LAST COLOR..

Disclaimer : VOCALOID (c) Crypton Future Media, .Ltd, 1st Place and Yamaha Corp.

(Goment, ada typos yang lolos dari sensor , alur kecepetan, Frasa kata yang kacau,dll)

( Fic ini terinspirasi oleh :

-VanaN'Ice best song "The Lost Memory, The Immoral Memory"

- dan Lagu SCL Project atau natsu-p yang lain, Fate : Rebirth and Imitation Black )

Happy reading~!

_

Fic pertama fandom Vocaloid harap maklum jika jelek XD, fans pemalau (ekhem) ini akhirnya mau berkeliaran.

_

I'm jealous of death because he takes all the people I love to place I can't find...

it's make me cry...

I hope if saying "goodbye", what I will disappear?.

That it's can will be?

...

saat matahari pagi menembus tirai penghalang, membuka batas bagi tirai kehidupan yang baru bersama dengan mengeliatnya seluruh alam, di sebuah rumah, atau lebih tepatnya di sebuah ruangan gelap yang masih belum tersentuh matahari. sebuah tabir kehidupan baru saja dibuka. Sepasang mata hijau kembali terbuka menyambut kehidupan yang baru dengan pandangan hampa.

di dalam kegelapan pemilik mata hijau itu mengangkat tangannya dan menerawang melalui celah jari miliknya dan tersenyum kecut.

"Kira-kira warna kehidupan apa yang akan kulihat selanjutnya..." terdiam sejenak, jari-jari kecilnya bergoyang seakan dapat menyentuh udara di sekelilingnya dengan jari-jarinya itu.

"Ketika pintu takdir ini dibuka..." menghela nafas pelan, sosok itu bangkit dari tempat tidurnya.

"...Aku tidak punya pilihan selain melewati pintu itu..."

secara bersamaan pintu kamar gelap itu tiba-tiba dibuka membuat cahaya matahari langsung masuk dengan terang dan membuat mata hijau itu menyipit.

"Ohayou Len"

Dan takdir baru pun dimulai..

. . . . .

Pagi hari yang indah ini di mulai dengan Len yang memerhatikan Gakupo yang mondar-mandir dan Kaito yang marah-marah dengan sebuah benda persegi ditangannya, ia sendiri sudah duduk anteng di meja makan dengan sepiring Omelet sebagai sarapan yang di hidangkan Kaito setelah Gakupo membangunkannya (ralat : membuka pintu kamarnya).

"Bagaimana ini, penjahit pakaian kita untuk konser selanjutnya di luar negeri dan tidak bisa dihubungi, apa aku sendiri yang harus menjahitnya, menyebalkan" seruan Frustasi Gakupo terdengar dari arah kamar sebelah, -tak paham-ia abaikan.

Mengalihkan perhatiannya dari Gakupo, ia menatap Kaito yang berdiri di depan Tv dengan benda persegi bernama ponsel yang berkedip-kedip gak jelas yang entah mengapa bisa membuat Kaito sangat emosian. "Ayolah, apa tidak bisa diundur?, Kami butuh LIBURAN, kami baru saja datang dari sedney, dan kau menyuruh kami terbang lagi untuk konser?" Kaito berdesis marah, dan ponselnya kembali berkedip beberapa kali.

Len mengangkat bahu-binggung-, ia menyingkirkan piring sarapannya yang telah ludes, ia memperbaiki ikat rambutnya dan bajunya yang acakan khas bangun tidur,sambil menatap keduanya.

"Gaku-Nii, Kai-Nii, Kalian inggin kubantu sesuatu?" ia menawarkan bantuan sambil tersenyum kecil sambil turun dari kursi makan.

Gakupo dan Kaito berhenti sejenak dari aktivitas mereka dan menatap kearahnya, Gakupo tersenyum kecil.

