" Konoha Underground "

By : Saita Hyuuga Sabaku

( terinspirasi dari anime Tokyo Underground )

Disclaimer Chara : Naruto-nya-Masashi Kishimoto

Pairing : SasuSaku slight NaruIno

Rate : T

Genre : Adventure, Romance, Action

Warning : AU, OOC, gaje, alur maksa, berantakan, typo bertebaran, dan masih banyak kekurangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Don't like Don't read

*** Happy Reading***

Chapter 1

Derap langkah dan deru nafas yang tak beraturan mengalun di lorong yang terlihat remang-remang.

"Ayo Sakura, cepatlah !" ucap gadis bersurai blonde sambil sesekali menengok ke belakang. Tangannya terus memegang pergelangan tangan gadis bersurai pink sambil terus berlari bersama. Ia adalah Ino, sahabat sekaligus pengawal gadis bersurai pink yang tadi di panggil Sakura.

"Tapi Ino, sebaiknya ku obati dulu lukamu itu," seru Sakura.

"Tidak ada waktu untuk itu, pengawal Orochimaru sudah semakin dekat," bantah Ino.

Dan akhirnya mereka terus berlari menyusuri lorong-loromg gelap itu. Muka Sakura sudah terlihat pucat, karena ia memang terbiasa terkurung dalam kamar,sehingga fisiknya agak lemah. Ino memandang Sakura iba, tapi mereka harus menjauh dari tempat ini. Menjauh dari orang-orang yang akan menangkap Sakura.

.

.

Akhirnya tibalah Ino dan Sakura di sebuah gerbang. Ino memasukkan kata sandi untuk mengakses pintu gerbang raksasa itu.

"Semoga saja belum di ubah," ucap Ino pelan, tapi masih bisa di dengar oleh Sakura.

"Sedikit lagi kau akan melihat permukaan Sakura ," ucapnya seraya tersenyum ke arah Sakura. Ia telah berhasil mengakses pintu penghubung itu. Pintu pun terbuka dan mereka mulai berlari kembali menyusuri lorong yang entah dimana ujungnya itu.

.

.

.

Terlihat pria berambut raven sepunggung dengan mata onxy kelam sedang sibuk di dapur. Ia sedang menyiapkan sarapan untuk adik tercintanya. Dengan sangat cekatan pria itu mengolah bahan-bahan makanan. Tidak perlu waktu cukup lama, ia telah berhasil menghidangkan beberapa jenis makanan.

"Sasuke, cepatlah turun. Sarapannya sudah siap," teriaknya sambil meletakkan makanan di atas meja makan.

"Iya, Itachi-nii sebentar lagi aku selesai," terdengar suara bariton dari lantai 2 rumah itu.

Tak lama kemudian pria berambut raven mencuat kebelakang ala chickhen but, terlihat menuruni tangga. Mata onxynya yang tajam langsung mengarah pada meja makan. Dan dilihatnya menu sarapan hari ini berbeda dari hari biasanya. Masakan spesial itu, ia tau maksudnya.

"Kali ini kau akan pergi kemana?" ucapnya kemudian. Karena ia tau kalau kakaknya menyiapkan sarapan spesial yang berbeda seperti biasanya, pastilah kakaknya itu akan pergi lagi meninggalkannya untuk waktu yang lama.

"Kau sudah mengerti ya," ucap Itachi sambil cengengesan.

"Tch, jangan menganggapku seperti anak kecil yang bodoh, Itachi-nii," ucap Sasuke kesal.

Itachi makin cengengesan saja, dengan sikap Sasuke yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Kali ini aku akan pergi ke Suna, dan sepertinya aku akan berada disana selama 2 bulan. Lebih lama dari biasanya." Ia menghentikan ucapannya sejenak dan memandang adik semata wayangnya.

"Maafkan aku Sasuke, harus meninggalkanmu dalam waktu selama itu," ucapnya sendu. Ia sama sekali tak tega meninggalkan sang bungsu Uchiha, walaupun si bungsu itu sudah sangat mandiri. Sasuke yang mendapat tatapan seperti itu merasa tak nyaman.

"Aku ini bukan bocah usia 5 tahun lagi," urat kekesalan mulai tampak di keningnya." Kenapa kau selalu memperlakukanku seperti bocah 5 tahun. Aku bahkan sudah masuk Universitas sekarang,jadi kau tenang saja," ucapnya seraya menggembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya ke samping. Kakaknya terlalu berlebihan memanjakannya.

"Hmmppptttt...hahahahahaha," Itachi tak sanggup menahan tawanya melihat tingkah sang adik. "Aku tidak menyadari jika kau sudah tumbuh sebesar ini, Sasuke," ucapnya menggoda sang adik.

Tak lama Itachi beranjak dari tempatnya, dan menghentikan langkahnya di bangku Sasuke. Dia mengarahkan dua jarinya ke kening Sasuke dan menyentuh keningnya itu. Kebiasaan yang sering ia lakukan jika ia hendak pergi.

Sambil tersenyum ia berkata, "baiklah sudah saatnya aku pergi. Jaga dirimu baik-baik. Dan jangan membuat masalah."

