Disclaimer : Yamaha-sama (_ _) /sembah sujud/
Rated : T. Terserah author *dikeplak
Genre : *campur semua* /digiles/ ehem, fantasy/supernatural aja dah =A= wkwkw
Ciaossu! *kena virus fandom sebelah* author balik lagi dengan cerita yangehemgaringehem , setelah menghabiskan waktu sekitar beberapa hari untuk meneliti komedi *?*/kok diteliti?/ ehm,gampangnya bisa disebut cari angin seger/bukan/ cari referensi maksudnya. Meski itu gaadahubungannya sama fic ini. Special buat bulan November xD
Vocaloid Bukan Punya Saya
Make Your Wish©Panda Dayo
Don't like don't read !
Chapter 1 : Memilih
Aku menatapnya dari kejauhan. Pemain baseball favoritku sedang berjuang keras. Ya, dialah idolaku―sekaligus orang yang kusuka.
Aku hanya bisa menyemangatinya dalam hatiku,. Ah, kalian pasti bingung,namaku Kasane Teto. Perempuan biasa. Sudah,hanya itu. Aku melihat dirinya berhasil menyetak home run dengan sempurna. Ia kemudian larut dalam pelukan gembira teman satu timnya. Teriakanku tenggelam diantara seruan penonton lain. Ah, betapa senangnya hatiku melihat ia tersenyum.
Sudah sejak seminggu lalu sekolah kami memenangkan penyisihan untuk sampai tingkat nasional. Aku sangat senang sekolahku bisa lolos hingga ke babak final nanti. Kaca jendela di dekatku meneruskan cahaya matahari hingga ke mejaku. Rasanya hangat sekali. Seperti hatiku saat ini. Hahaha, lucu sekali jika aku memikirkannya.
"Teto?" sebuah suara menyadarkanku dari alam fantasiku.
"Eh? I-iya?" aku mencari sumber suara.
"Ah, Mayu-san! Bikin kaget saja!" aku tertawa.
"Eh! Teto! Sudah dengar belum?" aku mengernyit. "Dengar tentang apa?"
Mayu tersenyum penuh misteri. "Mayu! Ceritain!" rengekku.
Aku memang mudah penasaran.
"Sudah dengar tentang penyihir yang akan mengabulkan permohonan kita?" dahiku makin berkerut,
"Penyihir?"
Mayu mengangguk. "Dia akan mengabulkan apapun permohonan kita! Tapi, belum ada seorangpun yang bisa memberitahukan wujudnya, karena dia hanya akan muncul di hadapan orang yang akan mati."
Jelas saja aku semakin penasaran saja mendengarnya. Hal-hal yang tidak pernah kita ketahui pasti memiliki daya tarik tersendiri, bukan?
"Ya ampun. Penyihir itu cewek apa cowok? Kalau cewek pasti cantik ya…" aku mengira-ngira seperti apa wajahnya. Yang pasti, dia tampak manis dipikiranku. "Kalau cowok, pasti bishounen." Jiwa otaku-nya kumat.
"Kau ini! Dia pasti cewek manis!" seruku.
"Ahaha, terserah kau sajalah. Waduh! Aku harus segera ke Akihabara untuk beli gunpla!"*?* Mayu tampak panik saat melihat jam tangannya.
"Jaa~Teto~~" dalam hitungan detik, Mayu sudah tak ada. Aku hanya menghela nafas. Aku memikirkan perkatannya tadi. "Pasti seru ya kalau bertemu penyihir itu." Harapku. Sesungguhnya, aku bingung. Aku penasaran, tapi kalau aku melihatnya apa itu berarti, apakah aku akan mati?
"Ya, kau akan mati besok." sebuah suara terdengar. Aku pikir itu Mayu yang belum pergi mencari gunpla kesayangannya.
"Ahahaha, Mayu, jangan bercanda." ujarku, Ah, dasar Mayu. Dia ingin menakut-nakutiku?
Terdengar suara tawa yang aneh, rasa-rasanya bukan seperti suara temanku itu. Aku pun menoleh, "Hei, Ma―"
Perkataanku terhenti. Seorang perempuan , dengan pakaian Gothic Lolita berwarna hitam panjang. Mengenakan topi berenda dengan warna senada. Memegang sebuah tongkat kecil warna hitam pula dengan pita merah di ujungnya. Yang terlihat dari posisiku hanyalah bibirnya yang peach, ah, sungguh menawan. Pasti banyak yang suka padanya. Tapi, kenapa rambutnya berwarna biru kehijauan? Apa dia sejenis Mayu? Yang suka gonta-ganti gaya rambut?
Tunggu― siapa dia?
"Ah, jangan terkejut." Perempuan itu duduk dan sedikit mengangkat topinya hingga aku bisa melihat wajahnya. Ah, lentik sekali bulu matanya. Sesaat aku terpana oleh kecantikannya.
"Kasane Teto. 16 tahun. Besok ajalmu akan menjemputmu. Jadi, aku akan mengabulkan permintaan terakhirmu." ia menatapku. Barulah aku tersadar setelah ia berkata hal seperti itu. Tiba-tiba aku merasa takut padanya.
"Apakah kau … penyihir itu?"
Ia memejamkan mata. "Kalian memanggilku begitu rupanya. Ya, terserahlah. Pokoknya aku sudah memberitahumu dan menawarkan untuk mengabulkan permintaan terakhirmu."
Aku menunduk. Tubuhku terasa gemetar. "Benarkah besok aku akan mati?"
"Ya." jawabnya singkat.
"Tapi, kenapa harus besok? Besok aku harus menonton tim baseball SMA-ku."
Perempuan itu terdiam. Ia mengangguk sendiri. "Begitu ya."
