"Kau adalah seorang malaikat yang Tuhan kirimkan untukku" – Chanyeol/"Terimakasih untuk semuanya, Park Chan.." – Baekhyun [ChanBaek Mini Fiction/Shounen-ai/Fluff/1s]


Namanya Park Chanyeol, sosok pangeran idaman abad ini. Ia merupakan siswa di kelas unggulan salah satu Senior High School terbaik di bumi Korea. Selain tampan, kaya dan cerdas, ia terkenal pula karena kebaikan hatinya. Meskipun ia tidak terlalu dekat dengan beberapa siswa selain Joonmyeon dan Jongdae, sahabatnya.

Meskipun banyak yang ingin menjadi kekasihnya, samapai saat ini Chanyeol lebih memilih untuk menutup rapat hatinya. Ia tahu, mereka hanya tergila-gila karena status dan wajah rupawan Chanyeol semata..


Love For Chanyeol and Baekhyun – Series

First Story : Angel

© Lala Maqfira a.k.a Shouda Shikaku

Cr for pict : Gluestick-nim

AU, Fluff, School Life

Recommended Song : EXO – Angel


Siang itu, Chanyeol tengah sibuk dengan beberapa berkas perlombaan yang akan ia ikuti lusa, PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni tingkat Nasional), dimana ia akan mewakili sekolahnya di cabang sastra dan kejuaraan Basket serta Volley. Surai hitamnya bergerak ringan seiring dengan irama langkahnya yang mantap, menyusuri lorong koridor Seoul National High School yang sunyi.

Bibirnya tergerak, mengikuti untaian kalimat yang tercetak rapi di berkas yang dibawanya. Mata bulatnya dengan tekun menyusuri daftar perlombaan dan jadwal yang tertera, dan sesekali bergerak ke arah lain.

Detik berikutnya, langkah kaki jenjangnya terhenti tepat setelah ia mendapati sosok lain yang sibuk dengan gerombolan siswa baru. Surai cerah sang objek pengamatan Chanyeol – ternyata Wakil Ketua Dewan Siswa – nampak berkilau terpapar sinar sang Surya. Oh, melenceng dari pembicaaran, maaf.

Senyum manis sang Wakil Ketua mengundang denyutan aneh dari dada kiri Chanyeol, membuat siswa jangkung itu meringis. Ia merasa asing dengan perasaan aneh namun menyenangkan yang kini menyambanginya.

"Hoi, Chanyeol~!" suara tenor seseorang menyadarkannya. Oh, Jongdae rupanya.

"Heum. Ada apa, Jongdae-ya?"

Jongdae hanya tersenyum-senyum. Ia sebenarnya sedari tadi memperhatikan Chanyeol yang terus memandangi Wakil Ketua Dewan Siswa sekolahnya. Dan yang membuatnya terkikik adalah wajah dungu Chanyeol yang nampak terpesona. Haha..

"Yeol, Cho Sajangnim memanggilmu. Dan kau diharap agar segera menghadap di ruangan beliau." Jongdae masih tersenyum, dan Chanyeol tak menyadarinya.

"Baiklah.."

Dan di sisi lain, pemuda yang sedari tadi menjadi objek perhatian Chanyeol memiringkan kepalanya imut, membuat Jongdae yang menyadarinya melambaikan tangannya, disambut senyum ramah dari pemuda manis tersebut.

'Kurasa, Chanyeol jatuh cinta pada pandangan pertama. Kekekeke..' –batin Jongdae.

Jongdae mengalihkan perhatiannya, dan ia langsung menyambar smartphone putih yang terbelengu di saku blazernya. Ia akan menghubungi si Magnae Sehun, dan memulai sesuatu yang fantastis!

Hohoho..

Dan ia haarap Chanyeol bisa menyadari perasaannya sendiri, dan langsung jadian dengan Wakil Ketua. Pfftt.. Hahahaha.. Demi Tuhan! Jongdae mungkin akan jadi orang pertama yang mendukung hubungan mereka berdua!

.

.

.

Baekhyun tersenyum manis pada sosok Jongdae yang melambaikan tangannya di tengah koridor. Ia tahu betul siswa bermarga Kim itu, salah satu dari duplikat trio Sannin – uhuk – yang memang melegenda di sekolahnya. Beberapa saat kemudian ia kembali fokus ke siswa baru yang sibuk bertanya-tanya perihal sekolahnya.