"Tidak perlu Len, aku bisa menyelesaikan pakaian ini sendirian, lagi pula kualitas jahitanku juga tidak buruk, akan kubuatkan kau pakaian yang imut dan..." 'sexy' kosa kata terakhir itu hanya diucapkan Gakupo dalam hati sambil memalingkan wajahnya dan tengelam dalam kain-kain warna-warni yang lebar, sedangkan Kaito hanya tersenyum kecil menangapi sambil mematikan ponselnya dan membelai rambutnya dan kemudiam mengecup pipinya sebentar dalam diam dan berlalu pergi.

sungguh pagi yang tenang dengan kecerian dari ketiganya,namun tidakah ada yang sadar, mata hijau itu tidak bahagia, entah apa yang akan menyambutnya dipintu takdir kali ini.

. . . . . . .

dapatkan nanti jika aku saja yang mengantikan posisi kalian?

symphoni paradoks ini begitu menyakitkan..

Gakupo sedang melilitkan pita hitam pada lengan Len dengan akhiran mawar merah sebagai akhiran timpaan pita hitam yang jadi hiasan baju Len yang akan menjadi Costum untuknya pada Konser mereka yang kata kaito (yang saat itu sambil marah-marah) tidak bisa dibatalkan itu, sedangkan disampingnya Kaito tengah mencoba topi Hitam mawar merahnya untuk costum miliknya sambil memainkannya.

"Wah, Cocok! Ternyata Skillku hebat juga" Gakupo bergumam Narsis memuji dirinya sendiri sambil memandang kearah Costum buatannya yang terlihat rumit dengan pita-pita yang tengah dikenakan oleh Len. sedangkan disampingnya Kaito juga ikut-ikutan terpesona pada sosok Len.

"Kau terlihat Kawaii Len!" ia bergumam, pipi Len sedikit memerah saat mendengarnya, ahh dasar bocah naif. namun tiba-tiba pandangannya beralih kearah topi mawar miliknya.

"Tapi semua ini bukan kerena Costum buatanmu terong, tapi Len sudah kawaii dari dulu, dan lihatlah topi jelek apa yang kau buatkan untukku, apa-apaan ini!" Kaito menghina Gakupo, yang langsung membuat Gakupo murka.

"Apaa!!, Kembalikan topi jutaan yen milikku" Gakupo merebut topi kecil buatannya itu dengan pandangan bengis, lalu aliran listrik statis muncul diantara kedua mata mereka yang bertatapan ala rival. sedangkan Len yang melihatnya hanya tertawa kecil.

"Sudah Hentikan!" ia berjalan kearah keduanya dan..

Huft..

memeluk keduanya secara bersamaan dengan erat, dan sambil tersenyum kecil.

"Aku sayang Kalian" ia bergumam dan menengelamkan wajahnya dipakaian keduanya. pandangan Kaito melunak, ia balas memeluk Len."Aku juga menyayangimu Len" Kaito bergumam, yang terakhir adalah Gakupo yang memeluk keduanya sambil menutup matanya menakmati sensasi pelukan pundak itu."Aku menyayangi kalian berdua" ia bergumam sambil merengkuh keduanya dengan erat, seakan takut kehilangan keduanya.

.. .. .. ..

Konser peluncuran album terbaru mereka yang sukses membuat mereka beberapa kali harus rela meningalkan negeri tercinta mereka untuk terbang dan mengadakan konser dinegara yang mengundang mereka.

seperti sekarang, pada Konser yang tak bisa dibatalkan itu, Sehabis menyanyikan lagu utama pada album terbaru mereka. Len tersenyum khas miliknya ketika orang banyak bersorak-sorai ramai memangil namanya dengan histeris. Dia berterima kasih pada semuanya sebagai penutup, dan para fans juga makin histeris ketika panggung mulai gelap dan lampu sorot bergerak menyorot kearah ketiganya.

Tirai ditutup...

