Diamond Sparkle
Author : Sanao Mikaru
Warning : Contain Sho-ai [boy x boy], spoiler alert, dan karakter yang ooc.
Pair : DracoNaruto [DraNaru], LuciusNarcissa, surprise pairing, yang lain akan menyusul. ^.~
Rating : T
Summary : Naruto yang berumur satu tahun ditemukan oleh Lucius Malfoy. Naruto Malfoypun menjadi diamond di tengah-tengah keluarga Malfoy dan tentunya salah satu diamond yang ada di negeri sihir.
Diamond Sparkle
Chapter 1 : Little Diamond
"Narcissa." Wanita yang sedang memberi makan si kecil Draco, menghentikan aktifitasnya dan melihat ke arah suami yang memanggilnya.
"Ada apa Lucius?"
"Aku menemukannya di halaman rumah kita." Sosok yang dipangku Lucius adalah anak yang berumur satu tahun. Anak ini memiliki rambut pirang dan mata biru yang terlihat sangat bersinar. Kedua tangan dan kakinya ia hentakan ke arah depan, sesekali mengenai Lucius. Narcissa yang melihat wajah Lucius yang meringis terkena hentakan tangan, tersenyum kecil.
Narcissa mengarahkan tangannya lalu mengelus-elus pipi anak itu. Anak itu tertawa lalu berbicara dengan bahasa bayinya. Masih dengan wajah tersenyum, Narcissa mengalihkan pandangannya dari anak tersebut, "Lucius. Apakah anak ini ditinggalkan oleh orang tuanya?" Nada Narcissa yang lembut berubah menjadi keras.
"Jika ditinggalkan di sini, itu tidak mungkin. Aku sudah memasang barrier di sekitar rumah, dan tidak ada sinyal ada yang memasuki barrier." Istrinya menganggukan kepalanya. Setelah kelahiran Draco, Lucius semakin memerlihatkan sisi lembutnya. Dia bahkan semakin meluangkan waktu untuk anak dan istrinya.
"Dari surat yang aku temukan. Sepertinya sang ayah meninggal dalam sebuah peperangan dan anak ini salah satu korban. Di surat ini tidak diketahui apakah sang ibu masih hidup atau tidak. Dan sepertinya nama anak ini adalah Naruto Uzumaki-Namikaze. Dengan ayah Minato Namikaze, dan ibu Kushina Uzumaki."
"Kalau begitu mengapa tidak kita lihat saja family line miliknya?"
Tanpa bicara apa-apa, Lucius segera mengucapkan mantra dalam bahasa latin. Seketika munculah cahaya hijau muda yang memerlihatkan family line milik Naruto. Setelah melihat family line, ekspresi wajah Lucius dan Narcissa berubah. Simpati dan kasih sayang terlihat dari mata keduanya.
"Sepertinya ibunya pun meninggal." Kesunyianpun menyelimuti pasangan ini. Hanya terdengar suara Draco yang sedang memainkan makanannya.
"Diapun mempunyai darah murni. Lucius, bagaimana jika kita adopsi dia?" Tanya Narcissa pada suaminya. "Aku yang akan mengurusnya. Aku bersumpah aku tidak akan menyusahkanmu."
Lucius terkejut mendengar istrinya berbicara seperti itu, perlahan senyuman kecil terlukis di wajahnya. Dia menghampiri Narcissa lalu memeluk istrinya itu dengan hati-hati karena Naruto yang masih berada di tangannya. "Narcissa sayang, aku tidak mungkin membiarkanmu mengurus Naruto seorang diri."
"Jadi, kamu setuju."
"Tentu saja."
Narcissa segera mengambil Naruto lalu menggendongnya. Dia berjalan ke arah Draco yang masih memainkan sendoknya. Mendengar ibunya berjalan mendekatinya, Draco mengalihkan pandangannya dari makanan menuju ibunya. "Draco perkenalkan, ini adikmu yang baru, namanya Naruto."
Dengan mata silvernya, Draco melihat sosok yang lebih muda darinya itu dengan penuh rasa keingintahuan. "Na..rlluto?" Naruto yang merasa dirinya dipanggil hanya bisa menghentakan tangan dan kakinya.
