Bamiyan, Afghanistan, 2001

Dunia terguncang! Pemerintah Taliban mengumumkan penghancuran patung Budha di Bamiyan yang merupakan tertinggi didunia! Dalam hitungan jam negara-negara dunia berbondong mengecam, mengutuk, memberikan tekanan politik agar Taliban membatalkan rencananya. Tak kalah para ulama yang tersebar diseluruh dunia gencar mengadakan diskusi untuk memberdebatkan apakah benar atau tidak kelakuan pemerintah Taliban ini? Ratusan atau mungkin ribuan debat dari level debat rumahan sampai debat Live di TV diadakan di seluruh dunia. Tetapi Taliban samasekali tak menggubris tekanan-tekanan mereka. Baginya, rakyat Afghan dibawah kepemimpinan Taliban adalah umat terpilih yang merupakan satu-satunya umat kebenaran dari enam milyar manusia di Bumi ini.

Setelah selama sebulan patung Budha raksasa itu dibom dan ditembaki tank, akhirnya patung yang terbuat dari batu cadas itu hancur total menjadi serpihan bebatuan kecil yang tak lagi menyisakan keindahan sebagaimana saat mereka bersatu.

Patung Budha yang telah menyaksikan sejarah panjang peradaban manusia itu kini sudah musnah tak kuasa menahan ledakan bom Taliban. Patung yang telah menyaksikan bagaimana mujahidin memecah pasukan Rusia menjadi 25 bagian. Patung yang telah menyaksikan perjalanan Marcopolo. Patung yang telah menjadi saksi bisu kagagahan bangsa Pastun selama berabad-abad. Ya benar kini ia tak lebih dari sejarah yang tak tersingkap dibalik selimut debu.

Taliban telah menjalankan peranya sebagai aktor penting dalam drama peradaban manusia ini. Namun drama ini tak lengkap tanpa adanya sosok dibalik cahaya yang berlaku bagai sutradaranya. Dimanakah sosok dibalik cahaya itu? Kenapa mereka tetap diam? Kenapa mereka masih tak bergerak?

Banyak yang berusaha melihat sosok dibalik cahaya itu, namun mereka tak kuasa melihatnya. Mereka sangat dekat, mereka diterangi cahaya yang sangat terang, tapi kenapa tak bisa dilihat? Kenapa? Karena cahaya itu terlalu menyilaukan! Cahaya yang bagaikan mesin waktu yang memanggil kita kembali ke masa lalu untuk menyusun kepingan-kepingan puzzle raksasa yang tertinggal di masa lalu.

England, 1771

Akhirnya setelah ratusan tahun, usaha mereka membuahkan hasil ke satu titik. Grand Lodge Of England berdiri dari hasil penggabungan empat lodge menjadi satu, menandakan berdirinya Freemason secara resmi di Inggris.

Freemason, sebuah sosok yang bersembunyi dibalik cahaya yang memegang peranan pada setiap fenomena di bumi ini. Mereka meneriakan perubahan tapi tak pernah bertindak, mereka ingin menguasai dunia tapi tak pernah bergerak. Mereka bukan hantu tetapi selalu ada disekitar kita. Mereka bukan dewa tapi dunia ini dibawah kendalinya. Hampir semua manusia menyembahnya, tapi ada juga yang terang-terangan yang melawannya.

Freemason yang telah merubah sejarah sejak perang salib kedua atau mungkin sejak pertamakali Knight Of Templar didirikan.

Lalu siapakah Freemason itu? Siapa pula yang berani melawan sosok yang mengendalikan dunia? Eksistensi manusia yang penuh misteri. Sejarah bagaikan puzzle raksasa yang hanya mau menunjukkan dirinya pada orang yang dipilihnya. Bagaikan puzzle berselimut debu yang tenggelam ditengah gurun pasir yang luas dimana cahaya adalah penguasanya.

Chapter 0: PROLOGUE

"One Shot, One Kill"

"A bullet can change the history"

-Sniper's Quotes

Khan Younis City, Palestine, December 2006

Jam telah menunjukkan pukul 11 malam, tapi tentara Israel belum terlihat mengendurkan serangannya malah mereka terus berusaha melakukan infiltrasi ke jalur Gaza. Air Force mereka juga demikian, walaupun sudah tengah malam mereka masih aktif mengebom bangunan sana sini, serta menembakkan fosfor putih kearah kerumunan orang yang berlari-larian menyelamatkan diri.