Kemudian Gakupo, Kaito, dan dirinya berjalan pergi kearah belakang panggung, merasa senang- Len berputar dalam gaun Rumit putih-hitamnya yang indah, sedangkan Gakupo tersenyum melihatnya, Kerena terlalu semangat ia menginjak pita hitamnya dan jatuh terjerembab, membuat Kaito menertawakannya, diikuti Gakupo yang tertawa kecil, dan yang terakhir Len sendiri yang menertawakan dirinya.

Ditengah kemerlap lampu ia tersenyum pada dua pria lain yang sangat ia sayangi itu. "Pertunjukannya berjalan bagus, bukankah begitu?" Senyum Len melebar, namun belum sempat keduanya membalas, tiba-tiba ia berdiri dari posisinya dan berjalan cepat pergi sambil menarik Gakupo dan Kaito begitu melihat dibalik tirai itu ada tatapan agresif blink-blingk di antara para pria yang memegang spanduk bertuliskan 'LENNY-chan'~.

Karena mereka mulai mendapatkan ketenaran yang lebih banyak dan membuat menghabiskan lebih banyak waktu bersama satu sama lain, hubungan mereka bahkan lebih daripada teman biasa atau bisa dibilang sudah seperti keluarga.

"Aku rasa suaramu tadi ada sedikit berbeda Kaito, kau agak sedikit melenceng dari tempo lagu" Gakupo mengomentari Kaito, sedangkan Kaito sendiri melirik kearahnya dengan pandangan tajam.

"Ohya?!, Kurasa kau juga melakukan kesalahan disaat seharusnya kita menyanyikan nada tinggi itu!!, Kau terlihat hanya bergumam" Kaito balas menimpali, membuat suasana menjadi agak panas.

tampaknya keadaan mereka mulai memburuk. Lebih buruk lagi, Len merasa argumen keduanya telah membuat mereka mengabaikan dirinya.

Dia menarik baju keduanya untuk mencoba untuk mendapatkan perhatian mereka, ia meraih tangan keduanya, membuat mawar merah yang diikat dengan pita hitam dibaju masing-masing bergoyang seakan tengah disatukan.

"Hei malam ini kita harus benar-benar berpesta!..." Dia menawarkan sesuatu sambil tersenyum, yang entah mengapa berbeda dari biasanya.. "Kita sudah pergi ke satu pertunjukan ke pertunjukan berikutnya. Kita butuh liburan, Hanya Malam ini biarkan hanya menjadi milik kita bertiga." Matanya bersinar cerah, sedangkan Gakupo dan Kaito hanya menganguk meng'iya'kan. cahaya redup belakang panggung tidak cukup untuk meredam pesona yang Len tunjukan pada mereka.

Gakupo tersenyum hangat kepada Len dan menepuk rambut model pisangnya "Aku pasti akan menikmati itu." Dia menepuk kepala Len dengan gemas, sedangkan Kaito angkat berbicara, "Itu pasti akan sangat menyenangkan, Nee Apa yang ingin kau lakukan pertama kali,Len?"

Len terdiam dan berpikir sejenak. "Uhnmm, Kita bisa mendapatkan kamar hotel dan berpura-pura menjadi bintang-bintang rock. Lalu mengadakan pesta besar dengan banyak orang!" Len tersenyum dan tertawa kecil. Gakupo mengagumi sifat Len yang sedikit naif; selama dia mengenalnya Len tampaknya selalu berusaha bersikap keras, tetapi selalu lucu dimatanya. Kaito menyeringai menyukai gagasan Len. mereka mulai bergumam tentang pesta gila apa yang akan dibuat, apalagi dengan begitu banyak orang, Nah ditengah banyak orang itu yang dia pikir dia mungkin bisa mendapatkan moment dan kesempatan untuk menguasai Len untuk dirinya sendiri.

Bagi Kaito dan Gakupo, ini bukanlah persaingan lembut yang disebabkan oleh kesuksesan yang membuat ketiganya bersama tergabung dalam satu group, tetapi pertempuran yang terus berlangsung dari hati yang terus mereka lancarkan karena mereka berdua meresakan perasaan yang sama terhadap Len.