Sasuke tersenyum tipis menanggapi kakaknya dan tak lama Itachi pun meninggalkan ruang makan bersiap untuk pergi.

.

.

.

Ino dan Sakura sudah sampai di ujung lorong. Kemudian dengan kekuatannya yang seperti monster, Ino melayangkan tinjunya pada dinding di atas kepala mereka. Tak perlu menunggu waktu lama terciptalah lubang besar hasil buah tangan Ino. Cahaya menembus masuk ke lorong bawah tanah tersebut. Cahaya yang sangat menyilaukan melebihi tempat tinggal mereka sebelumnya. Ino melompat keluar terlebih dahulu, kemudian dia mengulurkan tangannya membantu Sakura keluar melalui lubang yang telah dibuatnya. Sakura yang baru melihat pemandangan di atas permukaan, terkesiap takjub dengan keindahan tempat itu.

"Ino, inikah kota di atas permukaan?" tanyanya dengan mata yang berbinar-binar memandang ke sekeliling. Mereka ternyata ada di halaman belakang rumah kediaman Itachi dan Sasuke. Rumput hijau, bunga warna-warni, semilir angin yang berhembus memainkan helaian rambut merah muda miliknya dan rambut blonde milik Ino. Semua itu terasa menyegarkannya.

Ino tersenyum memandang Sakura yang tengah mengagumi lukisan alam luar biasa ini.

"Ya Sakura. Kita akan tinggal disini. Tak akan kubiarkan mereka membawamu ke dalam kegelapan itu berjanji padamu," ucap Ino kemudian.

Sakura berhambur memeluk Ino dan dengan suara yang sedikit bergetar dia mengucapkan rasa terima kasihnya. Ino membalas pelukan Sakura hangat. Dia sangat menyayangi Sakura dan menjaganya seperti adiknya sendiri.

"Oh ya, Ino," tersadar sesuatu Sakura melepaskan pelukannya. "Biar kusembuhkan lukamu dulu."

Mereka berdua duduk dan Sakura mulai menyembuhkan luka Ino yang terdapat pada beberapa bagian tubuhnya. Dia memancarkan cahaya hijau dari kedua telapak tangannya dan mengarahkan pada tubuh Ino yang terluka. Tak lama kemudian keadaan Ino sudah kembali segar tanpa segores lukapun dan dia merasa sangat berstamina. Tapi kemudian raut wajahnya berubah khawatir kala melihat Sakura semakin pucat.

"Sakura, kau terlalu banyak mengeluarkan energimu. Ayo, kita harus mencari tempat istirahat untukmu."

Ino pun membantu memapah Sakura yang terlihat sangat pucat. Mereka telah berlari hampir seharian dan Sakura menyembuhkan lukanya, tentu membuat Sakura kelelahan. Ino mengawasi ke sekeliling dan setelah dilihatnya tak tampak seorangpun dia lalu mendobrak pintu belakang rumah itu.

Mereka berjalan menyusuri lorong rumah tersebut. Terdapat banyak kamar di sini.

'Hmm...rumah yang sangat luas, kenapa tak tampak seorangpun?' pikirnya sambil mengamati sekeliling.

Lalu Ino memasuki salah satu kamar yang terdekat, tanpa pikir panjang.

"Nah, Sakura beristirahatlah. Aku akan mengamati sekitar," ucapnya seraya membaringkan Sakura di atas ranjang berukuran king size. Dan sebelum Ino melangkahkan kakinya keluar, Sakura memegang tangannya. Dan Ino pun menoleh. Ino menunggu apa yang akan dikatakan Sakura.

"Ino, seharusnya kita meminta ijin dari pemilik rumah kan?" kata Sakura.

"Tak ada seorangpun disini. Tenang saja, bagitu pemilik rumah ini datang, aku akan meminta ijin dan minta maaf padanya, karena telah masuk tanpa ijin dan merusak rumahnya," ucap Ino menenangkan seraya tersenyum lembut pada gadis bermata emerald itu.

"Tidurlah, oyasumi," lanjutnya kemudian sambil memegang pucuk kepala gadis bernama Sakura itu.

Tak lama Sakura tertidur dan Ino pun keluar untuk mengawasi keadaan sekitar.

'Kemana lagi aku harus membawa Sakura' batinnya.

Tangannya mengepal kuat dan dengan lirih ia berkata, "kami tidak mungkin berlama-lama disini. Cepat atau lambat Orochimaru akan mengirim anak buahnya ke permukaan."

_TBC_


Note : Riview, saran dan kritik akan sangat diperlukan untuk membantu saya agar semangat untuk melanjutkan menulis fic ini. Saya tau fic ini jauh dari kata sempurna. Saya masih sangat baru dalam dunia tulis-menulis seperti ini. Jika berkenan meninggalkan review, merupakan suatu penghargaan tersendiri bagi saya.

Terakhir, saya ucapkan terima kasih bagi yang telah membaca fic abal ini, terima kasih jika bersedia meninggalkan review, dan terima kasih juga bagi para silent reader.

With love,

Saita