I can't 2 forget you, why !?
Namaku uchaa/chaa, yoroshiku :) Terserah mau manggil yang mana. Sukanya fandom naruto aja -_- nggak mau pindah fandom lain biarpun udah dibujuk bujuk tania, #lirik tania. Aku cintaaa banget pair sasufemnaru, kyuufemnaru.. :) menurutku mereka cocok banget, deh ! oke, pair lain yang aku suka adalah sasuhina, sasusaku, dan shikaino :)
Satu lagi, aku ngga suka yaoi, yang artinya aku bukan fujoshi. Oke ? jadi jangan request ff yaoi. Gatau ya? Aku tau kok cinta itu nggak memandang siapa orangya .. tapi aku berasa aneh aja ya ? okehh sekian curcolnya.
Author : Chaa Namikaze =D yang numpang bikin cerita di akun temen -_-
Summary : Sasuke menikah dengan Naruto. Tetapi tidak atas dasar cinta. "Aku tinggal menunggu, menunggu sampai Sasuke-kun menceraikanku." Tapi bagaimana kalau Naruto berubah ? Summary ga nyambung ! Sasufemnaru straight. Yang ngerasa fujoshi, ini bukan ff yang tepat. Oke ? (:
Disclaimer : by Masashi Kishimoto :D
Rate : T . udah pewe :b
Pairing : sasufemnaru.
Genre : Baca, tentuin sendiri :)
Warning : AU, typo(s) , gender bender, abal, jelek, word nya dikit banget :'|
Okeee.. DLDR , jangan lupa baca warning yaa, nggak terima flame dalam bentuk apapun. '-')b
I can 2 forget you , why !?
Chapter 1
By. Sankyuuni , Chaa Namikaze.
Disebuah sekolah menengah pertama dengan gedung tinggi dan besar, tepatnya dikelas XIIA sedang asyik membahas topik kelulusan. Beberapa hari yang lalu mereka sudah melaksanakan Ujian Nasional, dan menunggu detik-detik hari libur setelah pembagian surat kelulusannya saja dari kantor pusat.
Seorang gadis pendek berkepang dua dan berkacamata tebal masuk kedalam kelas, ia membawa beberapa buku tebal dengan warna sampul mencolok dipelukannya , dia berjalan kearah bangkunya sambil menundukkan kepalanya. Beberapa mata meliriknya, tetapi tidak ada sapaan seperti pada umumnya. Apalagi gadis itu juga memilih untuk diam.
Ia menarik bangkunya sedikit kebelakang agar bisa duduk dengan rapi. Lalu menarik kursi itu sedikit kedepan lagi ketika ia sudah duduk dengan nyaman. Ia mengedip-ngedipkan matanya yang terasa sakit , setelah lebih baik, ia mulai mencari lipatan halaman pada buku tebalnya lalu mulai membaca dalam diam.
Kelas sedikit sepi sekarang, kebanyakan anak-anak berada dikantin atau ditempat lainnya. Karena sudah melaksanakan ujian, mereka yang duduk dikelas XII tidak belajar, dan setiap jam pertama juga tidak pernah masuk kelas. Hanya saja, setelah jam pertama, mereka akan mengadakan olahraga bersama sampai pukul 12 siang.
"Sasuke-kun !" jeritan gadis-gadis mulai menggema. Dan itu menjadi bell pertanda bagi siswa berkepang tadi, kalau Sasuke usdah datang. Sedikit terburu-buru ia bangkit dari kursinya dan ikut mengintip sang pangeran sekolah dari jendela kelas. Seorang gadis berambut pink yang kebetulan melihat kejadian itu berbisik kepada temannya.
"Lihat Naru-cupu itu. Diam-diam ternyata jatuh cinta juga sama Sasuke-kun." katanya sambil tersenyum mengejek terhadap Naruto yang sedang asyik melihat Sasuke tanpa menyadari dua orang teman sekelasnya sedang membicarakannya. "Huh, tetapi dalam mimpi saja kalau Sasuke-kun mau menjadi kekasihnya." jawab sang teman beriris aquamarine.