Len terdiam, Aura rival menguar membentuk ketegangan yang membuatnya gugup, mengalihkan pandangannya dari sekeliling ia menatap Kaito dan bertanya, "Bisakah saat berkumpul dalam pesta, kita tetap bersama-sama?"

Terhempas kenyataan, Kaito menarik dirinya dari pikirannya yang dalam mengalang buana kesana-kemari "Huh, oh ya tentu saja." ia bergumam datar, Len lalu mengalihkan pandangannya kearah Gakupo, "Kita buat pesta khas kita bersama, oke, aku akan bekerja untuk mendapatkan ruangan untuk itu dan kita akan bertemu di sana, ok." Gakupo mengangguk ketika tangan Len terlepas dari tangan keduanya dan Len bergegas berlari menyusuri lorong dan masuk ke ruang ganti.

Gakupo berbalik menghadap Kaito,menatapnya dengan pandangan intimidasi "Jangan mengacaukan ini pesta ini, ini untuk Len, tetap fokus dan nikmati saja" Kaito mendengus dan mengalihkan pandangan kearah lain. "Mungkin kamu harus mencoba untuk tidak menakut-nakuti orang, kamu tahu semua orang mengira kamu yang paling tidak menarik di dalam grup kita." Gakupo mulai tersulut tetapi ditahan kemarahannya dalam diam, ia tidak ingin memperpanjang masalah. Dia berbalik dan berjalan kearah lobi untuk mencari dan mengundang orang kepesta mereka. Kaito memperhatikannya pergi hingga punggung pemuda bersurai ungu itu menghilang dibalin tembok , menggelengkan kepalanya, lalu ia berjalan pergi ke ruang ganti untuk memanggil beberapa bantuan.

*Beberapa jam kemudian*

Pesta itu berjalan dengan baik, pria maupun wanita bergerak di sekitar ruangan aula sambil berdansa dengan minuman yang digenggam di tangan mereka masing-masing. Kaito, Gakupo, dan Len menemukan diri mereka di ruangan yang berbeda 'terpisah-pisah ketika para fans masing-masing mengepung mereka dan menanyai mereka tiada henti. Len sendiri sedang duduk di kursi tanpa sandaran dengan kaki yang disilangkan. Dia sendiri telah menganti pakaiannya menjadi gaun putih sederhana yang pernah di kenakannya saat tampil di salah satu video musik mereka.

Dia memastikan bahwa semua berjalan lancar, sifatnya yang manis adalah ciri khasnya pada band, dan juga bagaimana orang mengenalnya dan dia suka menjaga Imej itu. Video musik mereka diputar dengan keras dari ruangan dimana kaito dikelilingi Fans miliknya.

Dia membual tentang hal-hal yang berbeda dan rata-rata ia karang sendiri, seperti peran dengan pesonanya sedikit 'nakal' dalam grup. Dia memanipulasi fans di sekitarnya dengan cara aneh miliknya yang jelas menjengkelkam tapi itu berhasil membuat fansnya justru semakin girang. diruang sebelahnya Gakupo berdiri di dinding ruangan dengan banyak wanita di sekitarnya berbicara dengannya tentang beberapa kerenya ia saat menyanyi solo pada album lagu mereka. "Gakupo hebat dalam memberi orang apa yang ingin mereka lihat" begitulah komentar mereka, "Dia memiliki bakat untuk membaca keinginan dan juga tampaknya menjadi yang paling dewasa dalam kelompok"... "Banyak orang tertarik padanya karena ini " dan komentar lainnya yang hanya membuat Gakupo terus melambung.