Brigade Givati yang diiringi puluhan tank merkava yang ditempatkan di garis paling depan semakin jauh menginfiltrasi kota Khan Younis dengan perlahan tapi pasti. Tapi mereka tidak akan bisa dengan gratis membantai warga Palestina, jauh dikegelapan diperumahan ditengah kota, ambush pejuang Hamas telah menanti.

Disebuah rumah sederhana ditengah kota Khan Younis yang sunyi senyap seperti kota hantu yang telah ditinggalkan penduduknya ke pengungsian, Abu Khalid, sedang mencoba mengkontak pemimpin2 grup yg berada dibawah komandonya menentukan posisi-posisi strategis untuk menyerang pasukan Israel yang akan tiba tak lama lagi. "Yes sir!" "Roger that!" "Affirmative sir!" "Understood" seperti itulah kebanyakan jawaban yang diterimanya terus menerus dari radionya.

TOK TOK TOK pintu diketuk "Ayah? Boleh aku masuk?"

Khalid agak kaget mendengar anaknya mengetuk pintu, "Ada apa Ali?"

Perlahan Ali mebuka pintu lalu masuk dengan membawa sebuah AK74 yang berwarna hitam lengkap dipasangi scope Aimpoint Cobra. "Ayah, saya sekarang juga seorang Hamas kan? Tadi saya mendengar ayah memberi perintah lalu… Saya akan dikirim kemana?"

Khalid terkejut mendengar perkataan Ali, sedih hatinya melihat anaknya yg masih kecil membawa AK74 untuk berperang. Tidak adakah tempat di Palestina ini bagi seorang anak untuk hidup normal?

Ia teringat kejadian 2 bulan lalu, ia menyesal telah membawa temannya yang bermulut besar kerumahnya. Ia sudah memperingatkan temannya itu agar tidak bicara apapun tentang Hamas pada anaknya, tapi ia malah banyak bicara bahkan membeberkan identitas ayahnyanya sebagai Hamas. Ia juga menyesali sifatnya yang terlalu mudah menuruti keinginan anaknya, ia sudah berprinsip agar Ali tidak menjadi seperti dirinya, ia ingin anaknya itu hidup normal. Tapi hanya karena Ali merengek-rengek minta diajari senjata, ia dengan begitu saja melepaskan prinsipnya itu dengan mengajarkan anaknya itu menggunakan senjata. Itu pula yang dialaminya tadi siang, ketika warga kota Khan Younis berbondong-bondong lari menyelamatkan diri, ia sudah menyuruh Ali untuk ikut tetangganya pergi ke pengungsian, tapi karena Ali bersikeras untuk tetap tinggal, ia menyerah dan memperbolehkannya tinggal dan sekarang ia menyesal.

"Kamu tidak akan kemana-mana, kamu bersembunyi disini"

"Kenapa? Saat pejuang Hamas yang lain dikirim ke medan perang kenapa saya tidak! Pokoknya saya mau ikut berperang!"

"Jangan macam-macam! Kalau tidak menurut ayah pukul kamu!"

"Saya lebih kuat dari ayah! Saya bisa membunuh tentara Israel lebih banyak!" BRAK! Ali membanting AK74nya kelantai, ia semakin berani memelototi ayahnya.

Khalid terdiam sejenak, ia tak langsung menjawab. Ia bingung harus berkata apa untuk membujuk anaknya. Sekeras apapun ia melarangnya Ali pasti akan pergi sendirian, tapi ia juga tak mungkin menjaganya dirumah, ia harus secepatnya pergi. Ia juga tak mungkin memukul anaknya yang bahkan sejak kecil tak pernah dicubit.

Khalid mendapat akal "Ali, dirumah ini Hamas menyembunyikan sebuah senjata rahasia yang dapat menghancurkan Israel seketika. Karena itulah tempat ini harus selalu dijaga ketat. Malam ini tentara Israel datang untuk merebut senjata itu, karena itulah ayah meminta kamu untuk menjaga rumah ini agar tentara Israel tidak merebutnya"

"Ayah bohong! Kalau memang ayah punya kenapa tidak ditembakkan saja sekarang!"