"Ngomong-ngomong sunbae, apakah perlakuan untuk siswa di sini di sama ratakan?" tanya seorang siswa dengan name tag Choi Seung Rin.

"Oh, tentu saja Seungrin-ssi.perlakuan semua siswa di sini sama, baik dari kalangan menengah kebawah, maaf, sampai kalangan atas. Sistem kasta tidak pernah berlaku di sini." Baekhyun menjawab ramah.

"Wah~ benar-benar sekolah yang menyenangkan~" timpal siswa lain dengan paras lugunya, Lee Seung Woo.

"Nde, ini juga demi kenyamanan siswa. Sehingga, hasil pembelajaran mampu diserap dengan baik tanpa adanya bayang-bayang diskriminasi atau yang lain."

Semua siswa tersebut mengangguk-angguk. Mereka teramat bersyukur jika sekolah yang mereka tuju sekarang sesuai dengan impian mereka. Dan setelah keheningan yang menjeda, seorang siswa lain dengan wajah tak berekspresinya mengangkat tangan.

"Oh, ada yang ingin kau tanyakan, Sehun-ssi?"

"Hn. Jika ada siswa yang menyimpang?"

Singkat, padat dan cukup membuat siswa-siswi yang kebetulan mendengarnya mematung di tempat. Termasuk Park Chanyeol yang melewati kerumunan tersebut.

"Menyimpang?" Baekhyun mengerutkan kening. Begitu juga yang lain.

"Nde, menyimpang." Sehun – siswa baru yang tadi bertanya – mengulang pada satu titik.

"Tentu saja kami akan memperlakukannya dengan sama. Baik dari segi sosial, pembelajaran atapun yang lain. Nah, permberlakuan ini berlaku untuk seluruh konteks 'menyimpang', Sehun-ssi."

Sehun mengangguk kecil, hingga kemudian dia menatap lurus ke arah manik mata Baekhyun. Bibir tipisnya tergerak, mengucap seuntai kata yang sukses membuat siswi disana sedikit terhenyak.

"Baguslah, karena aku adalah seorang gay." Jujurnya, yang justru membuat Baekhyun tersenyum ramah.

"Jangan khawatir, kami tak akan menggigitmu"

Sehun tersenyum. Ia langsung berbinar, mengetahui respon Baekhyun sangat jauh dari yang ia bayangkan. Dalam hati, ia mematenkan bahwasanya Baekhyun adalah sunbae favoritnya.

Setelah agak menyita waktu yang cukup lama berbincang, kelompok kecil tersebut akhirnya memutuskan untuk segera kembali ke aula. Dan Baekhyun yang memperhatikan tingkah adik-adiknya di tahun ajaran baru ini hanya tersenyum manis.

"Aku senang mereka nyaman di sini.." – monolognya.

Baekhyun kembali melangkah, bermaksud untuk menyusun laporan untuk Ketua Dewan Siswa yang deadline-nya sebenarnya masih sebulan lagi. Tapi ia ingin semuanya segera selesai, sehingga ke depannya tugas-tugas yang menanti tidak terbebani oleh laporan tersebut.

Baru saja ia melangkah, mata sipitnya terbelalak sempurna ketika ia mendapati seorang lansia dengan wajah bingungnya berdiri di gerbang sekolah.

"Anyeonghaseyeo~" Sapa Baekhyun ramah setelah ia meminta izin kepada penjaga sekolah untuk menghampiri nenek tersebut.

"A~ anyeonghaseyeo. Apa benar ini Seoul National High School?" tanya nenek tersebut.

"Nde. Apa ada yang bisa saya bantu, nek?"

Nenek tersebut mengerutkan keningnya sesaat. Beliau nampak ingin mengucapkan sesuatu, namun ditahannya. Detik berikutnya, sebuah seruan menginterupsi keduanya.

"Aigoo~ kenapa nenek tak menghubungiku?"

Baekhyun dan sang nenek mengalihkan pandangan masing-masing. Baekhyun tersenyum lagi, disambut senyum tulus dari seseorang yang kini mengamit lengan sang nenek.

