan hidupku tuk mencarimu.."

Erza menengok ke arah kerumunan itu. Semula ekspresinya menunjukkan kesakitan karena kakinya lecet tapi langsung berubah 180 derajat. Ia hanya bisa terbelalak dan pucat saat melihat pemuda yang bermandikan cairan merah itu. Hatinya seperti ditikam belati.

Kemudian dengan tertatih-tatih ia melangkah mendekati pemuda itu.

"Seseorang, cepat panggil ambulan!" teriak seseorang dari kerumunan orang yang mendekati pemuda itu.

Beberapa orang segera mencoba menghubungi rumah sakit. Tergambar kondisi yang sangat panik saat itu.

"Permisi.. Permisi.. Permisi.. Saya menumpang lewat..", kata Erza sambil berusaha menyelip di antara lautan manusia itu.

Orang- orang yang melihat keadaan itu segera membuka jalan unutk Erza. Entah apa motif mereka melakukan hal itu. Seolah-olah kata-kata Erza seperti perintah yang di berikan jendral pada prajurit-prajuritnya. Mereka menurutinya begitu saja.

Kaki Erza langsung lemas saat melihat siapa penyelamat jiwanya. Ia jatuh terduduk dan tanpa disadarinya, aliran sungai mengalir dengan deras di pipinya.

"JELALLLL!", teriak Erza histeris.

Dipeluknya pemuda itu di pangkuannya. Dilihatnya pemuda itu dengan tatapan sedih, penuh penyesalan. Cairan merah yan menjadi cat aspal itu dengan cepat melakukan gerak kapilaritas pada seragamnya. Kini, seluruh seragamnya berubah warna menjadi kemerahan.

"JELLAL! KAU JANGAN BERCANDA! AYO, BUKA MATAMU!",kata Erza sambil terus mengalirkan air sungai itu.

"Hmm.. Ke..Ke..na..a..pa.. ka..mu.. me..nang..is .? Da..sar.. ceng..eng..", kata Jellal terbata-bata.

"Kamu masih bisa-bisanya menjahiliku di saat seperti ini!" Erza mengalirkan air sungainya lebih deras.

"Me..mang.. a..ku.. ke..na..pa..? A..ku ti..dak apa.. apa.. Ja..ngan.. mena..ngis..", kata Jellal lembut sambil tersenyum dan berusaha mengelus pipi Erza.

"Apanya yang tidak apa-apa! Kamu terluka seperti ini! Dan ini karena aku!" Erza menggapai tangan Jellal yang berusaha meraih wajahnya dan meletakkannya di pipinya. Dipegangnya tangan Jellal erat-erat.

"Ini .. se..mua.. bu..kan.. ka..rena.. ka..mu." Jellal terlihat semakin sulit berkata-kata. Wajahnya memucat.

"Ta..Ta..pi.." Tapi kata-kata Erza dihentikan oleh jari Jellal yang menyentuh bibirnya.

"Ini se..mua.. ku..la..ku..kan.. ka..re..na…" Jellal memotong kalimatnya dan terbatuk.

"Karena apa? Karena aku temanmu sejak kecil? Kenapa kau tidak membiarkan aku saja yang ditabrak?" Mata Erza mulai berair lagi.

"Uhuk.. Ma..na.. bi..sa.. a..ku.. mem..bi..arkan.. o..rang.. yang..ng.. sa..ngat.. ku..cin..tai.. te..ter..tabrak.. di..de..pan.. ma..ta..ku..", jawab Jellal sambil menatap dengan serius walaupun keadaannya tidak mendukung.

Jantung Erza hendak berhenti berdetak saat mendengar kata-kata Jellal. Ia tidak dapat percaya dengan apa yang didengarnya.

Ia sudah mengangap pemuda itu seperti kakak kandungnya sendiri. Dan kini? Ia menyatakan perasaannya.

Aneh memang rasanya. Namun, mengapa hatinya berkata lain? Tiba-tiba dadanya terasa sesak dan ingin menangis saat mendengar kata-katanya.

"Ss..tt.. Ja..ngan.. me..nang..is.. la..gi.. ber..jan..ji..lah.. pa..da..ku.. Ka..lau.. ka..mu.. me..nang..is.. la..gi.. a..ku.. ma..rah.." Kata Jellal sambil sedikit mengerutkan keningnya.

"Iya, iya. Aku berjanji! Tapi kamu jangan meninggalkanku!" Erza mulai mengeluarkan jurus rengekkannya yang lucu.

"Iya.. A..ku.. ber..jan..ji.." Jellal tersenyum, senyum itu adalah senyum termanis yang belum pernah dilihat oleh siapapun..

"Kucoba..meraihmu..menggapaimu..

Tapi.. tidak ada kau..?"


To be continued..

Anehkah? Membosankankah? Please Review !