Lucius dan Narcissa tersenyum lembut melihat kedua anak mereka.
- 9 tahun kemudian-
"Aniue!" Terdengar jeritan dari lantai dua Malfoy manor.
"Naruto! Jangan berteriak!" Narcissa yang berada di ruang makan lantai satu berteriak menasihati putra bungsunya itu.
"Ukh.. Pagi-pagi sudah ribut. Ada apa dengan kedua anak itu?" Lucius yang sedang melihat koran versi dunia sihir itu mengerutkan dahinya. Narcissa menjawab pertanyaannya hanya dengan sebuah gelengan kepala.
Beberapa menit kemudian terlihat Naruto yang memakai pakaian yang biasa dikenakan oleh murid-murid Hogwarts, menuruni tangga menuju ruang makan. "Pagi mah, pah." Lucius menganggukan kepalanya sedangkan Narcissa membalas sapaan Naruto.
"Pagi Naruto."
Tidak lama setelah Naruto duduk di kursinya, Draco menuju ruang makan dan duduk di samping Naruto.
"Huh. Mengapa Naruto juga pergi ke Hogwarts bersama denganku?"
"Karena Naruto pintar, dia mendapatkan surat dari Hogwarts lebih awal." balas Lucius dengan cepat.
Sedangkan Naruto menunduk, "Apa Aniue tidak ingin bersamaku?" Naruto bertanya dengan suara kecil. Draco yang mendengar pertanyaan Naruto, langsung menjawab dengan cepat. "Te-tentu saja aku ingin bersamamu. Aku senang sekali kamu akan pergi bersamaku ke Hogwarts."
Naruto yang mendengar jawaban dari Draco tersenyum senang. Narcissa yang melihat kedua anak itu pun tersenyum kecil. "Oh ya, Draco. Jaga baik-baik Naruto."
"Pasti mah." Dengan suara lantang Draco berkata seperti itu. Narutopun tertawa terkekeh-kekeh. "Terima kasih Aniue."
"Sama-sama." Setelah itu mereka berdua melanjutkan makan. Senyuman Narcissa belum juga pudar. 'Hmm.. Jadi ingat hari itu….'
~Flash back
"Narcissa sepertinya kita tidak bisa mengadopsi Naruto." Narcissa yang terkejut karena perkataan Lucius, langsung menghampiri suaminya.
"Mengapa Lucius?"
"Entah mengapa nama keluarganya tidak berganti." Mendengar hal itu, Narcissa menundukan kepalanya. Ia mengkerutkan dahinya, berpikir bagaimana caranya agar Naruto bisa menjadi seorang Malfoy.
Lucius memandang sosok istrinya dengan pandangan khawatir. Meskipun matanya tetap dingin namun ada sebuah kilatan yang memancarkan kasih sayang kepada istri tercintanya itu.
Ia menunggu Narcissa mengatakan sesuatu. Setelah beberapa menit, suasana yang tercipta masih sunyi. Lucius memutuskan untuk membuka mulutnya.
"Narcissa?" apa kamu baik-baik saja... Sebenarnya itulah kata-kata yang ingin diucapkan oleh Lucius. Tetapi, karena ajaran dari ayahanda tercintanya masih melekat dalam dirinya, dan mengukuhkan sosoknya menjadi seorang Malfoy. Ia hanya dapat mengucapkan sebagian kata yang menyatakan ia sangat menyayangi Narcissa dan Draco.
Untuk Narcissa, itu bukanlah hal negative dari Lucius, malah itu adalah perubahan yang luar biasa. Lucius sangat berubah ke arah yang lebih baik dibandingkan dulu, saat ia masih berada di Hogwarts. Mungkin kematian ayahnyalah yang merubahnya. Dan karena kehadiran si kecil Draco yang semakin lama melumerkan hati dan pandangan matanya.
"Aku baik-baik saja." jawab Narcissa dengan nada tenang. Bertahun-tahun hidup dengan Lucius, Narcissa telah mendapatkan banyak pelajaran berharga. Meskipun bahtera rumah tangga mereka tidak seperti mengarungi danau. Tapi Narcissa benar-benar bersyukur, ia telah menikah dengan Lucius. Ia pun mulai memahami bagaimana Lucius bertindak, bagaimana ia berkata, kebiasaanya, kesukaannya, yang dibencinya, dan lain sebagainya.