Saat malam berlalu, ada keheningan kecil disaat musik berhenti dan siap berubah lagu. Gakupo sempat mendengar namanya disebut dari tempat Kaito berada. Kaito menghibur atau menghinanya(?) kepada sekelompok kecil orang yang mengelilinginya dan mengatakan hal-hal seperti "... tentu saja Gakupo bukan bakat utama grup kami, Len memiliki suara yang manis dan keterampilan gitar yang hebat, aku tahu cara bermain bass dan memiliki suara yang sangat menenangkan Kami bisa dengan jujur bergaul dengan baik tanpa dia ..., "

Gakupo keluar dari ruangannya dan mendatangi Kaito sambil mendorongnya kearah dinding, ia mengindahkan orang-orang disekelilingnya yang mulai berhamburan keluar dan memadati pintu masuk(menyaksikan), ia menarik Kaito dibagian baju kaosnya. Mata mereka bertemu dalam tatapan yang seakan tengah berkata'apa maumu?Hahah!!'

Seluruh tubuh Gakupo menegang "Kenapa kamu tidak mengatakan itu langsung kepadaku,Bodoh! kau membuat Citraku jelek" Kaito tertawa, tawanya jelas terdengar mengejek, Gakupo mendengung- marah.

"Kamu payah! Kamu tidak akan punya ketenaran jika bukan karena Len dan aku." Gakupo mendorongnya kearah ke kursi, menyeringai mengerikan, dia merasa tidak ada alasan untuk menahan diri. "Kalau begitu kenapa kau tidak memberi tahu semua orang bahwa sebenarnya kau tidak tahu cara membawa nada atau bahkan memegang gitar sampai aku menunjukkan padamu bagaimana cara melakukannya?" Beberapa orang tersentak, tanpa sadar saling mendorong sehingga membuat ruangan itu makin ricuh. Mereka menunggu untuk melihat di mana pertarungan akan terjadi ..

Len mulai mendengar teriakan itu dan bergegas kearah ruangan dimana keduanya beradanya.

Deg...

seolah familiar dengan adegan ini ia, memegang kepalanya memori bagaimana pintu takdir sebelumnya mengalir di ingatannya, Jamuan terakhir, boneka, terhapus, sisi gelap, hidup abadi sakura, dan bunuh diri cinta segetiga itu tergambar jelas di inggatannya.

"HENTIKAN!!"len berteriak.

aku tidak mau kalian mati lagi...

"Gakupo! Kaito! Tolong hentikan ini!" Dia mencoba menghentikan musik dan tetus teriakan. Kaito berdiri didepan wajah Gakupo dengan pandangan yang sangat menusuk. "Kau telah menahan Len sejak awal! Kau tahu aku harus bekerja dua kali lebih keras agar kau tidak membuatnya diam!" Gakupo memalingkan wajahnya. "Len bahkan tidak peduli padamu aku bisa bertanya padanya sekarang dia lebih suka kau pergi!" Kaito meraih kaos Gakupo dan mendorongnya. Gakupo menghunus pedang miliknya yang ada dalam Album musik Lovelesxxx , yang banyak orang percaya itu adalah bagian dari pakaian panggungnya tetapi sebenarnya, itu nyata. Kaito juga ikut menghunuskan senjatanya yang juga nyata. Keduanya siap, di tangan gila mereka, senjata-senjata ini siap untuk mengambil darah dari satu sama lain. Len menjatuhkan barang disekitarnya dan berteriak. "HENTIKAN!!!".

air mata membasahi pipinya walau tanpa ia sadari disudut mata kirinya yang turun bukanlah air mata tapi darah.

Semua orang terdiam, tiba-tiba cahaya pagi muncul dibalik dinding memecah cakrawala tetapi langit mendung menutupi sebagiannya dari cahayanya. Len menghapus air mata (darah) yang ada di wajahnya. "Kalian berdua tidak mengerti! Kalian berdua tidak ingat pernah memori kematian itu! Hiks..., tapi ahh, kalian takan mengerti!" dia menyeka air mata dan berlari melewati kerumunan, menuju keluar dari ruangan.

