Rumah Cermin Dan Jam Abadi

Pair: Melayucest, ThaiViet, dan pair lain jika memungkinkan

Rate : T dan semakin lama bakalan naik karena adegan pembunuhan? Uh?

Disclaimer: …. Berapa kali harus dijelaskan kalau Hetalia milik Hidekaz Himaruya?! Vietnam dan Thailand milik Hidekaz tapi semua OC milik saya beserta ide cerita.

Warning : Straight pair, kadang penggunaan human name, adegan yang menjurus ke hetaoni tapi ternyata bukan karena author yang ga kreatif memikirkan awal cerita. Kemungkinan akan ada chara yang mati. Typo dan kata-kata kasar yang kemungkinan akan keluar. Etc etc etc… maaf, author terlalu labil.

Catatan:

Male :

Indonesia, Thailand, Brunei, Singapura, Myanmar, Kamboja.

Female:

Malaysia, Vietnam, Filipina, Laos, Timor.

0-0-0-0

Semua orang sudah memperingatkan kalau rumah bergaya eropa yang berdiri di tengah gunung itu berhantu.

Rumah itu kosong dari jaman penjajahan… tak pernah ada yang berhasil kembali jika ada yang kesana untuk mengecek kebenaran rumor.

Dan katanya, ketika masuk kesana kau akan disambut dengan jam tua yang tak pernah berhenti bergerak.

Suara itu akan terdengar jelas ketika sang iblis mengambil nyawamu.

Berdetak…

Tik… Tok...

Tik… Tok…

Tik—

0-0-0-0

"Jadi… ini rumah yang dikatakan berhantu?"

"Terlihat biasa saja untukku ana~"

"U-uh… Bisa kita pulang sekarang?"

"Tapi kak Laos… kita baru saja sampai."

"Huaah! Aku takuut! Kambojaaaa~!"

Laos mulai menangis sementara Timor, Vietnam dan Thailand hanya bisa ber-sweetdrop ria. Mereka bertiga agak menyesal membawa Laos kedalam pencarian rumah berhantu untuk menghilangkan bosan. Tapi mau bagaimana lagi? Kamboja menitipkan wanita tersebut kepada Vietnam karena Kamboja sedang sibuk dengan urusan negaranya.

"Laos sayang… Itukan hanya rumor… Ayolah… Mana ada hantu di jaman sekarang." Vietnam mengelus rambut Laos, berusaha menenangkan personifikasi Negara tanpa laut tersebut.

"Hiks… Viet… Aku takut. Kita kan sudah menemukan rumahnya, kita pulang ya?" Ajak Laos di sela isakannya. Vietnam hanya mendengus pelan, tentu saja dia tak mau pulang, dia baru saja mendaki gunung untuk menemukan rumah yang dirumorkan berhantu! Jangan sampai usaha naik gunungnya sia-sia! Thailand dan Timor pun melakukan hal sama karena mereka juga tak mau tenaga mereka terbuang percuma.

"Aku mau ketemu Kambojaa!" Rengek Laos lagi dan memeluk Vietnam erat.

"Gini aja deh…" Vietnam melepaskan pelukan Laos dengan perlahan lalu menatap Laos dan tersenyum, "Kau tunggu disini sementara kami masuk kedalam. Cuma sebentar kok…" Bujuknya.

"Eeh…?!"

Vietnam sama sekali tak menggubris rasa panik Laos. Alih-alih, sang personifiikasi Negara krimson itu meninggalkan Laos dan menarik Thailand dan Timor leste kedalam rumah.

"Vieeet! Jangan tinggalkan aku sendiriaaan!" Jerit Laos ketakutan dan ikutan masuk kedalam rumah.

'Blam!'

Dan ketika kau masuk kesana

Kau akan disambut oleh suara detak jam abadi

Tik… Tok..

Tik… Tok—

"Kan sudah kubilang tunggu saja diluar."