Setelah sang pangeran sekolah melewati belokan dikoridor sehingga ia jadi tidak kelihatan lagi, Naruto langsung kembali ketempat duduknya untuk melanjutkan bacaannya, setelah beberapa saat ia jadi berpikir, "Sampai kapan aku harus begini ?" batinnya. Setiap hari hanya bisa melihat sang idola dari jendela kelas dalam diam.
Ia menghela nafas, lalu kembali melanjutkan bacaannya. Hingga bell pertanda jam pertama telah selesai berdering. Ia melipat halaman bukunya, lalu pergi ke toilet untuk mengganti seragamnya dengan baju olahraga sekolah. Koridor toilet wanita sudah dipenuhi siswi yang berganti baju, ada pula yang berdandan. Naruto memilih masuk kedalam bilik saja. Karena kadang-kadang anak laki-laki bisa mengintip mereka dari suatu sudut.
Setelah berganti pakaian, ia keluar dari bilik toilet dan melihat teman-temannya. Tubuh mereka berisi dan berlekuk indah. Dengan kaki jenjang dan kulit putih. Sedangakn ia sendiri ? sudah agak gendut, sedikit pendek lagi. Ia juga menyadari kulitnya yang berwarna tan , dan tidak putih. Ia memang tidak ada nilai lebihnya samasekali.
Ia kembali menghela nafas, dan tanpa pikir panjang, ia melipat seragamnya dengan rapi dan menyimpannya didalam loker, lalu beranjak menuju lapangan. Seperti biasa, lapangan sudah penuh oleh siswa kelas XII yang mengadakan olahraga bersama. Ada yang bermain bola, futsal outdoor, basket, volly, bulutangkis, dan lainnya.
Naruto memandang kegiatan itu dengan senyum kecil. Ia selalu duduk didekat taman bunga sambil melihat kegiatan teman-temannya yang nampak mengasyikan. Sebenarnya ia mau mencoba ikut, tetapi ia sedikit takut untuk berbicara. Suatu kali, ia pernah berbicara pada temannya, tetapi dengan teganya, teman-temannya mengatakan ia lemah, dan hanya menyusahkan teman yang lain saja.
"Naru-chan !" Naruto yang merasa terpanggil menoleh pada sahabat satu-satunya, Hinata Hyuuga. Lalu memperlebar senyumannya. "Hai Hinata-chan !" sapanya balik. Hinata duduk disebelahnya sambil memamerkan sebuah undangan ulangtahun. "Lihat , ini undangan ulangtahun Sasuke-kun ! dan yang mendapatkan undangan boleh membawa satu tamu." Jelas Hinata.
"O-oh, jadi kamu dapat. Apa Sasuke-kun mengijinkan gadis sepertiku untuk datang ke pesta ulangtahunnya ?" tanya Naruto ragu, senyum manisnya sedikit memudar, digantikan oleh senyum kecut. "Tentu saja boleh. Tidak ada pengecualian disini. Okay ? pestanya akan diadakan besok pukul 5 sore, aku akan menjemputmu pukul setengah 5 !" jelas Hinata.
"Arigatou, Hinata-chan. Baiklah, aku akan menunggu jemputanmu, kita pergi sama-sama." jawab Naruto sambil mengangguk kecil dan hari itu dihabiskan mereka untuk berbincang-bincang ringan mengenai teman-temannya dan universitas mana pilihan mereka, sampai bell berbunyi pertanda kelas XII boleh pulang.
Naruto turun dari mobilnya dan tersenyum kecil sebagai tanda terimakasih pada supir kepercayaan mereka, Kakashi Hatake, ia mengambil tas sekolahnya lalu berjalan masuk kerumah besar tempat tinggal mereka. "Naru-chan !" panggil Kushina saat melihat putri tunggalnya itu sedang melepas sepatunya didekat pintu.
"Tadaima kaachan. Ada apa ?" tanya Naruto sambil meletakan tas sekolahnya diatas meja belajar. Kushina menariknya ke sofa dan memberikan sesuatu didalam kantong plastik berwarna putih dengan wajah berseri-seri. "Apa ini ?" tanya Naruto sambil membuka kantong plastik itu.