Gakupo dan Kaito tetap membeku ditempat mereka sejenak, segera mengendurkan cengkeraman mereka pada senjata mereka dan menyingkirkan senjata itu. Kaito dan Gakupo bertukar pandangan kemarahan dan kemudian tiba-tiba, sebuah pukulan datang kearah mereka. Di ruang yang penuh sesak itu sulit untuk mengetahui siapa yang telah melakukannya, tetapi segera seluruh ruangan diserap dalam perkelahian.

Kaito melepaskan diri setelah beberapa saat tengelam dalam kerumunan, bergegas ke tempat yang diyakininya Len ada disitu, ' atap'. Gakupo berhasil keluar juga dan ikut mengejarnya. Kaito masuk ke lift dan membuat pintu mulai menutup. Dia berbalik dan melihat Gakupo dan menjulurkan lidahnya dan pintupun tertutup. Gakupo menggedor pintu saat tertutup, dan secara pasti lift pun berjalan naik meningalkan Gakupo yang malang yang harus mengejarnya tangga.

"Dasar Sialan!!" dia menggeram. Dia melihat kearah tangga dan mulai berlari, Pakaiannya yang compang-camping akibat perkelahian itu berkibar saat tubuhnya berlari ke atas. Dia ingin segera menemui Len lebih dulu dengan harapan dapat menjelaskan kesalahpahaman ini, dengan harapan menyelamatkan apa yang tersisa dari hubungan mereka. Kaito bersandar di belakang lift sambil berpikir, dia memikirkan permintaan maaf. Sebanyak apapun dia membenci Gakupo sekarang, dia tidak pernah ingin menyakiti Len.

. . . . . . .

Haruskan ini berakhir?

mengapa pintu takdir yang terbuka terus menerus memperlihatkan kematian kalian padaku...

Len duduk di tepi atap sambil menangis, dia membenci apa yang telah mereka alami, semunya, segalanya..tetapi yang paling dibencinya, yang berada paling puncak dalam list bencinya adalah..Takdir : kelahiran kembali yang berulang, ia pernah terlahir sebagai putri kologmerat, lalu juga pernah jadi perampok, tukang fitnah(?), bocah yatim, boneka, bahkan sebagai bunga sakura yang jatuh juga pernah.

dan pada kelahiran itu ia selalu bertemu Gakupp dan Kaito. justru rasa cintanya yang justru makin dalam.

Ia yang mencintai keduanya terlalu dalam...

Dia adalah akar dari masalah mereka, kemarahan mereka, kesedihan mereka, kegilaan mereka. Dia merindukan saat-saat mereka menghabiskan waktu bersama, bermain musik dan menikmati diri mereka sendiri, persahabatan mereka lebih dari apa pun yang pernah dia minta, cinta gabungan mereka pernah begitu berarti tetapi sekarang memudar, dikaburkan oleh kebencian. Len berhasil membersihkan jejak air mata yang tersisa, dia memandang lurus ke seberang jalan. Senyum aneh mulai muncul diwajahnya dan perlahan dia mulai tertawa. Sebuah pikiran muncul di kepalanya, dia tidak bisa mengabaikannya. Itu adalah solusi untuk ini semua. Tawanya menjadi tenang dan hanya senyuman sedih tetap dia berdiri dan melepas sepatunya*.

ia adalah komponen warna itu, sambil merentangkan tangannya ia merasa fajar seolah menyambutnya.

aku adalah warna itu...

maka untuk mengakhirinya

Pintu terbuka untuk lift dan tangga, dengan Gakupo dan Kaito terengah-engah saat melihat Len berdiri di tepi gedung. Mereka berteriak "LEN!" serempak. Len melihat kebelakang dengan senyumannya yang terlihat menyedihkan, "Ingat ... Aku sangat mencintai kalian berdua." tiba-tiba tanpa aba-aba ia ia melompat,mengakhir kehidupan dan warna miliknya. tubuhnya yang kecil dengan cepat jatuh dan hilang dari pandangan, sedangkan didepan pintu atap Kaito dan Gakupo membeku, Terdengar kata-kata Len bergema di telinga mereka.

aku akan menjadi warna terakhir..