"Oh, itu tidak bisa, kalau ditembakkan sekarang pasti akan membunuh orang-orang tidak berdosa. Anak-anak, perempuan, orang tua, semuanya akan menjadi korban, itu melanggar aturan Jihad"

"Biar saja! Israel juga membunuh ibu juga teman-teman, padahal mereka juga tak berdosa"

"Ya memang, tapi kita berbeda dengan mereka dan kita harus tunjukkan seperti apa perbedaan kita dengan mereka, kita tidak membunuh warga sipil, kita hanya melawan orang yang ingin melukai orang yang kita sayangi"

"Iya?" Ali sedikit tersenyum, ia mulai mengerti ayahnya

"Sebenarnya ayah ingin menjaga rumah ini, tapi ayah merasa tak cukup kuat untuk menjaganya, ayah juga sudah meminta teman2 ayah untuk menjaganya tapi mereka juga merasa tak mampu. Oleh karena itu, karena kamulah yang paling kuat diantara kita, jadi ayah memilihmu untuk menjaga rumah ini" ucap Khalid dengan penuh harap pada anaknya.

Khalid mengambil AK74 yang tadi dilempar oleh Ali lalu memberikannya pada anaknya itu

"Sekarang rumah kita ini adalah base-mu, lindungilah dengan segenap nyawamu!"

"Hu'um ayah, hehe" jawab Ali dengan mata berbinar-binar

"Sekarang kamu adalah sentinel base rahasia Hamas. Seorang sentinel sejati tak pernah meninggalkan base yang dijaganya apapun yang terjadi. Jangan sampai tentara Israel merebut rumah ini atau Palestina akan musnah. Prajurit Ali Mashaal Al-Qassam laksanakan tugas!"

"Yes sir!" Ali sangat bersemangat sekali, tidak sedikitpun rasa takut terpancar dimatanya. Bahkan ia terlihat senang sekali menerima tugas bohong2an yang pertama sebaga anggota Hamas bohong2an.

Setelah berhasil meyakinkan Ali, Khalid bisa pergi dengan tenang, anak keras kepala susah sekali dinasehati. Saat ia hendak masuk mobil, Ali menengok dari jendela "Ayah! Kalau nanti bertemu tentara Israel biarkan saja lewat! Aku yang akan membunuh mereka semua!" ucap Ali dengan semagat. "hahaha" Khalid tertawa dengan agak khawatir tanpa ada rasa senang ataupun lucu.

Khalid menjalankan mobilnya dengan ngebut menuju ketempat operasi yang sudah ditentukan, ia agak tidak enak meninggalkan anaknya yang terlalu berani itu sendirian. Tapi ia tetap bersyukur, anaknya mewarisi sifat pemberani almarhum ibunya, bukan sifat penakut dirinya, ibunya adalah seorang militan sebuah gerakan perlawanan perempuan. Ia teringat kembali bahwa alasan pertama ia bergabung dengan Hamas hanya untuk mengejar cinta. Hanya karena tak ingin disebut suami yang lemah dari istri yang kuat.

Beberapa saat setelah Abu Khalid berangkat. Ali berdiri didepan cermin, senyum2 sendiri melihat dirinya yang memakai seragam Hamas, "aku keren" pikirnya. Lalu ia meraih AK74nya dan berlari ke jendela lantai 2, ia berjongkok sambil mengarahkan senjatanya, posisi bersiaga. "Datanglah IDF! Akan kuhancurkan kalian!". 15 detik berlalu ia mulai bosan, tapi ia tetap bertahan. 1 menit berlalu ia sudah tak tahan lagi, "ayah memberiku tugas yang membosankan" pikirnya. Ia bercermin lagi "seragam Hamas juga membosankan", lalu ia melepas seragamnya dan memakai kostum Power Rangers biru sambil membawa pistol Power Rangers mainannya, ini baru keren, Hamas harus merubah model seragamnya!

11:30 PM

"Hiat! Hiah!" Ali masih asik bermain main sebagai Power Rangers. Ia pencak-pencak sendiri sambil membayangkan bertarung melawan tentara Israel yang berpenampilan seperti monster dalam Power Rangers. Ia sudah tak peduli lagi dengan AK74nya malah lebih asyik bemain-main dengan pistol mainan, sampai suara samar-samar sebuah ledakan yang diikuti suara rentetan senjata menyadarkannya.