"Nenek bingung, Yixing-a~. Baru saja nenek akan menanyakanmu pada pemuda ini kau sudah muncul."

"Aigoo~ nenek jauh-jauh dari rumah kesini hanya ingin bertemu denganku? Ah iya, terimakasih Baekhyun-ssi sudah menemani nenekku."

Baekhyun lagi-lagi tersenyum manis. "Bukan apa-apa, sunbae. Oh iya, apa tidak keberatan jika kalian mengobrol di pos saja. Kasihan nenek sepertinya keletihan."

"Iya, ayo nek. Kita masuk dulu. Pak Han pasti akan memakluminya." Seru Yixing.

Baekhyun membantu Yixing menuntun nenek Yixing agar memasuki pos yang terletak di sebelah kiri gerbang. Wajah cantiknya bersemu merah karena terlalu lama terpapar oleh sinar matahari. Beberapa saat kemudian, ia mohon undur diri untuk membelikan sang nenek minuman di kantin, meski awalnya mendapat tolakan baik dari Yixing maupun nenek sendiri.

"Tak apa sunbae. Aku juga salah karena tadi hanya membiarkan nenek terdiam di gerbang sana."

Dengan langkah riang, pemuda bermarga Byun itu menyusuri koridor sekolah. Sesekali ia membalas sapaan para siswa yang berpapasan dengannya. Dan tanpa sepengetahuannya, sosok Chanyeol terus memperhatikan tingkah lakunya.

'Ya Tuhan! Apakah ia salah satu malaikatmu yang tersesat di bumi?'

Senyum tampan terukir sempurna di wajah rupawan Chanyeol. Dan ia memutuskan untuk mengikuti Baekhyun. Ya, ke kantin sekolah.

Menggelikan memang jika Chanyeol yang merupakan target utama para stalker sekolah, justru berbalik untuk menguntit orang lain. Bukan apa-apa, ia melakukan ini didasari tuntunan hatinya. Memang sudah lama ia menaruh perhatian pada si Byun, bahkan sejak ia baru masuk ke jenjang Senior High School, dua tahun yang lalu.

Sosok Baekhyun yang ramah, periang, cerdas, dan berhati lembut lah yang mampu membuat dunia Chanyeol bergolak. Masih teringat di ingatannya, pada saat Baekhyun menolong seorang anak kecil yang tersesat satu tahun yang lalu. Yang membuatnya tercengang, Baekhyun rela mengantarkan anak tersebut dari Seoul ke Gwangju.

Dan yang lebih mencengangkan lagi, ia bahkan tak risih untuk menjalin persahabatan dengan Xi Luhan, salah satu anak nerd dan siswa beasiswa yang tadinya menjadi objek bully-an nomor satu semasa Junior High School. Kenapa Chanyeol tahu? Luhan adalah teman satu angkatan Chanyeol.

Chanyeol sudah teramat masuk kedalam pesona seorang Byun Baekhyun. Dan ia menyadari hal itu sepenuhnya.

.

.

.

Chanyeol melangkahkan kaki jenjangnya dengan perlahan. Matanya bergerak ke segala arah, memperhatikan pemandangan sore hari yang terasa damai, meski tetap saja ia merasa belum sepenuhnya puas. Entahlah, ia merasa ada yang kurang.

Tepat di seberang jalan, ia mendapati sosok Baekhyun yang tengah membantu anak-anak kecil menyebrang. Tentu saja hal itu membuatnya tersenyum lebar. Ia benar-benar merasa bangga karena tingkah sang pujaan.

"KYAAAA!"

Baru saja ia akan menyerukan nama Baekhyun, tiba-tiba seruan para pejalan kaki di sekitarnya membuatnya langsung bergerak cepat, menghampiri Baekhyun yang kelimpungan dengan air mata yang menggenangi wajah manisnya.

"Umma, sakit... huhuhu.. sakit.."

Seorang anak kecil dengan pelipis yang mengucurkan darah segar dan luka-luka gores di anggota tubuh yang lain menangis tersedu-sedu. Tak jauh dari mereka seorang anak berseragam SMA – kemungkinan tingkat akhir – tampak memaki Baekhyun.