"Dress ?" katanya sambil mengangkat gaun berwarna oranye dengan pita hitam sebagai pending pada bagian pinggang, dan sedikit manik-manik hitam pada daerah kerah china. Gaun tanpa lengan itu sangat cantik. Kushina mengangguk. "Tadi Kaachan ditelepon Mikoto basan untuk menyuruhmu menghadiri pesta ulangtahun Sasuke kun yang diadakan besok." jelas Kushina.
Naruto mengangguk kecil. Ia tahu hubungan keluarga mereka dan keluarga Sasuke sangat akrab. Karena Kushina merupakan sahabat dari Mikoto, dan Minato sahabat dari Fugaku. "Ya Kaachan, Naru tahu. Tapi Naruto tidak mau mengenakan dress ini." tolaknya halus. Kushina mengernyit dalam.
"Dress ini indah, tetapi aku rasa terlalu mini. Dress ini tidak berlengan dengan panjang 10 cm diatas lutut. Aku pakai dress putih milikku saja, ya ?" jelas Naruto. "Yasudah , tetapi lain kali kau harus mengenakannya. Kaasan membelinya dengan harga yang tidak murah." jawab Kushina. Naruto mengangguk dan membawa dress itu untuk disimpan didalam lemari miliknya.
Setelah mencocokan dress itu dengan hanger dan menggantungnya bersama dress-dress lain, ia mulai mencari gaun putih miliknya dan menariknya. Gaun dengan potongan lengan sampai sikut dengan panjang selutut. Bagian pinggangnya juga ada pita hitam sebagai pending. Ia tersenyum, "Aku pakai gaun ini saja." gumamnya lalu menyimpan kembali gaun itu.
Keesokan harinya :3 ~
Naruto siap didepan cermin. Berkali-kali mengamati pantulan dirinya. Kali ini rambut blonde panjangnya diikat tinggi, tetpi tetap saja dikepang. Kacamata tebalnya juga masih menutupi wajahnya. Hanya saja yang berbeda, pakaiannya yang feminim juga sedikit bedak dan blush on pada wajahnya.
Tok tok tok !
Ketukan pada pintunya membuat Naruto menoleh. "Iya, masuk." jawabnya mendek sambil merapikan pony rambutnya. Ia menoleh, "Hinata-chan ! cantik sekalii ~" puji Naruto saat melihat penampilan Hinata. Hinata memang pendek sepertinya, tetapi badannya lebih berisi dan kulitnya putih. Ia mengenakan dress berwarna aqua selutut. Tanpa lengan, dengan wajah merona alami dan mata bulan.
"Ah, Naru-chan juga cantik." Puji Hinata sambil mencubit pipi Naruto yang ada goresan seperti kucing. "Ittai, Hinata-chan!" desis Naruto. Hinata melepaskan cubitan gemasnya sambil tersenyum kecil. "Gomen-ne Naru-chan. Bisa kita pergi sekarang?" tanyanya. Naruto mengambil tas kecil miliknya. "Ayo, aku sudah siap."
…
Mereka tiba dirumah besar Uchiha yang luas. Ruang utamanya sudah di design sedemikian rupa. Udara dingin dari AC terus berhembus, sesekali parfum ruangan beraroma Casablanca tersemprot dari alat otomatisnya. Ditengah ruangan ada sebuah meja berisi kue besar dan makanan-makanan lainnya. Musik-musik instrumen kecil mengalun dengan indah.
"Selamat datang Naru-chan dan temannya~" kata Mikoto saat melihat Naruto dan Hinata masuk kedalam ruangan dan menduduki sofa-sofa berkelas yang ditata diujung-ujung ruangan. "Ah, Mikoto basan." Kata Naruto sambil tersenyum kecil. "Nikmati saja ya pestanya, basan dan Fugaku jisan mau pergi ke luar kota sekarang." Kata Mikoto.
"Lho, kenapa sekarang?" Tanya Naruto. "Ini mendesak, Naru. Ah ini sudah jam nya, basan pergi, ya." Jawab Mikoto sambil melambaikan tangannya dan berjalan keluar dengan cepat. "Orangtua mereka sangat sibuk." Tukas Hinata. Naruto mengangguk setuju. "Iya, mereka memang begitu." Jelas Naruto.