"Aku takut diluar sendirian!"

Thailand menengahi kedua wanita tersebut dengan senyuman, "Sudah-sudah… sudah jauh-jauh kita kemari… coba lihat sekeliling ana~" Laos dan Vietnam pun melihat ruangan disekitar mereka.

Dalam rumah tersebut ternyata tidak semengerikan yang diceritakan rumor. Tidak seperti rumah hantu kebanyakan, rumah itu terlihat terlalu bersih untuk rumah yang tak pernah ditinggali. Dinding rumah tersebut bercat putih dengan lantai berkeramik marmer berwarna krim. Berdebu memang tapi tetap tak menghilangkan eksistensi keindahan yang dimiliki rumah tersebut. Hal yang mungkin terlihat mengerikan dari rumah tersebut paling hanya terlihat kalau semua jendela yang terlihat dirumah itu dijeruji besi.

"Rumah ini ngga ada seram-seramnya…" Komentar Timor ketika memperhatikan sekeliling. Thailand mengangguk setuju. Laos pun mulai bernafas tenang karena ketakutannya menguap. Vietnam memicingkan matanya dan memperhatikan debu disekitar ruangan. "Bukannya rumah ini terlalu bersih untuk rumah tak berpenghuni?" Komentarnya curiga.

PRANG!

"Gyaaa!" Laos memeluk Timor dengan erat sampai membuat gadis remaja tersebut kehabisan nafas. "Suara apa itu?" Pekiknya ketakutan.

"Tenanglah Laos…" Vietnam berusaha menenangkan Laos kebali. Ayolah… dia sudah lelah mendengar rengekan wanita cengeng itu. "Paling hanya tikus…"

"Coba kau periksa Viet… Supaya Laos lebih tenang. Setelah itu kita pulang ana~" Usul Thailand. Vietnam memberikan pandangan -Kenapa-Aku- kepada Thailand namun akhirnya dia setuju juga.

Vietnam berjalan masuk kelorong disebelah kanan dimana suara pecahan tersebut terdengar. Ia melewati dua pintu sampai akhirnya ia sampai kedapur. Disana ia menemukan piring yang pecah.

'Mungkin ada tikus yang tak sengaja menyenggol piring ini sampai jatuh' Batinnya sambil memperhatikan pecahan piring tersebut. Sebenarnya dia sedikit bingung kenapa bisa ada piring diatas meja rumah yang sudah lama tak dihuni? Tapi untuk apa juga memikirkan sesuatu yang tak begitu penting? Vietnam pun akhirnya mengambil sepotong pecahan kaca dan berniat kembali bersama Thailand, Laos dan Timor.

BRAK!

Suara bantingan atau mungkin pukulan terdengar cukup keras dari arah tepat dimana personifikasi Negara lain menunggu Vietnam. Vietnam nyaris berlari dengan segudang pertanyaan namun tak bisa dikarenakan asap yang entah darimana mengelilingi kaki kirinya dan membuatnya tak bisa berjalan. Asap itu seperti tali yang mengikat kaki kirinya.

"Gyaaa!"

Suara jeritan Laos!

Vietnam semakin panik dan berusaha melepaskan diri dari asap tersebut. Percuma, sekuat mungkin ia mengerahkan tenaganya tapi asap itu dengan kuat menahan kaki kirinya agar tak pergi menjauh.

'Tak ada yang bisa pergi dari sini.'

Samar Vietnam mendengar kata tersebut. Berulang-ulang dan semakin lama semakin jelas. Keringat dingin mengucur dari kulit putihnya dan wajahnya pun memutih. Asap yang mengikat kakinya yang entah bagaimana bisa mengikat kakinya semakin lama menyebar. Lama-lama asap itu mengupul dan menggelap. Mata cokelat terang Vietnam melebar, terutama ketika sebuah tangan muncul dari asap tersebut, berusaha menariknya.