Sunyi kembali menyelimuti mereka berdua. Narcissa menolehkan kepalanya ke arah tempat tidur di mana Draco duduk dan memainkan mainannya. Sekelibat ada pikiran yang menghampiri Narcissa sedari ia pertama kali memangku Naruto. Narcissa memandang Lucius, dengan hati mantap, ia berkata.
"Kalau begitu. Kita jodohkan saja Naruto dengan Draco." Lucius memandang Narcissa dengan tatapan 'are you sure?' tentu saja Narcissa membalas tatapan Lucius dengan mata membara yang memerlihatkan ketetapan hatinya.
Lucius hanya menghela napas, entah apa yang harus ia lakukan untuk mengubah pendirian istrinya itu. Pendirian Narcissa tidak mudah untuk diubah.
Memang, jika dilihat dari segi kebangsawanan. Naruto tidak diragukan lagi, dengan darah murninya menunjukan ia adalah seorang darah biru dari bangsa wizard. Itu bisa menguntungkan dari segi politik yang bisa didapatkan dikemudian hari. Segi ekonomi dan sosial itu bukan merupakan masalah besar. Dan yang terakhir adalah keturunan, dan itu bisa diusahakan. Lagipula menjodohkan Naruto dengan Draco tampak menarik [menyenangkan?] bagi Lucius.
Narcissa masih menatap Lucius menunggu jawaban darinya. Melihat tingkahnya telah membuat istrinya menunggu. Lucius menganggukan kepalanya. "Ya. Lagipula, sepertinya sesuatu yang tersegel di dalam Naruto, bisa membantunya di masa depan." Itu pun menjadi salah satu faktor yang mungkin menguntungkan.
Lucius segera merubah mantranya. Dan seketika, tulisan di kertas yang berada di tangan Lucius berganti menjadi:
Naruto Malfoy nee Uzumaki-Namikaze (pure and half lord)
Konoha, October 10th 1981
Father: Minato Namikaze [deceased] (half)
Mother: Kushina Uzumaki [deceased] (pure)
Fiancé: Draco Lucius Malfoy (pure)
Father in law: Lucius Malfoy (pure)
Mother in law: Narcissa Malfoy nee Black (pure black w.)
Known as: Human sacrifice [Jinchuuriki], nine tailed beast lord [Kyuubi] jailer.
Energy:
-Chakra= blue with gold streak (his), red (Kyuubi's), purple (mix)
-Magic= attack 75%, defense 25%
Physical information = Species : Hanyou
Gender : Male
Hair : Gold-yellow
Eye : Sky Blue
Skin : Light
Gringgots bank password :
10101xxxxxxxx Namikaze
10101xxxxxxxx Uzumaki
10104xxxxxxxx Malfoy
See more
"Akhirnya selesai juga." Lucius dan Narcissapun tersenyum kecil.
~Another flashback
[Naruto-tujuh tahun, Draco-delapan tahun]
"Aniue jangan kesana!" teriak Naruto sambil berlari ke arah Draco berdiri.
"Apa kamu takut Naruto? Huh! Aku tahu kamu itu penakut." ledek Draco.
"Aku tidak takut. Aku hanya merasa merinding kalau ada di sekitar tempat ini." Anak berambut pirang itu berdiri dekat dengan Draco, kedua tangannya memeluk tubuhnya berusaha menghilang rasa ngeri yang ada.
"Itu sih sama saja!" jedutan kecil terlihat di dahi Draco. Kilatan sayang dan lembut terlihat di matanya ketika ia menatap tubuh adiknya yang masih bergetar.
"Tenang saja Naruto, aku pasti akan melindungimu." nada Draco semakin melembut.
"Aku tahu itu Aniue. Tapi… Entah mengapa aku tidak mau kesana." Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau begitu. Kamu pulang saja duluan. Aku ingin tahu apa yang ada di menara ini."