Ia menatapku tidak bersahabat. Kemana hilangnya sosok manis tadi?
"Kau akan tahu kenapa kau mati besok." ujarnya. "Aku tak diizinkan memberitahu cara kematian seseorang." Perempuan itu lalu membetulkan letak topinya.
"Aku akan datang mencabut nyawamu besok. Bersiaplah. Oya, jangan coba-coba menceritakan keberadaanku pada siapapun. Atau aku akan mencabut nyawamu sebelum waktunya. Khukhukhu.." ia tertawa sinis. Tubuhku terasa kaku seketika. Benarkah semua yang kudengar tadi?
"Jangan lupakan permohonanmu, atau kau―akan menyesal."
Aku terus kepikiran tentang pertemuan siang tadi. Besok tim baseball sekolahku akan main, apalagi―karena aku menyukai seseorang di sana. Apa yang harus kulakukan? Oya, permohonan ya. Apakah dia bisa mengabulkan apapun keinginanku, ya? Jika benar, kuharap aku bisa menemukan permohonan terakhirku yang tepat. Aku segera mematikan lampu dan tertidur.
Pagi ini aku terus memikirkan tentang perempuan itu. Tentang semua yang dia katakan padaku kemarin. Apa aku bisa mempercayainya? Aku duduk di kursi penonton. Pertandingan akan dimulai sepuluh menit lagi. Tapi, sepertinya ada yang tidak beres. Tim sekolahku tampak kebingungan. Aku pun memutuskan untuk mencari tahu.
"Ah, ada apa ini, Mayu-san?"
"Ah, Teto~! Bagaimana ini? Ruki belum datang! Dan pemain cadangan sedang cedera semua!"
Aku segera berlari seolah aku tahu harus kemana untuk pergi. "Teto! Kau mau kemana?!"
"Aku akan membantu mencarinya!" seruku. Kupercepat langkah kakiku keluar stadion. Ruki tidak akan meninggalkan pertandingan impiannya ini. Ia sangat mencintai baseball, aku tahu itu. Setelah berlari sejauh lima ratus meter, aku melihat keramaian di jalan, aku melihatnya sebentar. Siapa tahu Ruki terjebak kerumunan semacam itu.
"Ah, permisi."
Aku berusaha menerobos dengan tubuh kecilku ini. Aku hampir berteriak karena melihatnya. Ruki … itu Ruki … ia berlumuran darah.
"Tunggu, apa ini? Ke-kenapa, Ruki?" aku tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Mataku menolak percaya, dan otakku berhenti berpikir.
"Dia terkena tabrak lari." sahut seseorang,
Aku menoleh ke asal suara. Perempuan kemarin berdiri di depanku. Aku harus mendongak untuk melihatnya. Namun, semua terasa berhenti. Daun yang tertiup angin pun berhenti di udara. Tunggu, apalagi ini?
"Kau hanya muncul di hadapan orang yang akan mati, kan? Apa Ruki …"
"Aku mendengar permohonannya."
Aku memegang kepalaku yang sakit. "Apa tak ada cara untuk menyelamatkannya?" jika ada, apapun akan kulakukan. Aku tidak bisa melihat mimpi Ruki berakhir di sini.
Ia tersenyum penuh makna, "Hanya satu cara. Tukarlah nyawamu dengannya."
Aku terkejut saat mendengarnya, karena aku sama sekali tidak pernah membayangkan bertemu hal gaib apalagi sampai menukar nyawa. Apakah ini, yang ia maksud kemarin? Aku menggigit bibir bawahku. Kini aku mengerti kenapa aku harus mati hari ini. Aku tak ingin melihat Ruki kehilangan impiannya menjadi pemain baseball professional.
"Baiklah, tukar nyawaku dengannya." jawabku tanpa ragu.
"Kau yakin? Mungkin kau bisa menghindari kematian saat ini." ia menatapku.
Glek.
"Aku―ingin membantunya mewujudkan impiannya."
"Itukah permohonanmu?"
Aku mengangguk. "Dan buatlah yang lain melupakanku."
"Dilupakan itu lebih sakit daripada kematian." perempuan itu menatapku sendu. "Aku mengerti bagaimana rasanya dilupakan." lanjutnya.
Aku menatapnya kembali. Perempuan itu menitikkan air matanya. "Aku tanya sekali lagi, yakinkah kau akan pilihanmu?"
"Aku sangat yakin." Aku tersenyum. Perempuan itu mengangkat tangannya dan seperti mengucapkan sesuatu. Perlahan kurasa tubuhku semakin ringan. Semua pandangan menjadi gelap. Aku tak merasakan apapun lagi.
"Permohonan Ruki adalah agar pertandingan ini berjalan lancar tanpanya."
"Dan permohonan bodohmu, ―dilupakan."
~Omake~
Perempuan itu mengetuk tongkatnya sekali. Waktu berjalan normal. Perempuan itu buru-buru pergi dari sana. Namun ia menatap sedih pada jiwa yang dibawanya. "Aku tak bisa menyelamatkan kalian. Itu karena keegoisan kalian." namun, ia tertawa pelan setelahnya. Hingga tawanya terdengar makin keras.
"Manusia memang bodoh."
Wessss . apa ceritanya terlalu pasaran? Waduh, gomen, bingung mau story macem gimana . Rikuesan temen rl-san sihh..maaf ya kalo jelek (_ _)
Siapa perempuan misterius itu? Haisshh, pada tau ya , soalnya clue utamanya kelihatan banget . wkwkw, maaf kalo gagal bikin, soalnya baru pertama kali bikin fantasy.
Mind to review dan memberikan saran dan kritik yang membangun? Arigatou (_ _)