The Last Color...

Merah...

Tersadar dari lamunan mereka berlari kebawah hanya untuk menemukan kenyataan hati mereka hancur. Keduanya dengan cepat berlari menuruni tangga, bahkan langsung melompat ke lantai. jerita orang-orang terdengar ketika Len berbaring dengan tenang diatas tanah, dengan warna merah yang menodai gaun hitam putih miliknya, Selain itu, wajahnya yang damai membuat dia tampak seperti malaikat yang jatuh. Pita hitam ditata rapi disekitarnya dengan cara di sekitarnya yang sepertinya telah mengikatnya ke tanah. Kaito dan Gakupo bergegas ke arah Len, keduanya mengambil tubuh lunglai itu dan memeluknya dan menangis dipenghujung pagi itu.

...

Gakupo dan Kaito sendirian di gereja setelah upacara pemakaman untuk Len. Hujan membasahi pekarangan di luar; ritme tetesnya terdengar mengema di dalam bangunan yang sunyi itu. Sejak kejadian itu, mereka merasa seperti boneka dari diri mereka sendiri. Mereka tidak berbicara atau melihat satu sama lain sejak mereka mulai diinterogasi. Gakupo duduk di bangku di satu sisi gereja, Kaito berada di sisi yang berlawanan. Gakupo merasakan air matanya datang dan mengalir pelan, hal yang sama juga terjadi pada Kaito, keduanya laksana boneka tanpa pemilk tidak dapat menahannya kesedihannya saat pemiliknya mati dan akan mati juga ketika rusak.

Kaito berbicara lebih dulu. "Jika kamu bisa saja membiarkannya berlalu maka semua ini tidak akan terjadi!" Gakupo berdiri, air mata menetas melewati pipinya.

"Jika kamu tidak membuka mulutmu maka ini tidak akan terjadi!" ia membalas , Keduanya berjalan ketengah ruangan dan siap untuk bertarung sekali lagi, namun tiba-tiba sebuah suara dari luar serasa memanggil keduanya.

"Kaito! Gakupo!" Mereka berdua terdiam karena suara itu menakutkan dan amat familiar , tetapi mereka yakin tak salah lagi. Mereka berdua hanya saling menatap ingin mendapat konfirmasi dari yang lain tentang apa yang baru saja mereka dengar. "Kaito!" suara itu terdiam "Gakupo!" Gakupo dan Kaito menjauh satu sama lain dengan cepat.

Kaito menggeram "Apa-apaan ini ... lelucon macam apa ini, apa kau yang melakukannya !!"

Gakupo mengerutkan kening. "Aku tidak melakukan ini, beraninya kau menuduhku!"

pintu yang tertutup tiba-tiba terbuka dan Bunga-bunga itu muncul menyapu pakaian mereka sambil membentuk jalan untuk mereka mencapai pangkal bukit.

Sosok yang kabur itu mulai berbisik,

"Ingatlah..." Gakupo dan Kaito perlahan berjalan menuju bukit itu. Sosok itu mulai menjadi lebih jelas, Lenlah yang berdiri di sana! Matanya tertutup oleh penutup mata hitam dan ada sebuah senyum di wajahnya, ekspresinya seakan sangat menikmati keindahan dan kedamaian disekelilingnya itu. Namun salah satu matanya tampak terluka dan itulah yang tertutup; itu adalah mata yang sama yang agak hancur saat tubuhya jatuh dari gedung. Gakupo dan Kaito berjalan pergi dan mengambil posisi masing-masing kedua sisinya,mencoba memeluk sosok itu. Len tersenyum dan mengambil tangan mereka, dan untuk kedua kalinya pita hitam ditangan mereka bergoyang.