"Aku tidak mau! Aku tidak ingin meninggalkan Aniue sendiri di sini." Setelah itu Naruto menggenggam tangan Draco.
"Baiklah.. Kalau itu maumu."
Mereka berduapun memasuki menara itu.
Sinar mentari yang masuk melalui jendela-jendela yang ada, cukup membuat Draco dan Naruto dapat melihat apa saja yang ada di dalam menara ini. Dindingnya berwarna hitam, sejauh mata memandang tidak ada satupun furniture yang terlihat. Terdapat beberapa tangga yang menuju ke atas ataupun ke bawah menuju ke ruang bawah tanah.
Ketika mereka akan berjalan ke tangga yang menuju ke ruang bawah tanah. "Aniue, jangan bergerak!" Naruto menarik tangan Draco sangat kencang, sehingga tubuh Draco menubruk tubuh Naruto.
"Ada apa sih..-" "Ssshh! Jangan berisik! Coba deh lihat." Naruto menunjuk ke salah satu spot di samping tangga. Di sana ada seekor ular besar, kepalanya condong ke depan bergerak ke samping kanan dan kiri, nampaknya ular itu telah menyadari keberadaan orang yang tidak dikenal memasuki wilayahnya.
"Ayo, kita lari Aniue! Jangan sampai ular itu tahu posisi kita." Bisik Naruto pelan, ia menarik-narik tangan Draco agar Draco cepat bergerak.
Tetapi Draco tidak bergerak sedikitpun. Naruto yang menyadari Draco tidak bergerak, menggerakan paksa tubuh Draco sehingga Naruto dapat berhadap-hadapan dengan Draco.
Naruto membelalakan matanya. Ia kini menyadari situasi yang ia dan Draco hadapi semakin berbahaya. Ia menatap mata Draco yang nampak kosong layaknya orang yang terkena hipnotis.
"Gawat! Aniue terhipnotis.. Aniue! Sadarlah Aniue!" Naruto menggerak-gerakan tubuh Draco, berusaha membuatnya kembali sadar.
"Ssssssshhhss" Ular itu mendesis keras. Lalu perlahan tapi pasti, ular itu bergerak menuju arah Draco dan Naruto. Naruto yang tidak bisa menggerakkan tubuh Draco berdiri di depannya. "Ja.. jangan mendekat!" ular yang sepertinya merasakan ketakutan Naruto malah semakin mendekat, mengitari Naruto dan Draco.
"Aku bilang jangan mendekat!"
Setelah bosan mengitari kedua anak tersebut, ular itupun menyerang belakang Draco. Naruto yang tidak ingin Draco dilukai, mengubah posisinya yang asalnya di depan Draco berubah menjadi di belakang Draco.
Taring-taring ular itu menancap mengenai lengan Naruto. "AAaaaaaa!" Naruto menjerit keras, tanpa sadar Naruto mengucapkan mantra yang membuat ular itu terkaget dan melepaskan gigitannya. Lalu Naruto mengucapkan mantra lagi yang kali ini membuat ular itu tertidur.
Karena teriakan Naruto yang lumayan keras, berhasil menyadarkan Draco dari hipnotisnya. Mata Draco terbelalak ketika ia melihat Naruto yang terbaring lemah di lantai dengan tangan kirinya memegangi lengan kanannya. Terlihat cairan merah yang merembes keluar dari kulit dan bajunya.
"Naruto!" melihat Naruto yang setengah sadar, membuat Draco semakin panik.
"Naruto.." Draco mengelus-elus pipi Naruto. Matanya menatap sosok Naruto dengan penuh kasih. Terlihat genangan air mata yang dengan enggannya ia biarkan terjatuh.
Naruto mengarahkan pandangannya bertemu dengan Draco. "Aniue baik-baik saja kan?" senyuman kecil terlukis di wajahnya yang pucat. Draco segera melihat lengan kanan Naruto, ia mengerutkan dahinya. Melihat darah yang terus-menerus keluar, membuat Draco memantapkan hatinya. Dengan bantuan adrenalin, ia merobek lengan kiri kemejanya. Dengan cepat ia membalut lalu mengikatkan kain yang telah ia robek ke lengan Naruto yang terluka untuk mencegahnya kehilangan darah lebih banyak lagi. Naruto meringis pelan ketika Draco mengikatkan kain lebih kuat lagi.