Ali menengok kejendela, dapat dilihatnya kilatan-kilatan cahaya di kejauhan. Ia terkagum-kagum dengan pemandangan medan perang yang dilihatnya, "tunggu ayah! Aku akan membantumu!". Ia lantas mengambil AK74nya, sebuah pistol Desert Eagle rampasan dari tentara Israel, dan beberapa IED. Ia lantas keluar kemudian menaiki sepedanya menuju ke tempat terjadi peperangan, ia sudah benar2 lupa dengan tugasnya, bahkan ia tak tahu apa yang dimaksud dengan "base" dan "sentinel".

Saat sudah dekat, ia turun dari sepeda, dan berjalan pelan2. Di jarak 300m dia melihat belasan tank merkava diantara reruntuhan bangunan disekitarnya. Tank-tank itu berjarak sangat berdekatan dan membentuk formasi lingkaran, menunjukkan kalau mereka dalam kesulitan. Ia mengendap-endap sampai jarak 150m, kemudian mencari cover dan bersiap-siap menembak melalui dengan bantuan scope senjatanya yang di zoom untuk jarak medium. DOR! Berhasil kena bahkan HEADSHOT seorang tentara Israel rubuh, tapi mereka belum menyadari bahwa tembakkan itu berasal dari arah lain karena mereka sedang terlibat kontak senjata dari arah sebaliknya. Ali menembak sekali lagi DOR! Lagi2 headshot, seorang tentara Israel kembali roboh, tapi kerana tembakan itu mereka jadi menyadari kalau ada sniper dari arah lain dan kemudian menghujani tempat Ali bersembunyi dengan senapan mesin, dan sebuah tank mulai memutar larasnya kearah persembunyiannya. Kostum Ranger biru itu memang membuatnya lebih susah berkamuflase tapi Ali tetap tenang dan menembak lagi, DOR! sekali lagi headshot! Tiga kali headshot berturut-turut membuktikan ia benar-benar sniper yang luar biasa, omongannya tentang orang terkuat ternyata bukan hanya celotehan anak-anak, ia memang benar-benar penembak jitu walau hanya mengguakan AK74 yang akurasinya tidak 100%.

Karena tembakan Ali yang terakhir, sekali lagi seorang tentara roboh dengan jari masih kuat menekan pelatuk senapan mesinnya, membuatnya memuntahkan peluru tak beraturan kesegala arah hingga mengenai beberapa tentara lain. Tapi disaat yang sama, laras tank merkava musuh sudah mengarah tepat kearahnya dan dengan cepat tank itu menembakkan LAHAT jenis SSM, namun Ali tak kalah cepat menembakkan senjatanya tepat ke arah lubang laras tank. Saat misil itu belum sempat keluar dari laras tank, peluru tembakan Ali sudah lebih dulu masuk kedalam lubangnya dan mengenai misil itu, DHUAR! Terjadi ledakan besar karena meledaknya tank itu hingga membunuh tentara serta membakar tank disekitarnya.

Melihat formasi musuh agak pecah, para pejuang Hamas yang tadi bersembunyi dan hanya melakukan serangan-serangan kecil mulai berani mendekat, dan setelah cukup dekat mereka menembakkan puluhan roket anti-tank secara serentak. DHUAR! DHUAR! DHUAR! Terjadi ledakan beruntuk akibat meledaknya sekitar sepuluh tank Merkava dalam waktu hampir bersamaan.

"Allahu akbar! Allahu akbar!" terdengar teriakan takbir penuh suka cita dari berbagai arah yang asal suara teriakannya tidak dapat dilihat mata karena terselimuti kegelapan malam.

Melihat tentara Israel itu telah kalah, semangat Ali meningkat drastis hingga mencapai level "ceroboh".

Ia lantas keluar dari persembunyiannya berlari kearah tank merkava yang meledak tadi, sambil menembak-nembakan senjatanya. Setelah sampai jarak sekitar 50m dari tank terdekat, terdengar seseorang memanggilnya "Ali kemari!" suaranya terdengar dari gedung disebelahnya, ia menengok tapi tak melihat siapapun, jadi dia terus berlari.

"Ali bahaya!" "Berhenti!" "Cepat kesini!" kali ini jelas sekali ada yang memanggilnya lebih dari 5 orang terdengar memanggilnya, ia menengok kebelakang, terlihat olehnya beberapa pejuang Hamas tanpa topeng yang ia kenali termasuk ayahnya. Ali tak menyangka ada pejuang Hamas sedekat itu dengan pasukan Israel, tapi paling-paling tugas mereka hanya mengamati.