"Dasar bodoh! Seharusnya jaga anak-anak sialan ini supaya berjalan dengan cepat!"

Baekhyun menggumam maaf dengan lirih, sementara dengan gemetar ia memanggil ambulance melalui ponselnya. Orang-orang di sana hanya mengerubungi tanpa mau ikut membantu Baekhyun yang nampak kerepotan.

"Ya! Kalau kau berani menghubungi polisi aku akan membunuhmu!

DEG

"Kau mendengarku, kan?"

"..."

Pemuda itu mendengus kesal karena Baekhyun tak mengindahkan ancamannya sama sekali, dengan segera, ia arahkan tangannya ke arah surai Baekhyun, dan mencengkeramnya.

Syut

"Apa kau tuli, hah?"

"..."

"Dan diamkan anak-anak bodoh itu!"

"..."

Baekhyun meringis kecil, sementara jemarinya mencoba menghentikan pendarahan di anak kecil yang terbaring di pangkuannya. Bahkan ia tak mempedulikan rembesan darah yang mengotori pakaian yang di kenakannya. Ia menatap kosong jalanan di hadapannya, ia seolah mati rasa dengan jambakan keras padanya.

Grep

Lengan kekar menghentikan aksi brutal siswa yang sepertinya mabuk tersebut. Begitu keduanya mengalihkan fokus, sosok Chanyeol lah yang kini menatap siswa mabuk tersebut dengan pandangan menusuk.

"Hentikan semua bualan kosongmu dan lepaskan tanganmu, sialan!"

Siswa tersebut menelan ludahnya kasar. Ia tahu siapa yang kini ada di hadapannya, sosok kapten tim basket SNHS yang tersohor dengan raut dingin dan tingkah tegasnya.

Chanyeol yang melihat perubahan pada sorot wajah sang pelaku menyeringai, "Aku tahu siapa kau. Bukankah kau Han Yeong-Il, anggota Dewan Siswa tingkat akhir di Shinhwa? Ckck, aku bisa saja melaporkan kelakuanmu pada Kris hyung. Ketua Dewan Siswa disana, right?"

Siswa tersebut mematung. Otaknya mulai memutar sesuatu. Ah, ia baru ingat. Chanyeol adalah adik sepupu Ketuanya. Tanpa basa basi, ia langsung lari tunggang langgang meninggalkan Baekhyun yang masih sesenggukan dan Chanyeol yang memandangnya tajam.

"Ayo kita ke Rumah Sakit."

Baekhyun menangguk. Dengan segera, ia bangkit dari posisinya. Untunglah setelah ia beranjak, ambulance sudah sampai di sana.

Sepanjang perjalanan, Baekhyun terus menunduk, dengan sesekali lengan kanannya ia gunakan untuk mengusap matanya yang sudah sembab. Chanyeol yang sedari tadi memperhatikan Baekhyun hanya menghela nafas. Ia sendiri bingung harus bersikap seperti apa nantinya.

"Gansamhanida Chanyeol-ssi, sudah membantuku.." suara serak Baekhyun memecah keheningan yang mendominasi.

"Bukan apa-apa. Dan tolong, jangan gunakan bahasa formal Baekhyun-a~"

Baekhyun tersenyum tipis, membuat wajahnya terlihat aneh. Yeah, mengingat mata sembab dan wajah pucatnya kurang mendukung saat ia tersenyum, terkesan menutupi sekelumit perasaan sesak yang membelenggunya.

Baekhyun kembali menunduk. Sesekali matanya terpejam, dengan tubuhnya yang mulai bergerak tak tentu arah. Mungkin pria mungil itu mulai mengantuk. Dan Chanyeol dengan tanggap melingkarkan tangannya di bahu Baekhyun.

"Apa kau mengantuk?" Chanyeol bertanya lembut, membuat semburat merah tipis menghiasi pipi tirus Baekhyun. Sayangnya Chanyeol tidak menyadari hal itu.

"Ya," jawab Baekhyun malu-malu.

Chanyeol tersenyum. Ia senang karena respon Baekhyun seperti apa yang diharapkannya. Dengan segera ia menyandarkan kepala Baekhyun dengan hati-hati di bahunya.

