character


Choi Soo Young

Gadis ceria dan ramah yang pernah tinggal dan bekerja di New York sebagai fashion designer terkenal. Kesukaannya adalah bela diri, menggambar desain pakaian, dan minum teh.

Jung Yong Hwa

Penyanyi muda yang sedang terkenal saat ini. memiliki adik angkat bernama Xi Lu Han. Misterius, dingin, dan sering membuat Soo Young jengkel.

Xi Lu Han

Penyanyi muda yang selalu berduet dengan kakaknya. Ramah,lucu,dan ceria. Kamarnya berada disebelah kamar Soo Young.

Jeon Hyo Sung

Gadis manis ini menempati kamar didepan kamar Soo Young. Bekerja di perpustakaan terbesar di Seoul. Gadis yang ceria, aktif, dan setia kawan ini adalah sahabat Soo Young.

Yoo Seung Ho

Cinta pertama Soo Young saat masih di New York. Ambisius, pandai, dan ramah. Akan menikah dengan sepupu Soo Young.

Erika Sawajiri

Sepupu Soo Young yang berasal dari keluarga ibunya. Gadis jepang ini pertama kali menyukai Seung Ho saat dia berkunjung ke rumah Soo Young.

Kahi dan Ju Yeon adalah penghuni kamar nomor 1 dan 2 di lantai 3. Mereka bekerja di perusahaan yang sama.

Kim Myung Soo

Pemuda satu ini adalah sahabat Lu Han. Menjadi penyanyi pendatang baru yang langsung naik daun. Sifatnya pada fans cepat berubah.

Lee Tae Min

Teman dekat Jung Yong Hwa. Menempati kamar nomor 5. Bisa dibilang dia manager pribadinya Jung Yong Hwa. Energik, cita-citanya adalah keliling dunia dan jadi lebih tinggi,soalnya tingginya yang sekarang hanya 175 cm.

Byung Ho ajusshi dan Hye Kyeong ajumma

Pemilik apartemen yang baik hati ini sudah mendirikan apartemennya sejak lama. Selalu perhatian pada semua penghuni apartemen dan menganggap mereka anaknya sendiri.

I arrived


Aku pulang terburu-buru malam itu, lelah rasanya tinggal di kota ini, tapi sepertinya keramaian ini tidak menghiraukan kesedihanku. Ya, New York memang pantas disebut kota yang tak pernah tidur, padahal sudah pukul 11 malam tapi jalanan masih ramai. Setelah 12 tahun aku tinggal disini, rasanya aku ingin meninggalkan tempat ini detik ini juga. Alasannya? Yoo Seung Ho, teman terdekatku sejak aku tiba di New York. Orang yang selalu membuatku merasa nyaman didekatnya dan karena itu juga dia membuatku jatuh cinta, akan bertunangan dengan sepupuku, Erika Sawajiri, gadis manis dari keluarga ibuku yang berasal dari Jepang. Aku menghentikan langkahku, tak terasa aku sudah didalam apartemen milikku. Dengan cepat aku memasukkan semua pakaian serta barang-barangku ke dalam koper. Aku mengambil ponsel dan menghubungi okaa-san, begitulah aku memanggil ibuku. Dia tidak mau dipanggil dengan sebutan eomma seperti orang korea, dia tetap ingin dipanggil sesuai negara asalnya, Jepang.

"Moshi-moshi, Okaa-san. ya, ini aku… mm, aku baik-baik saja… tidak, aku hanya ingin bilang aku akan ke Korea Selatan malam ini… Tak ada apa-apa, aku hanya eh... mencari suasana baru… Ya, akhir-akhir ini aku memang sibuk… Pekerjaanku? Tenang saja, aku akan pindah ke salah satu cabang perusahaan tempatku bekerja yang ada di Korea… aku tahu okaa-san, lagi pula untuk apa aku punya sertifikat sebagai fashion designer jika tidak dipakai? Baiklah, sudah ya aku harus ke bandara." Aku menutup ponselku dan memanggil taksi.

Sesampainya di bandara aku segera menuju pesawat. Aku terus memandangi undangan pernikahan dalam genggamanku, pikiranku kembali melayang saat Seung Ho berkata bahwa dia akan menikah dengan Erika. Tiba-tiba ponselku berbunyi, ternyata ada pesan masuk dari Seung Ho.

Kau ingin ke Korea? Ada apa? Mengapa mendadak sekali? Sejujurnya aku ingin kau hadir dalam acara pertunanganku.