"Dasar bodoh! Tentu saja aku baik-baik saja!" Draco mengangkat Naruto dengan hati-hati lalu menggendongnya tentu saja ala 'bridal style'.
Draco menatap tajam ke arah ular besar yang sepertinya tertidur itu. Darah terlihat dari mulut sang ular. 'Aku pasti akan membunuh ular itu. Untuk saat ini, Naruto membutuhkan bantuan. Aku tidak tahu apakah ular itu berbisa atau tidak.' Draco dengan cepat menggendong Naruto keluar dari menara lalu berjalan dengan cepat menuju rumah.
"Pah! Mah!" Draco berteriak panik. Narcissa yang mendengar anaknya berteriak segera menghampirinya.
"Draco. Ada ap- Ya ampun Naruto!" Narcissa segera mengambil Naruto dari Draco.
"Mama akan membawa Naruto ke kamarnya. Draco panggil papamu kemari! Dia ada di ruang kerjanya sekarang." Dracopun langsung berlari menuju ruang kerja Lucius.
Tanpa mengetuk pintu, Draco masuk. Lucius yang sedang membaca buku melihat Draco yang masuk ke ruangan dengan napas tersengal-sengal.
"Dra-" sebelum Lucius akan menasehati Draco.
"Pah! Naruto digigit ular." Mendengar kata ular keluar dari mulut Draco, wajah Lucius berubah menjadi pucat. 'Ular? Jangan-jangan tuan yang... Oh tidak!' Lucius mengepalkan tangannya erat-erat. Entah mengapa, untuk menghirup udara pun menjadi berat. Tanpa sadar, Draco sedikit menjauhkan diri dari papahnya. Ia tahu, jika papah dan mamahnya tahu kalau ia yang menyebabkan ini semua terjadi, dia akan berada dalam zona red alert.
"Apa! Dimana dia sekarang!" perintah Lucius.
"Dia ada bersama mamah. Di kamarnya." Lucius segera berdiri dan berlari keluar dari ruangannya. Draco yang masih dalam keadaan kaget karena melihat tingkah papahnya yang tidak biasa, segera berteriak. "Papah!" lalu ia pun menyusul Lucius, berlari menuju kamar Naruto.
Lucius melihat Narcissa yang duduk di samping kanan Naruto. Tangannya membelai rambut pirang itu, sesekali ia menjauhkan rambut yang menghalangi dahi Naruto.
"Bagaimana keadaannya Cissa?"
Narcissa segera menatap Lucius. Genangan air mata terlihat jelas di kedua matanya. Sedikit demi sedikit hati Lucius retak, dan akan hancur bila air mata itu turun ke pipi Narcissa.
"Aku... sudah membersihkan lukanya. Sepertinya lukanya sudah menutup berkat Nine [1]." Di sini Narcissa menghela napas lega. Tangan kanan Lucius segera menutup matanya, lalu berpindah pada dahinya, dengan perlahan ia memijat kerutan yang ada di dahinya.
"Lalu, mengapa Naruto?" Lucius memerhatikan sosok Naruto yang tertidur. Sebuah kain basah tertempel di dahinya.
"Ada racun di tubuhnya dan racun itu yang menyebabkan Naruto menjadi demam."
Lucius menoleh ke arah putranya, "Draco bagaimana Naruto bisa sampai seperti ini?" Awalnya Draco menatap papahnya dengan rasa takut. Tapi, demi Naruto, ia harus memberitahukan papah dan mamah apa yang sebenarnya terjadi. Agar mereka dapat menyembuhkan Naruto lebih cepat. Dracopun menjelaskan semuanya.
Setelah selesai menceritakan kejadian yang dialaminya dan Naruto, Draco menundukan kepalanya, "Papah dan Mamah tidak marahkan pada kami? Aku yang salah tidak mengikuti kata-kata Naruto. Coba saja kalau aku menuruti kata-kata Naruto. Dia tidak akan seperti ini." nada penyesalan terdengar jelas dari ucapan Draco.