"Tidurlah sejenak.." ucapnya, lebih terkesan seperti permintaan sebenarnya, "..aku akan menjagamu" dan senyum manis sebagai penutup ucapannya.

Hah,

Tak sadarkah kau Park Chanyeol jauh di rongga dada Byun Baekhyun, organ tubuh bernama jantung, sepertinya sedang berlompat tali hingga akrobatik – berlebihan –

"Terima kasih.."

Baekhyun memejamkan mata dengan senyum tulus tersungging di bibir tipisnya.

.

.

.

Keduanya kian terlihat dekat sejak kejadian seminggu yang lalu. Dan tanpa sungkan, Chanyeol selalu menganta-jemput Baekhyun ke Rumah Sakit.

Ternyata, yang tertabrak minggu lalu adalah anak kecil bernama Park Yongsoo, salah satu anak asuh Baekhyun (Baekhyun memiliki panti asuhan sendiri, ngomong-ngomong. Dan itu sukses membuat Chanyeol membeku di tempat selama hampir lebih dari 30 menit).

Yongsoo adalah magnae. Ia berusia 5 tahun. Dan hal itu pula yang membuat Baekhyun tak bisa melepas perhatian dari sang 'anak'. Tak jarang ia rela izin dari sekolah untuk menemani Yongsoo.

"Yongsoo-ie. Makan dulu, heum?" Baekhyun menyodorkan sesendok bubur tepat di mulut si kecil.

"Shireo Umma, buburnya pahit." Yongsoo manyun.

Baekhyun menghela nafas perlahan "Bagaimana Soo-ie bisa cepat sembuh jika begini.."

Chanyeol yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya hanya tersenyum-senyum. Ia benar-benar tak bisa membayangkan jika keluarganya akan seperti itu. Ugh, ia jadi ingin cepat-cepat menikahi Baekhyun, kan.

'Menikah? Tak buruk kedengarannya. Dan otomatis Baekhyun akan menjadi milikku' – batin nistanya.

Tapi satu hal yang menyadarkannya. Chanyeol bahkan beum mengungkapkan perasaannya sama sekali. Ya Tuhan! Khayalan memang lebih indah dari kenyataan, ya?

"Soo-ie.. Ayolah. Apa Soo-ie tak kasihan pada Umma, eum?" Baekhyun nyaris frustasi. Pasalnya baru kali ini Yongsoo rewel.

Yongsoo yang mendengar itu menatap Baekhyun dengan wajah bersalah. Ia mulai mengangkat tangannya, isyarat jika ia meminta agar Baekhyun segera menggendongnya.

Baekhyun meletakkan mangkok bubur itu, dan langsung mengangkat tubuh mungil Yongsoo. Ia tersenyum lembut sesaat setelah Yongsoo menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Baekhyun* [Posisi Seoeun yang digendong Baekhyun di TROS]

Dan Chanyeol lagi-lagi tersenyum. Diam-diam ia mengabadikan moment itu di ponsel pintarnya.

"Umma~" Yongsoo merengek.

"Eum, wae?"

"Soo-ie mau makan."

"Jinjja?"

"Nde. Tapi Soo-ie tak ingin Umma yang menyuapi."

Hening. Baekhyun mengernyit mendengar permintaan Yongsoo "Eii.. lalu Soo-ie akan makan sendiri? Andwaetji. Nanti berantakan chagi.."

"Ani, Umma. Soo-ie ingin Appa yang menyuapi."

"Aa~ Arraseo. Eh, Appa? Appa siapa, sayang?" Baekhyun bingung.

"Chanyeol Appa!"

Chanyeol nyaris memuntahkan air mineral yang sedang mengaliri kerongkongannya begitu mendengar ucapan Yongsoo. Sementara, Baekhyun tersedak liurnya sendiri.

'Apa-apaan anak lima tahun ini?' – batin Baekhyun heran.

Sementara Chanyeol kini hanya membulatkan matanya.

Hening menyergap ruangan khusus anak-anak tersebut. Hingga suara melengking khas anak kecil membuat Chanyeol dan Baekhyun tersadar dari trans masing-masing. Dengan segera Chanyeol menyambar mangkuk yang tersimpan rapi di nakas dekat brangkar, dimana kini Baekhyun duduk, dan Yongsoo terkulai lemas di gendongannya.