Tiba-tiba, Sakura, Ino, Karin dan Tenten datang. Dan dalam beberapa menit langsung menarik perhatian banyak orang karena mengenakan pakaian sexy dengan warna mencolok dan dandanan yang sedikit menor. "Badut taman." Ejek Naruto pelan. Tapi sayangnya hal itu didengar Sakura.
"Siapa yang kau maksud badut taman, cupu!" seru Sakura keras. Dalam sekejab mata mereka berdua menjadi perhatian para tamu undangan. Naruto terdiam. Tetapi wajahnya yang menunjukan ketakutan. Ia bergetar pelan. "Kau harus rasakan akibatnya!" desis Sakura sambil menumpahkan ice chocolate miliknya keatas kepala Naruto.
Naruto memejamkan matanya. Pasrah akan keadaan. Bagaimanapun ini memang salahnya. Ia biarkan cairan dingin berwarna cokelat gelap itu menyusuri tubuhnya. Dress putih miliknya seketika berwarna cokelat, seturut dengan warna minuman yang membanjiri tubuhnya. "Cih, rasakan cupu!" desis Sakura kesal.
Dijambaknya kepangan rambut Naruto dan dihasilkan teriakan kecil dari Naruto, smmpai kacamatanya jatuh. Ia tersenyum puas mendengar teriakan kesakitan lalu menginjak kacamata Naruto dengan high heels yang dikenakannya sampai bingkai berkaca itu remuuk dan terpisah dari bagiannya. .
"Dengar ya!" seru Sakura sambil meraih dagu Naruto dan mencengkramnya erat. "Sekali lagi kau mengatai kami, kau akan berakhir lebih parah dari ini, ingat itu." kata Sakura sambil melepaskan cengkramannya pada daga Naruto dan membuat gadis itu langsung terduduk dilantai. Bisik-bisik keras mulai terdengar.
Ditempatnya sekaran , Air mata mulai menggenang dipelupuk mata Naruto. Bagaimana perasaanmu ketika ditengah banyak orang, kau disiram dan diperlakukan semena-mena ? ia menggeleng pelan , lalu berusaha bangkit berdiri. Mungkin ada baikknya ia mengucap selamat pada Sasuke dan langsung pulang.
Orang-orang yang bergerumul mulai menyingkir memberi jalan ketika Naruto mulai berdiri melangkah pelan. Naruto mencari-cari Sasuke, cukup sulit karena pandangannya buram tanpa kacamata. sampai akhirnya ia melihat Sasuke berada disofa hitam dan berbicara dengan Itachi. Nampak tidak perduli pada kejadian yang sedikit dahsyat beberapa menit yang lalu.
Naruto yang berdiri tepat didepan Sasuke hanya dapat terdiam. Sampai iris onyx Sasuke memandangnya malas. Terdiam sebentar melihat penampilan Naruto yang berlumuran ice cokelat, rambut acak-acakan dan tanpa kacamata. "S-sasuke-kun.. selamat ulang tahun." kata Naruto sambil menjulurkan tangannya , dan berusaha tersenyum manis.
Setelah beberapa saat, akhirnya Sasuke menyahut. "Kau ingin menyalamiku dengan tangan kotor dan penampilan menjijikan seperti gembel begitu ? pergilah, kau sangat memalukan." kata Sasuke datar, tanpa perasaan, lalu kembali berbicara pada kakakknya yang sama-sama bersikap acuh terhadapnya. Naruto tertohok mendengar penuturan Sasuke.
Seburuk itukah hanya bersalaman dengannya ? setelah beberapa saat ia menurunkan tangan kanannya yang pada awalnya ia angkat untuk bersalaman dengan Sasuke. "B-baiklah, aku pergi." kata Naruto dan langsung beranjak dari sana untuk pergi pulang. Ia terus memusut air matanya yang terus mengalir, namun sia-sia karena air mata itu terus mengucur seperti mata air.