"Kami tidak marah padamu sayang. Lainkali, jika kamu akan main ke tempat yang tidak kamu kenali. Ijin dulu pada kami." Narcissa tersenyum lembut ke arah Draco, lalu menatap tajam Lucius, melarangnya untuk memarahi Draco. Lucius yang ditatap hanya mengangkat bahu. Draco dan Naruto telah mengalami kejadian yang berbahaya, dan itu tidak baik untuk mentalnya jika Draco dinasehati dengan cara dimarahi.
"Ya." Draco mengangkat kepalanya, lalu menatap sosok Naruto yang terbaring lemah. Penyesalan terlihat jelas dari matanya.
Lucius menghampiri Naruto dengan tongkat yang sudah berada di genggamannya. Ia mengucapkan mantra, berusaha menyembuhkan keadaan Naruto. Berangsur-angsur, napas Naruto yang semula tersengal-sengal mulai teratur. Lucius menghela napas lega. Ia memasukan wand miliknya ke dalam wand holster yang menggantung di sabuknya. Tangannya menggapai dahi Naruto. Mengambil kain yang menempel di sana, lalu memberikannya pada Narcissa. Tangannya kembali menyentuh dahi Naruto, merasakan suhunya. Lucius mengangguk kecil. 'Suhunya perlahan mulai stabil.' Ia melirik Narcissa dan mengangguk tanda ya, Narcissa segera meletakan kembali kain basah di dahi Naruto.
Mata Lucius segera menemukan perban yang membalut lengan kanan putranya. Tangan kanannya menyentuh lengan Naruto, namun aura hitam segera menepis tangannya. Mata Lucius terbelalak kaget, 'Aura sihir ini... Ti-tidak mungkin..' Pucat kembali mewarnai wajahnya. Tangannya bergetar. Narcissa yang melihat hal ini, segera menatap Lucius dengan pandangan tanda tanya dan khawatir. Lucius tidak menjawab apa-apa.
Ia hanya menoleh ke arah Draco, tangan kanannya memijat-mijat dahinya, berusaha menghentikan denyut-denyut yang mengganggu. "Draco kamu temani Naruto. Aku dan mamamu akan keluar sebentar." Draco menganggukan kepalanya.
"Baik, pah."
Setelah Narcissa menutup pintu. Lucius segera mengalihkan pandangannya ke arah Narcissa.
"Cissa, aku menemukan aura itu di bekas luka Naruto."
Mendengar ucapan itu, tangan Narcissa segera memegangi tempat di mana jantungnya berada. "A-apa..." genangan air mata yang tadi tertahan, sudah tidak bisa tertahan lagi. Tetes demi tetes membasahi pipinya. Dan "Prang!" pecahan-pecahan itu terdengar jelas oleh Lucius. Pecahan-pecahan hatinya.
Dengan reflek air mata itu terhapus oleh ibu jari Lucius.
"Cissa..." mau tidak mau ia harus menyampaikan berita ini pada istrinya. Walau sepahit apapun kenyataan ini. Walau sekuat apapun lari dan melepaskan diri, itu semua tidak akan berhasil, karena keluarga Malfoy sudah terjerat.
"Cissa... Sepertinya Dark lord akan segera bangkit. Dan mau tidak mau kita harus melayaninya." ucap Lucius dengan serius.
Terjerat oleh Dark Lord... Seperti kupu-kupu yang terperangkap di dalam sarang laba-laba...
Perasaan berkecamuk dalam hati. Perasaan yang dimiliki oleh setiap ibu. Perasaan yang muncul jika ada apapun yang mengancam anak-anaknya. "Aku... Aku tidak akan menyerahkan Draco dan Naruto padanya Lucius!" Air mata terus mengalir, membasahi pipinya, dan Lucius berusaha menghapus semua air mata itu.
Mata Lucius memandang lelah Narcissa. "Aku pun tidak menginginkan hal itu Cissa! Tapi apa daya, inipun demi keselamatan mereka. Aku pasti akan merencanakan sesuatu untuk melindungi mereka berdua. Terutama Naruto. Aku sudah memasangkan charm padanya, agar aura Nine tidak terasa oleh Dark lord."
