Author's Note: A fanfiction that inspired from a song titled Time To Love by T-ara & Supernova. All cast are owned by themselves. I only owned the plot from my brain. Please no silent reader. Enjoy
Unspeakable Words
a story about hurt
"In the end, I only wait for you"
Romance, Hurt/Comfort
Pairing: Lee Dong Hae (Super Junior) x Kim Yoo Jin (UEE-After School)
..could you let me think that this is unreal? Just once, only this time! Could you?
Dong Hae menutup buku yang sedang dibacanya dengan kasar. Ia menghela nafas panjang, merasa kesal dengan dirinya sendiri karena untuk yang kesekian kalinya setelah berbulan-bulan, kilasan kejadian itu masih sering melintasi benaknya. Dilepasnya kacamatanya, kemudian memijat ringan tulang hidungnya, untuk meringankan sakit kepala yang lagi-lagi menyerangnya ketika kenangan itu kembali diingatnya.
Aiisshh.. Sialan! Kenapa harus teringat lagi sih? Setelah sekian lama, kenapa ingatan ini kembali muncul?
Dong Hae meletakkan buku yang tidak jadi dibacanya tadi kembali ke rak. Ia lalu merebahkan diri di kasur, memandang langit-langit kamarnya yang polos. Ia terdiam cukup lama, memikirkan bagaimana kejadian yang telah ia lupakan selama berbulan-bulan itu dapat kembali mengusik pikirannya.
"Kim Yoo Jin..." tanpa ia sadari, nama itu meluncur dari mulutnya. Dong Hae terhenyak sejenak, memikirkan nama itu yang membawanya kembali pada masa lalu. Masa yang ia kira telah dapat ia kubur dalam-dalam. Bukan, itu bukanlah masa-masa kelamnya. Justru ia sangat merindukan masa-masa itu. Saat dimana ia bisa melakukan semuanya sesukanya. Tanpa harus mengorbankan perasaanya, tanpa harus menyakiti siapapun.
"Lee Dong Hae, neo, jugeolhae? Kau sudah berjanji untuk menguburnya sedalam mungkin. Melupakannya seolah hal ini tidak pernah terjadi. Kau harus menepati janjimu, kalau kau adalah laki-laki.." ucapnya pada diri sendiri, mencoba mengontrol keinginan yang kembali muncul dalam dirinya. Aku harus menahannya, aku harus tetap kuat seperti ini. Perlahan, ia memejamkan matanya, mencoba menghilangkan pikiran-pikiran yang mulai memenuhi otaknya.
"Yoo Jin-a..." bisiknya pelan.
*Dong Hae's Point of View*
"Komapsumnida!" ujarnya pada pelanggan yang baru meninggalkan restoran dimana ia bekerja. Setelah ini ia akan masuk kembali dan aku hanya bisa menunggunya keluar lagi dari restoran tersebut. Ingin rasanya aku menghampirinya, menyapanya atau hanya sekedar tersenyum padanya. Yang penting, ada interaksi antara aku dan dia, antara si pengecut Lee Dong Hae dan Kim Yoo Jin.
Padahal aku sedang berusaha melupakannya, menguburnya dalam-dalam seolah semua yang berhubungan dengannya adalah hal terburuk yang pernah ada di dunia. Tetapi, entah mengapa walaupun aku sudah berulang kali menanamkan pada diriku sendiri bahwa ia bukanlah yang terbaik, aku tidak pernah berhasil menguburnya. Dan dari ia-bukan-yang-terbaik-untukku berubah menjadi aku-bukan-yang-terbaik-untuknya. Setiap kali aku merindukannya, kakiku entah mengapa selalu membawaku padanya. Sekeras apapun aku mencoba, hal yang sama selalu terjadi. I always ended here, staring at her without doing anything. Just staring.
Dan disinilah aku, menyalahkan diri sendiri atas keadaanku saat ini. Menyalahkanku atas keputusanku. Menyalahkanku atas tindakanku. Menyalahkanku atas semua yang terjadi padaku, maupun padanya.
..could you let me think that this is unreal? Just once, only this time! Could you?
"Oh, Tuhan.. Apa yang telah aku lakukan? Kim Yoo Jin.."
Lelaki bernama Lee Dong Hae itu masih terduduk disana. Memijat pelan pelipisnya sambil memejamkan matanya. Ia menunduk, memandangi ujung sepatunya yang telah kusam.
"Aaaaah!" ujarnya kesal pada diri sendiri. Rahangnya mengeras, menandakan bahwa dirinya sedang marah. Di garuknya kepalanya dengan asal, membuat rambutnya yang memang sudah berantakan menjadi lebih berantakan.
"Kukira kita sudah sepakat dengan perjanjian kita?" ujar seorang lelaki dengan setelan hitam rapi secara tiba-tiba. Dong Hae terhenyak, perlahan memalingkan kepalanya seolah tidak percaya dengan pendengarannya.
"Annyeonghaseyo! Lama tak berjumpa!" ujar lelaki itu lagi. Kini dengan senyum sinis tersungging di bibirnya.
-will be continued-