Setibanya dirumah, Naruto menaiki tangga dengan cepat sebelum Kushina menyadari kepulangannya. Ia sudah tidak menangis lagi. Tetpai tetap saja ia masih sesenggukan dengan mata merah yang sedikit berair. Ia merasa sudah lelah untuk menangis. Ia langsung pergi ke kamar mandi kamarnya untuk membersihkan diri.
Didalam bath up yang hangat, Naruto memejamkan matanya. Tanpa sadar air mata itu kembali mengucur, tetapi ia diam saja, sampai air mata itu turun melewati dagunya dan jatuh bersama air bath up. Kenapa ? kenapa Sasuke selalu bersikap dingin padanya ? sejak kecil, Sasuke bersikap tidak bersahabat kepadanya. Kenapa pada perempuan lain, ia sedikit lebih terbuka ? apa yang salah dengannya ? apa ?
Tak ingin terus berlarut dalam kesedihannya, ia segera bangit dari bath up dan mengenakan pakaiannya, ini masih pukul tujuh malam. Bukan saatnya untuk tidur. Bahkan ini saatnya untuk makan malam. Tapi karena lelah menangis dan matanya terasa berat, Naruto memilih untuk memejamkan matanya dan segera tidur.
...
Keesokan harinya, Naruto mulai jadi bahan pembicaraan yang sangat trend disekolah. Seolah-olah Naruto tidak ada atau memang sengaja, mereka terus membicarakannya tanpa memperdulikan keadaan walaupun Naruto ada didekat mereka. Bahkan mereka membicarakannya dengan volume keras.
Naruto sendiri terus bertarung melawan dirinya. Karena sebagian dirinya menginginkan untuk menangis pilu dan pergi dari sana, dan sebagainnya lagi menginginkan untuk tetap tegar. Ia pura-pura tuli, mengacuhkan segala ucapan tentang dirinya. Bahkan beberapa orang mengatainya dengan pedas tanpa perasaan.
Ketika ia sampai dikelas, segera saja Sakura langsung meliriknya dengan tatapan senang. "Lihat, panjang umur. Baru saja kita membicarakannya. Hei cupu, bagaimana perasaanmu, hm ? ketika Sasuke-kun menolakmu bahkan untuk sekedar bersalaman saja ?" ejek Sakura. Naruto tidak menjawab dan memilih untuk beranjak dari kelas.
"Pengecut, lari dari masalah." Desis Tenten. Naruto tetap memilih untuk diam dan terus berjalan cepat sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak tahu harus berjalan kemana sekarang. Tetapi ia harus menenangkan pikirannya dan memantapkan diri untuk tegar, tetapi saking tidak berani melihat ke depan ..
Bruk !
Ia terhempas telak ke marmer karena menabrak seseorang. Naruto meringis pelan, sambil melihat sikutnya yang sedikit kemerahan karena menahan tubuhnya, jika tidak, mungkin saja kepalanya yang akan terbentur keras. Ia menoleh keatas, kepada orang yang menabraknya. Safirnya membelalak, orang itu adalah ...
Sasuke.
Sasuke memandangnya dengan pandangan menusuk. Naruto menghela nafas dan bangkit berdiri. "Gomenne, Sasuke-kun." ucapnya sambil menepuk-nepuk rok sekolahnya yang sedikit kotor karena beradu dengan lantai. Sasuke tak menjawab dan memilih untuk melanjutkan jalannya.
Entah mendapatkan keberanian dan pemikiran dari mana juga, Naruto mencengkram tangan Sasuke dengan kencang, tetapi pelan bagi Sasuke. Sasuke berhenti melangkah dan menatap Naruto disebelahnya dengan tatapan tajam. "Kita harus bicara." jelas Naruto, sambil menarik Sasuke kebelakang sekolah.
Setelah beberapa saat dan tidak ada yang memulai pembicaraan, Sasuke mulai bosan. "Kau menghabiskan waktuku, cepat katakan atau aku per-" "Apakah kau membenciku ?" potong Naruto cepat. Sasuke terdiam beberapa saat lalu menjawab "Memangnya kenapa ?" tanyanya datar.