Tiba-tiba muncul kertas yang menampakan informasi-informasi Naruto.
Lucius yang membacanya seketika menjadi pucat, Narcissa yang melihat wajah Lucius berubah dari serius menjadi panik segera mengambil kertas itu. Setelah membacanya Narcissa menangis di bahu Lucius.
Naruto Malfoy nee Uzumaki-Namikaze (pure and half lord)
Konoha, October 10th 1981
Father: Minato Namikaze [deceased] (half)
Mother: Kushina Uzumaki [deceased] (pure)
Fiancé: Draco Lucius Malfoy (pure)
Father in law: Lucius Malfoy (pure)
Mother in law: Narcissa Malfoy nee Black (pure black w.)
Known as: Human sacrifice [Jinchuuriki], nine tailed beast lord [Kyuubi] jailer.
Energy:
-Chakra= blue with gold streak (his), red (Kyuubi's), purple (mix)
-Magic= attack 25%, defense 75%
Physical information = Species : Hanyou
Gender : Male
Hair : Gold-yellow
Eye : Sky Blue
Skin : Light
Gringgots bank password :
10101xxxxxxxx Namikaze
10101xxxxxxxx Uzumaki
10104xxxxxxxx Malfoy
See more
"Kekuatan fisik Naruto menurun. Keadaannya tidak akan seperti dulu. Dia tidak akan bisa bermain quidditch. Padahal dia sudah senang sekali ketika aku berjanji akan mengajarinya terbang." ucap Lucius penuh sesal. Sedangkan Narcissa hanya menangis.
~End Flashback~
"Wah! Ramai sekali.. Terima kasih pah, mah, sudah mengantar kami." ucap Naruto dengan sopan. Senyuman hangat terlukis di wajahnya, matanya berbinar-binar memandang 'keluarganya.'
"Sama-sama Naruto." Narcissa memeluk Draco dan Naruto. "Hati-hati di jalan sayang." Lucius hanya menganggukan kepalanya, tetapi Naruto dan Draco dapat melihat kehangatan yang terpancar dari mata ayah mereka. Hangat fisik dan mental, membuat mereka siap menghadapi apapun yang terjadi di Hogwarts.
"Ayo Naruto kita cari tempat duduk yang kosong." Draco menarik tangan Naruto.
Naruto tertawa kecil dan berteriak. "Sabar Aniue!" Naruto menoleh ke belakang. Menatap papah dan mamahnya. Ia berteriak.
"Dah mamah, dah papah." Naruto melambaikan tangannya ke arah Narcissa dan Lucius. Narcissa hanya tersenyum melihat tingkah Naruto, sedangkan Lucius hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepalanya. "Anak itu tidak berubah."
"Tentu saja tidak. Karena dia adalah Naruto." Narcissa terus menatap kedua anaknya yang terus berlari menuju pintu kereta, wajah mereka berseri-seri. Draco melempar sebuah seringaian yang Naruto balas oleh juluran lidah. Narcissa tersenyum kecil.
[line]
"Bagaimana kalau di sini?" tanya Draco sambil membuka pintu. Melihat ada yang membuka pintu Harry dan Ron menghentikan pembicaraan mereka dan mengarahkan pandangan mereka pada siapapun yang datang.
Draco yang masih tidak menyadari kehadiran Harry dan Ron karena tubuhnya yang berbalik ke arah Naruto. Mundur dan mempersilahkan Naruto masuk.
'Mereka siapa?' pikir Harry bingung.
"Oh ternyata sudah ada yang menempati duluan. Namaku Naruto Malfoy dan ini," Naruto menunjuk Draco. "Draco Malfoy." Ketika nama Draco di sebut, anak yang tidak memakai kaca mata berdengus, seperti mengejek Draco. Draco terlihat kesal, tatapan tajam segera ia lemparkan pada anak itu. Sedangkan Naruto, dahinya mulai berkedut. Tidak ada yang menghina aniuenya seperti itu, tapi Naruto mencoba meredam emosinya.