Pemuda jangkung itu mendekati dua orang yang tanpa permisi merasuki hidup Chanyeol. Ya, Chanyeol menanggapi dengan serius ucapan Yongsoo tadi.

Dan akhirnya, Yongsoo kini mulai terlelap, karena kenyang dan efek dari obatnya. Baekhyun tersenyum, kemudian mengusak sayang surai kecoklatan Yongsoo. Bibir tipisnya mengantarkan sengatan perasaan tulus melalui kening Yongsoo.

Detik berlalu, ia memutuskan untuk meninggalkan 'anak' bungsunya dan mengajak Chanyeol untuk membicarakan sesuatu di taman rumah sakit. Dan tentu saja Chanyeol menyetujuinya.

Baekhyun menngambil nafas, kemudian ia angkat suara, "Chanyeol-ssi –"

" –Panggil saja Chanyeol tanpa embel-embel 'ssi'" potong Chanyeol cepat.

"Ah, ye. Chanyeol-a. Apa kau tidak lelah setiap pulang sekolah menemaniku disini?"

Chanyeol menyunggingkan senyum – lagi –. Akhirnya yang ia tunggu-tunggu ditanyakan jua. Ia mengalihkan pandangannya yang sedari tadi terfokus pada jendela kamar rawat inap Yongsoo.

"Tentu saja tidak, Baek. Aku justru senang." Jawabnya tenang.

Alis Baekhyun terangkat sebelah. Ia benar-benar heran dengan jawaban yang baru saja terlontar dari bibir penuh –uhuk- Chanyeol. Kemudian, ia tersentak di saat ia tanpa sengaja mengingat panggilan Yongsoo ketika anak mungil itu meminta Chanyeol menyuapinya.

'blush'

Semburat kemerahan mulai menghiasi wajahnya. Ada apa dengannya?

"Eumm.. anu. Park Chanyeol.. a-aku.. maafkan aku." Baekhyun terbata.

"Maaf? Maaf untuk apa?" Kini, namja jangkung itulah yang mengangkat sebelah alisnya.

Baekhyun menggaruk tengkuknya, dan tersenyum malu sebelum menjelaskan pada Chanyeol.

"Tadi.. eum, Yongsoo dengan seenaknya memanggilmu 'Appa'. Jadi, Aku–"

"–Tidak apa-apa. Akhirnya keinginanku terwujud. Aku bahagia, Baek."

"M-mwo?"

Chanyeol mengubah posisinya. Perlahan, ia merendahkan tubuhnya – berjongkok – di hadapan Baekhyun yang memang sedang duduk di bangku taman. Entah kenapa jantung Baekhyun berdentum dengan sangat kencang. Apalagi kini Chanyeol menatapnya intens.

Jemari panjang Chanyeol yang sedari tadi tergenggam di saku mantelnya, perlahan meraih jemari lentik Baekhyun yang ada di atas paha namja mungil tersebut. Mengelusnya lembut, diikuti tangan kirinya yang memang sedari tadi menggenggam.

Chanyeol mulai berkonsentrasi, dan segera menarik untaian kain yang ternyata selembar sapu tangan berwarna crimson, dan 'Poff' muncul setangkai bunga mawar merah dengan lilitan bunga Gypsophila atau yang lebih dikenal dengan nama Baby's Breath, yang kemudian ia sodorkan pada Baekhyun yang kini berusaha menetralkan deru nafas juga detak jantungnya.

"Baek, aku tahu.. aku tidak romantis sama sekali. Tapi, aku akan menyampaikan sesuatu padamu. Dimana ini menyangkut perasaan, hati dan fikiranku.."

Hening menyergap sejenak. Hembusan angin yang sejuk sedikit membantu Chanyeol dalam menekan rasa gugupnya.

"Baek. Sudah lama aku memperhatikanmu. Sudah lama pula akiu terjatuh dalam pesonamu, pikiranku tersita olehmu, juga hatiku yang ditempati olehmu.."

"..."

"Baek.. aku.. menyukaimu."

DEG

"Ah, Bahkan jika diperkenankan.. aku mencintaimu, Baek.."

"..."