"Tidak apa-apa. Tapi bagaimana perasaanmu kalau orang yang kamu sukai membencimu , dan memperlakukanmu begitu dingin didepan orang banyak ?" tanya Naruto, persis seperti apa yang dilakukan Sasuke kepadanya. Sasuke tidak menjawab. "Apa pendapatmu kalau aku menyukaimu ?" tanya Naruto dengan mata berkaca-kaca.
"Apa perduliku ? aku tidak menyukaimu. Kau selalu mendekatiku dengan memanfaatkan kedekatan orangtua kita. Aku sudah tahu apa yang ada dalam pikiranmu, dan aku membenci itu. Aku tidak suka dengan sikapmu yang seperti orang cupu yang pintar. Padahal kau itu kecentilan !" jawab Sasuke panjang, mengeluarkan semua uneg-unegnya tanpa memperdulikan perasaan Naruto.
Seolah tersadar dari yang dilakukannya, buru-buru Naruto berkata "Ah gomen ne. Kau bisa pergi." kata Naruto sambil menunduk dalam. Sampai wajahnya samasekali tidak kelihatan. Tanpa kata-kata, Sasuke pergi meninggalkan Naruto yang mulai menangis. Kenapa ? kenapa aku sangat cengeng ? batin Naruto pilu. Hatinya tiba-tiba ngilu, dan berakhir menangis sendirian lagi. Tanpa ada tempatnya untuk bersandar.
Siang itu, Naruto pulang dengan loyo, rasanya, mati segan hidup tak mau .. kata-kata Sasuke terputar-putar seperti kaset dikepalanya. Ia butuh tempat untuk mencurahkan segala perasaanya saat ini. Tapi, dengan siapa ? ia tidak punya banyak teman seperti anak-anak yang seumuran dengannya.
Ia melamun dibalkon kamarnya sambil menikmati semilir angin siang hari yang sesekali berhembus. Ini sudah memasuki musim panas, suhu derajat semakin tinggi, tetapi Naruto tidak perduli dengan hal itu. Pikirannya melayang-layang entah kemana, rasanya seperti mimpi, tetapi ia samasekali tidak bermimpi sekarang.
Tanpa sadar, jam sudah berlalu selama 3 jam, ini sudah pukul setengah 4 sore, Naruto masih berdiam diri seperti patung. Hanya saja, sesekali posisinya berubah agar tubuhnya tidak terlalu pegal. Ini sudah jam pulang bagi kebanyakan sekolah. Namun ada juga sekolah yang pulang pukul 1 siang, dan pukul 5 sore.
Naruto melirik kebawah, disana ada dua anak perempuan berseragam sama yang sedang berbincang akrab. Sekali lihat saja sudah tahu kalau mereka baru saja pulang sekolah. Jika dilihat lebih teliti, mereka berdua mengenakan arloji yang sama, pita yang sama dan gelang-gelang kecil yang sama.
Bukan kembar. Jadi , Naruto menyimpulkan kedua anak itu adalah teman sejati. Ia menghela nafasnya. Kapan ia punya banyak teman ? berteman dengan Hinata saja sudah sangat berarti baginya. Tetapi Hinata sedang ada diluar kota sekarang. Teman-teman sekelasnya terlalu sombong, tidak mau berteman dengan anak sepertinya, hanya Hinata yang berbaik hati, mau menghabiskan waktu bersamanya. Itupun kalau Hinata tidak sibuk, karena gadis itu merupakan anggota OSIS.
Tak lama sesudah kedua gadis itu melewati rumahnya, sekarang ada dua orang, laki-laki dan perempuan. 'Mungkin pacaran.' Batin Naruto. Kedua anak itu juga baru pulang sekolah. Seragam mereka sama, mereka tidak satu sekolah dengan Naruto. Kapan ia punya pacar ? berteman saja susah baginya. Naruto menghela nafas panjang. 'Mungkin, sampai aku mati tidak ada seorangpun yang menyukaiku.' Batinnya lirih.