"Ayah!" ia berbalik arah berlari ketempat ayahnya, namun baru beberapa meter ia berlari, DOR! sebuah suara tembakan terdengar dari arah belakang, dan kaki kirinya tertembak, dan ia jatuh. Ia menoleh kebelakang, dari jarak sekitar 10 meter dilihatnya seorang tentara Israel tergeletak dengan pakaian yg sudah terkoyak-koyak, dan luka bakar yang sangat parah diseluruh tubuhnya, tapi dalam keadaan begitu ia masih sanggup menggenggam sebuah pistol Desert Eagle dan membidikannya ke arah Ali. Ali cepat-cepat meraih AK74nya, tapi saat ia berpaling hendak menembak tentara itu, keadaan sekitarnya tiba-tiba berubah drastis.

Tentara tadi berubah menjadi peti mati hitam, begitu juga pejuang Hamas yang tadi ada di gedung disebelahnya, mereka semua berubah menjadi peti mati. Dilangit, beberapa heli Apache membeku tak bergerak, baling-balingnya tak bergerak tapi tetap mengambang. Bahkan api karena ledakan tank Merkava tadi juga membeku, sangat aneh kelihatannya. Bulan berubah menjadi hijau, dan lantai mengeluarkan darah. Ali bingung untuk beberapa saat, ia mencoba berdiri tapi kakinya terlalu sakit jadi ia hanya duduk.

Ali mencoba mengira-ngira apa yang sedang terjadi, mungkinkah ini kiamat atau makhluk luar angkasa menyerang? Ia lalu teringat tentang senjata rahasia yang dikatakan ayahnya. Hah? Jangan-jangan tentara Israel telah menguasai rumahku dan hendak menghancurkan Palestina dengan senjata rahasia itu! Tiba-tiba ia merasa pusing dengan sangat ekstrim hingga membuatnya pingsan.

Ketika ia mebuka mata, dia sudah berada ditempat yg berbeda, disebuah ruangan berwarna ungu yg sangat aneh "dimana ini?"

"selamat datang di velvet room" sebuah suara seorang pria tua mengejutkannya, ia berdiri dilihatnya seorang kakek2 berhidung panjang dan seorang perempuan.

"Duduklah" kata si perempuan,

"tidak mau!" jawabnya agak ragu tapi tegas. "Siapa kalian?"

"oh ya, perkenalkan dia tuanku Igor dan aku Margaret. Silahkan duduk dikursi didepanmu" kata Margaret ramah.

Siapa itu Igor? Margaret? Ali bingung mendengar nama-nama yang asing kedengarannya, hingga TRING! Muncul sebuah dugaan dipikirannya "Aku tahu! Ini pasti di Tel Aviv! Kalian pasti Shin Bet kan! Terserah apa yang kalian lakukan, aku tak akan bicara apapun! Aku tak akan mengkhianati bangsaku!"

Igor dan Margeret berpandangan sejenak, Igor menggeleng "Tak ada gunanya membentak-bentak seperti itu. Lihat sekelilingmu apakah kelihatanya seperti tempat introgasi? Aku mengerti, dibesarkan didunia yang kejam membuatmu berkarakter keras, tapi setidaknya disini tak ada yang akan melukaimu. Ayo, duduklah anak baik" kata igor. Masih dengan ragu, akhirnya Ali mau duduk di sebuah kursi tanpa lengan didepannya.

Begitu ali duduk, tanpa pembukaan atau perkenalan apapun Igor langsung memulai ceramah filosofinya "Sifat serakah yang pada umumnya dimiliki setiap manusia sejak lama sekali, bahkan sejak awal dari peradaban yang lama kelamaan membuat dunia in kehilangan kekuatannya. Penjajahan, penindasan, terorisme, pembantaian atas nama kebenaran, kebinatangan atas nama HAM, segalanya bermula dari satu titik, yaitu sifat dari suatu individu itu sendiri" kata Igor berwibawa sambil menunjuk-nunjuk kepalannya, maksudnya otak.

Ali bingung mendengarnya, ia samasekali tak mengerti kenapa tiba-tiba Igor bilang begitu, apa yang dikatakan kakek pinokio ini?

"Dunia yang telah kehilangan kekuatannya pasti akan hancur. Entah itu revelation dari Tuhan, ataupun punishment dari raja iblis, dunia ini pasti akan hancur pada akhirnya jika tak ada suatu perubahan apapun. Tetapi untungnya, diluar sana masih banyak orang yang peduli dan berusaha untuk membuat perubahan" Igor berhenti sejenak memperhatikan Ali, munkin ia ingin bertanya sesuatu? Tapi tidak, Ali tetap diam.