"Baek, maukah kau menjadi kekasihku?"

Baekhyun mematung. Otaknya mulai memproses seluruh tindakan Chanyeol akhir-akhir ini. Juga semua peristiwa yang mungkin bisa membuatnya berpikir dengan jernih. Sialnya, pikiran itu justru membuat jantungnya bagaikan berlari marathon di rongganya.

"Yeol.."

Chanyeol mengembangkan senyumnya. Bukannya merasa percaya diri atau apa, ia yakin jika Baekhyun akan menerimanya. Insting Park Chanyeol sejauh ini tak pernah salah, dan semoga hal itu berlaku juga kali ini.

"A-aku pikir, hanya aku yang mengalami hal itu. D-dan aku... aku juga menyukaimu.."

".."

"A-ani, maksudku.. eung... maksudku.. a-aku juga mencintaimu. A-aku mau menjadi kekasihmu.."

'blush'

Wajah Baekhyun kian memerah. Sementara Chanyeol kian memperlebar senyumnya dengan raut wajah yang berseri. Dan ia teramat bersyukur insting tak pernah salahnya juga berlaku di saat ia mengutarakan perasaan pada sang Pujaan. Dengan segera diraihnya tubuh mungil sang Kekasih, kemudian merengkuhnya dalam dekapan lembut.

"Terima kasih, Baek..."

"..."

Baekhyun menganggukan kepalanya. Ia merasa bahagia dengan letupan-letupan manis di dadanya. Dia memejamkan matanya ketika Chanyeol dengan sukses mendaratkan bibirnya di kening Baekhyun, berlanjut di bibir tipis Baekhyun dengan lembut.

Keduanya memutuskan untuk kembali ke kamar Yongsoo. Dan Baekhyun berasumsi jika 'anak' bungsu mereka –uhuk- pasti sudah kembali dari alam mimpinya.

"Umma~ Appa~!"

Pekikkan nyaring khas anak kecil menyambut keduanya. Membuat Dokter Han yang memeriksanya hanya menggeleng sembari tersenyum lembut.

"Nah, Soo-ie. Umma dan Appa sudah kembali. Usia harus pergi, ne?"

"Gansamhanida uisanim~~" Yongsoo membungkukkan badannya.

Dokter tampan itu mengusak surai Yongsoo sepenuh hati, sebelum akhirnya berbalik dan melangkah mendekati Baekhyun dan Chanyeol yang baru tiba di kamar tersebut.

"Nah, Baekhyun-ssi. Dua hari mendatang Yongsoo sudah bisa pulang. Untuk selanjutnya jika ada yang mengganggu, kau bisa mengunjungi ruanganku."

"Nde, Gansahamnida, uisa."

Dokter Han kembali tersenyum. Dan matanya berubah tajam ketika ia bertemu pandang dengan Chanyeol yang hanya tersenyum bagaikan lelaki idiot di samping Baekhyun.

"Dan Park Chanyeol! Kabari ahjumma jika kau kesini!"

"Nde, hyung. Tenang saja. Aku akan mengabari umma, dan memberitahukannya bahwa sekarang beliau mempunyai cucu... hahahaha – Auw, yak! Yeobeo, jangan mencubitku.."

"Kau seenaknya!"

Dokter Han melenggang meninggalkan kedua pasangan baru itu dengan wajah yang sulit dijelaskan. Dia hanya tak habis fikir kenapa Baekhyun mau-maunya menerima Chanyeol sebagai pasangannya.

Yeah, sekedar informasi, Dokter Han adalah kakak sepupu Chanyeol.

"Soo-ie.. besok halmaeoni akan datang kemari. Jadi, Soo-ie harus terus istirahat, okay?"

"Nde, Appa dan Umma pulang saja. Soo-ie disini bersama Kim geonsa."

Muncul Perawat Kim dengan berbagai perlengkapan di tangannya. Baekhyun mengucapkan terimakasih sebelum beranjak meninggalkan Yongsoo.

Keduanya berpamitan, kemudian bergantian mengecup puncak kepala Yongsoo.

"Anyeong, Soo-ie. Umma dan Appa pulang dulu!"