Tanpa diperintah, air matanya kembali turun, kali ini tidak sederas yang sudah-sudah. Ia sudah lelah untuk menangis. Biarlah seperti ini. Ia tidak mau menambah masalah dalam kehidupannya lagi. Sudah cukup. Ini sudah cukup menyakitkannya. Ia bertopang dagu pada meja yang ada didepannya sambil memejamkan mata.
Braak !
Dengan cepat ia menoleh pada pintunya yang dibuka secara tiba-tiba –mana dibukanya keras banget- disana Kushina datang membawa nampan berisi makanan dengan raut wajah yang bahagia. Ada apa ? ia membalikan badannya. "Aku disini, Kaasan." katanya. Kushina mendatanginya tanpa melunturkan senyumnya sedikitpun.
"Kenapa kamu tidak turun makan siang ? Kaachan pikir kamu sedang tidur siang tadi. Ini, makanlah." kata Kushina sambil meletakan nasi yang masih mengepul, bersama sepotong ikan goreng dan sup sayur yang panas. Dengan air putih sebagai pelarutnya, diatas meja balkon itu.
"Gomenne, tadi aku sedikit sibuk." dusta Naruto sambil tersenyum kecil. Kushina mengangguk. "Hm, makanlah. Kau terlihat sedikit pucat akhir-akhir ini." katanya sambil mengernyit. "Kau tidak apa-apa ?" lanjutnya, Naruto menggeleng pelan sebagai jawaban, lalu melirik makanannya. "Tadaima !" serunya kecil sambil mulai melahap makanannya.
Kushina duduk diam sambil memperhatikan putri cupunya itu makan dengan pelan sekali. Ia tersenyum kecil, dan itu mendapat perhatian dari Naruto yang sedang menyuapkan suapan terakhirnya. "Kaasan kenapa ?" tanyanya dengan mulut penuh. "Tidak, hanya saja Kaasan senang sekali." jawab Kushina berbunga-bunga.
"Kaasan tidak hamil, kan ?" tuding Naruto. Kushina menggeleng. Naruto mengernyit. Ini adalah Kushina yang sangat jarang ditemukan. "Lantas, ada apa ?" tanyanya sambil mengambil air minumnya lalu meneguknya pelan-pelan.
"Kau , akan menikah dengan Sasuke setelah acara kelulusan !" seru Kushina menggebu-gebu.
Byur !
Tumpah. Muncrat. Air minum yang sedang diminum Naruto. Ia terbatuk- batuk, dan memusut hidungnya yang terasa perih saat sebagian dari air itu masuk kedalam lubang hidungnya. Untungnya, air itu tersemprot kebawah , sehingga tidak muncrat kewajah Kushina yang nampak cengo ditempatnya.
"Kaasan !" teriak Naruto kesal. "Jangan bercanda disaat yang tidak tepat dong !" gerutunya kesal. "Kaasan tidak bercanda, ini serius ! Kaasan sudah mempertimbangkannya matang-matang bersama Tousan, Mikoto basan dan Fugaku jisan sejak lama. Dan , kamu tidak boleh bilang tidak !"
TBC -_-
Absurd banget :3 aku tahu kok dari awal ngetik ff ini. Aku minim ide, tapi maksa buat nulis -_- gomen ne, susah banget nyari alasan supaya Sasuke nya benci sama Naru-chan ToT soalnya Tania lagi keluar kota :'|aku gapunya teman buat diskusi ide ff :'3
Mana dia mau pindah jauh lagi semester dua ini :'3 taniaaaaaaa hue hueee ToT, aku gapunya teman berbagi lagu jepang, Naruto, ff dll lagi :'| soalnya cuma tania lah temanku yang nggak terlalu gila sama Korea, dan lebih gila ke Jepang :'( eh knp jadi curhat gini sih ? -_- gomenne..
Yosh ff ini mau dilanjutin atau nggak ? '_' review now ! : )
Next chapter
"Pasti kau merayu semuanya untuk bersetongkol denganmu, kau benar-benar licik."
"Kalau begitu, anggap pernikahan ini hanyalah sebuah permaian."
"Aku tinggal menunggu, menunggu sampai Sasuke-kun menceraikanku."
...
With crazy,
Chaa Namikaze :*