"Untuk mencegah kehancuran dan mengembalikan kekuatan dunia, manusia telah mencoba dengan segala kemampuannya. Baik Hizb Ut-Tahrir dengan Khilafah Islamiyah nya, Freemason dengan Novus Ordo Seclorum nya, ataupun kaum lainnya yang ingin mengembalikan kekuatan dunia dengan ideologinya masing-masing yang menurut mereka baik. Memang sebuah usaha suatu kaum pada umumnya dianggap suatu hal buruk bagi kaum lainnya, tapi sebenarnya harapan dari usaha-usaha mereka hanyalah untuk mengembalikan kekuatan dunia, dan membentuk dunia yang ideal dimana keadilan ditegakkan, tak akan ada lagi penindasan, penjajahan, ataupun kejahatan apapun. Dunia yang penuh kebahagiaan bagi seluruh umat manusia" Igor tersenyum.

"Maaf mbah Igor, saya tak mengerti apa yang mbah katakan. Saya pernah melihat Hizbut Tahrir berdemo, tapi siapa itu freemason?" sahut Ali agak jengkel.

Tanpa mempedulikan ketidak tahuan Ali, Igor melanjutkan ceramah filosofinya, "Tetapi kebaikan itu tidak dapat terjadi begitu saja. Selalu diperlukan pengorbanan untuk perubahan, darah yang harus ditumpahkan dari sesuatu yang dianggap kejahatan"

"Sampah" gerutu Ali. Ia semakin jengkel dan semakin tidak mengerti omongannya.

"Ali Mashaal Al-Qassam, kau adalah salah satu orang yang terpilih diantara enam milyar manusia didunia untuk diberi kesempatan merubah dunia ini. Karena itulah kami memanggilmu kesini untuk memperingatkanmu akan takdirmu. Mungkin sulit bagimu untuk mengerti sekarang, tapi suatu saat kamu pasti akan mengalaminya"

Cahaya mulai menyelimuti tubuh Ali perlahan-lahan, tubuhnya mulai samar dan perlahan lenyap.

"Ikuti hatimu, berjuanglah untuk apa yang kamu yakini. Apapun jalan yang kau pilih, kami disini untuk membantumu" kata Margaret sambil melambaikan tangan "kita akan bertemu lagi saat kau sudah siap" tambahnya.

Saat terbangun, Ali tiba-tiba sudah berdiri di tempat tank meledak tadi, luka dikakinya secara misteius sembuh, dan dunia masih dalam keadaan dark hour, didepannya ribuan shadow lemah sejenis Maya dengan pedang di ke enam tangannya merayap kearahnya seakan-akan hendak memakannya. "Heheh" entah kenapa Ali tertawa sinis seperti dia sudah dapat mengendalikan keadaan.

Ditangan kirinya, sebuah kartu yang terbakar api putih berputar putar seakan hidup. "Per…so….na…" CRANG! Sesosok Pegasus putih muncul dihadapannya, keempat ujung kaki dan bulu ekornya memancarkan cahaya putih kekuningan yang sama terangnya dengan lampu hemat energi 7 watt.

"Buraq… Maragion!" BLAR! BLAR! BLAR! Puluhan Maya lenyap seketika menerima serangan itu walaupun mereka tidak lemah terhadap api.

"Maragion! Maragion! Agidyne!" serangan beruntun itu dalam sekejap membakar hangus ratusan Maya dan membuat mereka kocar kacir

"hahahaha!" Ali semakin mengamuk, dia menembakkan agi kearah manapun dilihatnya sesuatu yang bergerak

"Maragidyne! Ragnarok!" muncul api yang sangat destruktif, besar dan dahsyat, yang bahkan jauh lebih destruktif dibandingkan misil apapun yang pernah ditembakkan ke Gaza.

"Ragnarok! Ragnarok! Ragnarok!" Ali terus melakukan penghancuran dengan Ragnarok tanpa kelelahan sedikitpun, seperti kerasukan sesuatu, hingga beberapa menit kemudian dark hour berakhir dan ia pingsan hingga keesokan harinya ditemukan oleh patroli Hamas dalam kondisi tak terluka sedikitpun ditengah reruntuhan kota yang telah rata dengan tanah, musnah terlahap api.