Air mata turun dari mata Kaito dan Gakupo ketika Len meremas tangan mereka. "Maaf, aku tidak ingin kalian berdua lupa,walau kenyataanya hanya aku yang inggat kenangan tentang kelahiran kita yang sebelumnya. Kata-kata yang aku ucapkan, itu tidak palsu." Pintu-pintu gereja terbuka dan terlepas dari kenyataan hujan sangat deras, matahari bersinar. Area di luar tampak berubah menjadi ladang bunga kuning dengan jalur mawar merah yang tampaknya diatur khusus untuk dilalui oleh mereka.

Mawar berduri tajam..

Mereka berdua menatap syok kearah Len tiba-tiba menghilang dan muncul dari kejauhan. Suara itu memanggil lagi sekarang terdengar lebih jauh, "Gakupo, Kaito!" Kali ini mereka merespon dengan perlahan-lahan berjalan ke luar, menutupi mata mereka saat cahaya matahari membutakan mereka untuk sesaat. Gereja tampak lenyap dan di ujung jalan mawar merah, yang mengarah ke bukit, berdiri sosok itu, Len yang tersenyum dan melambaikan tangan. Kaito dan Gakupo berlari bersama, bukan berlomba satu sama lain, tetapi, dengan cara, berlari melalui potongan-potongan mawar duri menyengat bersama-sama. untuk mengapai dia, mengapai Len.

...

sangat menyusahkan...

saat matahari bersinar...

memandang dirimu yang memudar..

Imitasi yang membutakanku...

Gakupo berhenti berlari, ia sadar seberapa jauhpun ia berlari, ia tak akan pernah sampai ketempat Len "Jika saja aku bisa mengulang malam itu lagi, aku akan melakukannya. Aku akan mengambil semuanya kembali,Waktu itu pasti akan aku habiskan sebaik mungkin." Kaito mengangguk pelan, setuju. Senyuman Naif milik Len terbayang diingatannya

"Aku ingin kalian berdua mengingat tapi aku tidak ingin kalian berdua bersedih. Aku mencintaimu, aku tidak akan membiarkanmu melupakan itu, aku akan memanggilnya bahkan jika suaraku akan menjadi serak dan menghilang" Len bergumam sedih.

Len akhirnya bisa didekati, Kaito langsung memeluknya dengan sangat erat, ia takut Len akan menghilang.

Kaito perlahan meraih tengkuk Len dan menciumnya tepat dibibir, sedangkan tangannya yang lain melepas ikat rambut Len sedangkan Gakupo dibelakangnya sendiri meraih sebuah bunga kuning yang ada disekelilingnya dan memberikannya pada Len. Dia tersenyum sendu mencium bunga itu sebelum menaruhnya di rambut Len yang kini tergerai.

"Ingat ... tolong lupakanlah aku" Dia memegang tangan keduanya sekali lagi, dan untuk terakhir kalinya.

Segala sesuatu di sekitar mereka berdua mulai memudar menjadi kelopak bunga kuning mariagold, putih Lily, biru Forget me not , ungu, pink Sakura dan terakhir merah Camelia yang berterbangan kearah langit, tersenyum kearah mereka perlahan namun pasti Len juga mulai menghilang tetapi tangan mereka seolah masing mengengam tangan Len yang menjadi Transparan dan menghilang, mereka saling memandang . Gakupo dan Kaito melihat ke tempat diujung bukit ini. hujan turun membasahi keduanya. Setelah lama terdiam, mereka berdua berbicara bersamaan

"Mengigatmu aku menyadari aku akan jatuh dalam kegelapan ..." Angin bertiup pelan membawa pesan suara Len yang berbisik pelan

"Remember"

Plesse Don't Remember me

End...

A/N : *melepaskan sepatu adalah gaya (?) orang jepang bunuh diri yang artinya aku tidak membutuhkan dunia ini lagi..

Miraii Note : ini adalah fic milik Onee-chan yang aku remake,maaf jelek kerena menerjemahkan itu tidak mudah#ditendang.