Tangannya memegang tangan Draco. Berusaha meredamkan amarah aniuenya. Draco hanya melihat ke arah Naruto, lalu mengangkat bahunya, tak lupa ia sembunyikan senyuman kecil di balik tangan kirinya. Tapi Naruto yang telah mengetahui sikap Draco, hanya tersenyum lembut. Hal ini tidak terlewatkan oleh Harry.
'Hmm.. Apa hubungan mereka ya? Mereka bersikap seperti...' Harry menatap Draco dan Naruto dengan tatapan heran.
"Siapa nama kalian?" tanya Naruto dengan senyuman.
"Namaku Harry Potter." Draco membuka mulutnya sedangkan Naruto hanya tersenyum kecil.
"Senang bertemu denganmu Harry. Kalau kamu?" tanya Naruto pada Ron.
"Namaku Ronald-"
"Dilihat dari rambutnyapun kamu pasti tahu Naruto, kalau dia itu Weasel." Draco memerhatikan Harry dan Ron dengan pandangan meremehkan.
"Aniue!" Ron yang membuka mulutnya untuk membalas ejekan Draco, tidak jadi karena Naruto yang sudah meneriaki Draco duluan. Narutopun mengalihkan perhatiannya kembali pada Ron. "Senang bertemu denganmu Ronald."
Sebuah senang bertemu denganmu juga dari Harry dan ekspresi bingung dari Ron.
"Naruto, sebaiknya kita pergi saja dari sini." Draco berjalan keluar.
Naruto memandang Draco dengan sedih, lalu mengalihkan pandangannya kembali pada Harry dan Ron. "Maafkan kelakuan aniue ya? Dia tidak bermaksud kasar. Ah, aku harus pergi. Sampai jumpa lagi Harry, Ronald." Setelah itu Naruto pun keluar.
"Ron, siapa mereka?"
"Itu Malfoy. Draco Malfoy, dia sangat angkuh dan menganggap orang lain lebih rendah darinya. Dan satu lagi Naruto Malfoy, sifatnya sangat berbeda dengan Draco. Dia tidak membeda-bedakan orang. Mau dia nonhuman, muggle, halfblood ataupun pureblood. Dia memperlakukan semua sama. Sepertinya satu-satunya di keluarga Malfoy yang baik." Ron menjelaskan dengan nada seorang pembaca berita, atau nada Lucius ketika ia membacakan sebuah berita yang ada di koran kepada Narcissa. =.=
"Naruto… Namanya seperti bahasa Jepang."
"Mungkin dia sepupu atau adik Malfoy. Aku tidak tahu pasti." Ron mengangkat bahunya tidak peduli, dan melanjutkan acara makannya memakan chocolate frog. Sedangkan Harry membuka sebuah batang cokelat yang sama seperti yang biasa ia lihat sehari-hari. [yang setiap hari dimakan Dudley.]
"Sepertinya dia berumur lebih muda daripada kita." Ia mematahkan satu kotak cokelat.
"Ya. Dia dan kita berbeda satu tahun. Dia mendapat surat dari Hogwarts lebih cepat." Balas Ron yang masih mengunyah cokelatnya.
"Benarkah? Aku semakin penasaran dengan Naruto dan Draco Malfoy."
Ron melihat Harry dengan tatapan waspada. "Harry, sebaiknya kamu tidak dekat-dekat dengan mereka."
"Hmm-m.." Harry tidak mendengarkan omongan Ron. Dia hanya melihat pemandangan yang ada di luar jendela kereta dan memikirkan teka-teki tentang duo Malfoy itu…
-O-T-b-C-O-
Note : [1] Nine sebutan keluarga Malfoy untuk Kyuubi
Karena melihat tidak ada fic HPNaruto xover. Jadinya Sanao memutuskan untuk membuat fic ini. Maaf update untuk cerita yang lain tertunda. Sepertinya fic Sanao untuk Bulan dan Matahari, My Terrorist dan Gara-gara surat cinta jelek ya? Kok yang review cuma satu? *pout* Tapi ya sudahlah.
Oh ya jangan lupa untuk mengunjungi profil Sanao untuk melihat tantangan dan info-info update.
Sampai jumpa ^-^
Warmest hug for all of you...