"Tak ada yang bisa pergi dari sini."

"KYAAAA!" Vietnam menghentakan kakinya sekuat mungkin yang ia bisa. Tak diduga akhirnya asap yang mengikat kakinya terlepas. Dengan nafas memburu dan wajah yang pucat Vietnam berlari secepat mungkin menuju ruang pertama. Kosong, tak ada Thailand, Laos maupun Timor disana. Tidak ada yang menunggunya.

"THAILAND! LAOS! TIMOR!" Vietnam memanggil-manggil teman-temanya satu persatu berharap mendapatkan jawaban, sayang tak ada yang menjawab panggilanya tersebut. Merasa tak nyaman, Vietnam memperhatikan sekeliling yang ternyata sudah berubah kacau. Dinding putih yang bersih itu terlihat tergores disana-sini dan lantai keramiknya terdapat beberapa tetes darah. Tanpa pikir panjang Vietnam membuka pintu berusaha keluar, namun pintu kayu tersebut tak dapat dibuka sekeras apapun ia mendorong.

"Yang benar saja?!" Keringat dingin mengucur keluar membasahi kedua tangan juga wajahnya. Berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya. Apa yang terjadi? Kemana Thailand dan lainnya? Asap apa yang mengikat kakinya tadi?! Dan tangan itu…! Vietnam langsung bersandar pada pintu dan perlahan-lahan tubuhnya merosot turun. Nafasnya memburu karena panik. Tidak… Lebih tepatnya takut. Wanita berambut hitam itu menghapus keringat dingin dikeningnya. Ia lalu menatap dirinya sendiri dari balik cermin besar yang entah kenapa digantung didekat pintu masuk. Penampilanya terlihat kacau dengan wajahnya yang pucat dan nafas yang memburu.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya putus asa pada bayanganya sendiri dibalik cermin. Vietnam mendekatkan dirinya pada cermin besar tersebut untuk memperhatikan bayangan dirinya dengan lebih jelas. Bukan untuk melihat penampilanya saat ini yang kacau tapi untuk meyakinkan matanya sendiri. Entah bagaimana Vietnam merasa cermin itu tak memantulkan bayanganya dengan benar. Matanya yang cokelat terang terlihat sedikit berwarna ungu, baju hijau terangnya entah bagaimana terlihat berwarna hijau gelap. Mungkin karena pencahayaan? Entahlah… Vietnam sendiri tak yakin.

Tak mau mengambil pusing dengan bayanganya yang baginya aneh tersebut, Vietnam mulai memperhatikan sekeliling untuk mencari petunjuk tentang teman-temannya. Sunyi memenuhi ruangan sampai akhirnya suara desiran angin yang entah darimana mulai mengusik pendengar Vietnam.

Lama-lama desiran angin itu seperti berbicara padanya. Awalnya terdengar seperti gumaman tapi semakin lama semakin jelas.

"Tak akan ada yang bisa keluar."

"Karena sang tuan rumah sudah menemukan kalian."

"Su-Suara apa itu?!" Tanya Vietnam panik lalu melihat sekitar, mencari asal suara.

"VIETNAM JAUHI CERMINYA!" Vietnam langsung berbalik dan menatap Laos yang ternyata berdiri sekitar lima meter dari posisinya. Laos menunjuk sesuatu dibelakang Vietnam dengan ekspresi ketakutan. Vietnam pun akhirnya berbalik dan melihat bayangan dirinya didalam cermin itu sudah berubah. Dan… Bayangan itu mulai keluar dan menggerakan tanganya untuk merangkul sang Negara Krimson.

"Kalian tak akan keluar…"

Apa detak sang jam abadi terdengar olehmu?