Kedua anak adam yang di mabuk cinta itu meninggalkan rumah sakit dengan raut wajah gembira. Apalagi Chanyeol, bahkan ia tak segan menggenggam tangan Baekhyun dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya ia gunakan untuk mengendalikan sang 'Kuda Jingkrak'.

"Apa kau yakin Yeol? Park eomeonim akan menerimaku?" Baekhyun bertanya memecah keheningan.

"Tentu saja."

"Kenapa kau seyakin itu?"

"Eung.. Apa kau tahu Park Jae Boom dan Park Sun Ye?"

"Mwo? Tentu saja. Beliau kan donatur terbesar panti asuhanku. Beliau juga seriang mengatakan ingin menjadikanku menantu – jangan bilang... Jangan bilang kalau kau adalah putra Park Umma?" Baekhyun melebarkan mata sipitnya, membuat Chanyeol terkekeh.

"Nde, Park Jae Boom adalah Ayahku, dan Park Sun Ye adalah Ibuku."

Baekhyun membeku di tempatnya. Ia benar-benar tak menyangka jika takdir akan mengikatnya seperti ini.

"Bahkan rencananya seminggu setelah Ujian Kenaikan Kelas, Ayah dan Ibu akan membuat acara pertemuan keluarga kita. Dan tentunya, Byun Abeonim dan Eomeonim sudah mengetahuinya juga menyetujuinya."

"Chanyeol..."

"Heung?"

"Terimakasih atas semuanya.."

Chanyeol menepikan kendarannya, kemudian mengalihkan fokusnya pada wajah Baekhyun yang nampak terharu. Dengan segera di rengkuhnya tubuh sang pujaan, dan ia mendaratkan kecupan manis di puncak kepala Baekhyun.

"Kau adalah seorang malaikat yang Tuhan kirimkan untukku" lirih Chanyeol.

Baekhyun tersenyum manis hingga mata indahnya membentuk kurva indah yang mampu membuat siapapun mabuk dibuatnya. Dengan perlahan, Chanyeol menyentuh bibir tipis Baekhyun dengan bibirnya. Sesekali ia melmat lembut bibir bawah dan atas namja manisnya.

"Aku sangat mencintaimu, Baek.."

"Aku juga.."


_The End_


Epilogue :

Seorang wanita paruh baya sedang sibuk dengan sebuah cutter dan beberapa tangkai bunga yang dipetik dari halaman depan rumah megahnya. Beliau nampak serius dengan kegiatannya hingga kedatangan sebuah mobil sport yang terparkir di depan rumah mengalihkan perhatiannya.

Sesosok namja jangkung keluar dari kursi Nyonya Park – wanita paruh baya tadi – memekik.

"Park Chan~ dari mana saja?" Serbu Nyonya Park.

"Ah, aku dari rumah sakit, Umma." Chanyeol menjawab santai sembari menahan senyumnya.

"Apa? Rumah sakit?"

Chanyeol mengangguk kalem, membuat sang Ibu yang masih kesal nyaris melayangkan pukulan telak di kepala anak bungsunya.

"Umma, aku membawa seseorang."

Nyonya Park mengerjapkan bola mata indahnya. Beliau mengernyit.

"Siapa?"

Chanyeol yang sudah tidak kuat,langsung mengembangkan senyumnya. Dengan segera ia kembali menghampiri seseorang yang nampak gelisah di kursi penumpang. Kontan saja hal itu membuat Nyonya Park menyirit tajam.

"Baekhyunie?"

"A-anyeong haseyeo, eommeonim.."

Nyonya Park mematung mendengar sapaan Baekhyun. Sungguh, beliau benar-benar terkejut mendengar panggilan dari Baekhyun untuk..

"KYAAA~! AKHIRNYA BAEKHYUNIE MAU MENJADI MENANTUKU! ASTAGA PARK CHANYEOL, UMMA HARUS SEGERA MENGHUBUNGI AYAHMU DAN MERTUAMU!"

Yeah, tepat seperti dugaan Chanyeol sebelumnya.


A/N :

Holla, Aku lagi-lagi membawa ff baru padahal Paper plane belum selesai ketik /dihajar readers.

Jadi, kali ini aku membawa series dimana sekumpulan oneshoot yang dipenuhi oleh moment ChanBaek.

So, Wanna Review?