0-0-0-0

Malaysia sedang sibuk menyusun kertas berisi data hasil rapatnya. Disampingnya terlihat Filipina yang juga sibuk mengemas data rapatnya. Kedua wanita tersebut terlihat sangat sibuk sampai tak menyadari terdapat seorang personifikasi berkulit cokelat dengan rambut hitam ikal yang acak-acakan berjalan mendekati mereka berdua. Ia menepuk pundak Malaysia secara tiba-tiba, membuat Malaysia memekik kaget dan menghentikan kegiatanya.

"Indon Bodoh! Jangan mengagetkanku begitu dong!"

Yang dipanggil bodoh hanya mencueki saja omelan kesal Malaysia. "Kau lihat Timor kaga? Tumben dia bolos rapat. Udah handphonenya ngga diangkat." Tanyanya lalu menghisap rokoknya dalam-dalam.

Malaysia mengedipkan matanya dua kali, "Eh? Vietnam ngga bilang?" Tanyanya bingung.

"Heh? Bilang apaan?!"

"Di rapat Kemarin kan kau bercerita salah satu rumah berhantu disekitar rumahmu. Itu lho rumah yang berada diatas gunung itu. Vietnam merasa penasaran jadi dia mengajak Timor untuk menunjukan jalannya. Kupikir Vietnam sudah bercerita padamu."

Indonesia menepuk keningnya ketika mendengar penjelasan Malaysia. "Kenapa aku harus menceritakan rumor bodoh itu?" Gumamnya kesal lalu menatap jam tangannya, "Gimana kalau Timor kenapa-napa? Tempatnya kan terpencil!"

Indonesia lalu menggumamkan omelan, terus dan terus sampai membuat kedua personifikasi yang sedang sibuk itu merasa risih. Tak tahan, akhirnya Filipina angkat bicara, "Kuya Nusa, kalau terlalu kahwatir kita pergi saja kesana untuk memeriksa. Aku temani deh~" Usulnya. Indonesia langsung terdiam dan menatap Filipina lekat.

"Serius?! Kalau begitu makasih!" Ucap Indonesia semangat lalu memeluk Filipina erat-erat.

"Apa sih yang ngga buat Kuya Nusa?" Ujar Filipina dengan nada menggoda namun tak disadari oleh Indonesia sendiri. Ia lalu memberikan tatapan sinis pada Malaysia yang menatapnya dengan pandangan kesal dan wajah yang sedikit merona karena emosi.

"Ka-Kalau begitu aku juga ikut! Aku ada urusan penting dengan Vietnam!" Jerit Malaysia kesal. Indonesia langsung menatapnya dan melepaskan pelukannya pada Filipina. "Bagus juga, aku membutuhkan mobilmu. Mesinnya kuat kan?" Malaysia mengangguk cepat, "Memangnya seberapa jauh tempatnya sih?" Tanyanya penasaran. Indonesia langsung menatap jam tanganya, "Tiga jam 30 menit dari sini dan sekitar 30 menit mendaki gunung" Jelasnya santai.

"Kalau begitu aku harus ganti baju!" Jerit Malaysia dan Filipina bersamaan. Indonesia mengangguk.

"Jelas… Mana Mungkin menggunakan baju kantor keatas gunung? Kalau bisa sih pakai saja baju kalian dijaman perang" Ucap Indonesia santai lalu mematikan puntung rokoknya diasbak.

0-0-0-0

Ini Prolog doang… lagi asik ngayal tiba-tiba ide cerita ini muncul begitu aja. Sedikit terinspirasi dengan hetaoni tapi alur ceritanya berbeda! Saya sangat mengucapkan terimakasih kepada Hayanime14 yang mau menjadi Beta Reader saya dan mau memperbaiki segala ke-typoan yang saya buat (Walau mungkin masih ada typo? tolong dimaklumi, Author ini rada rabun kalau masalah typo). Review?

Oh, untuk catatan saja Kuya dalam bahasa Filipina berarti Abang. Lalu kenapa Filipina memanggil Indonesia Nusa? Ah... Kapan-kapan saya jelaskan :V #KetabokReaders