Aku tertegun melihat pesan itu, rasanya hatiku akan hancur jika aku terus memandangi pesannya. Dengan kesal aku mematikan ponselku, pesawat pun mulai take off.


Pesawatku mulai mendarat, akhirnya aku sampai juga di Korea Selatan. Hal yang pertama kali aku ingat adalah mencari alamat apartemen yang telah dipesankan bibiku untukku. Ternyata letak apartemen baruku tidak begitu jauh dari Seoul jadi akan mudah jika aku ingin berpergian. Apartemennya sederhana, berlantai tiga dan lebih kecil kalau dibandingkan dengan apartemen lamaku. Aku menaiki tangga dengan hati-hati, saat hendak berbelok mencari kamar aku berpapasan dengan seorang pemuda. Aku membungkukkan badan sedikit dan bertanya padanya

"Excuse me, is there room number eight on this floor?" tanpa sadar aku bertanya dalam bahasa inggris dan sepertinya pemuda ini bingung karena aku mengucapkannya dengan cepat, aku pun mengulangi pertanyaanku dalam bahasa korea. Dia menunjuk kamar yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, aku mengucapkan terima kasih dan bergegas masuk ke kamar.

Aku menghempaskan tubuhku sesampainya di kamar. Cukup nyaman, pikirku. Sambil bersenandung pelan aku membereskan barang-barangku dan segera mandi. Saat sedang menonton televisi, seseorang mengetuk pintu kamarku. Dengan malas aku membukanya, seorang gadis manis berdiri didepan pintuku sambil tersenyum.

"Maaf mengganggumu, tapi ajumma mengundangmu untuk makan bersama dibawah." Kata gadis itu ceria.

Aku mengangguk "Gamsahamnida, aku akan kesana sebentar lagi." Setelah gadis itu pergi, aku kembali ke kamar dan berpakaian rapih.

Tak sulit menemukan ruangan ajumma, dia dan suaminya adalah pemilik apartemen ini. Aku mengetuk pintu dan kulihat pemuda yang tadi kutemuilah yang membukanya. Didalam rumah itu suasananya cukup ramai, ada sekitar sepuluh orang yang sedang sibuk dengan kegiatanya. Yang laki-laki mengobrol sambil menonton pertandingan, sedangkan yang perempuan sibuk didapur dan mengatur meja makan. Aku masuk dengan canggung. Lalu ajusshi melihatku masuk dan menyuruhku ikut mengobrol bersamanya dan yang lain. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, untungnya ajumma memanggilku.

"Aish, mengapa kau malah berkumpul dengan mereka?" ajumma menarikku. "Biar kutebak, kau pasti tak mengerti apa yang mereka bicarakan." Aku hanya tersenyum. Ajumma membawaku ke maja makan dan memanggil semuanya.

Setelah semuanya berkumpul, ajumma mulai berbicara "Kita kedatangan tamu hari ini, mulai sekarang nona muda ini akan tinggal bersama kita, jadi aku harap kalian semua bisa berteman baik dengannya." Ajumma seperti ibu yang sedang menasehati anaknya, kataku dalam hati. "Sekarang perkenalkan diri kalian!" kali ini ajusshi yang berbicara.

Aku mulai mendengarkan mereka memperkenalkan diri. Dari kamar nomor satu sampai tiga ada dua orang perempuan, Kahi dan Lee Ju Yeon, serta seorang laki-laki, Kim Myung Soo. Lalu yang menempati kamar nomor lima sampai tujuh adalah dua laki-laki, Lee Tae Min dan Xi Lu Han, orang yang kutemui pagi ini dan yang membuka pintu untukku, entah mengapa aku pernah melihat Lu Han disuatu tempat tapi aku tak ingat dimana, serta seorang perempuan yang tadi mengetuk pintuku, Jeon Hyo Sung. Terakhir Byung Ho ajusshi dan Hye Kyeong ajumma sang pemilik apartemen di lantai satu. Lalu tiba giliranku memperkenalkan diri, aku membungkuk sebentar lalu mulai bicara.

"Namaku Choi Soo Young, sebelumnya aku tinggal di New York bersama orangtuaku. Umurku 23 tahun. Pekerjaanku sebelumnya sebagai fashion designer, jadi kurasa aku akan melamar kerja di salah satu cabang everyone let's get along." Semuanya memperhatiakanku dan membuatku sedikit canggung.

"Jadi nunna, mengapa kau memutuskan pindah ke Korea?" tanya Lu Han penasaran. "Lu Han, kau tidak boleh bertanya seperti itu, itu privasi Soo Young mengapa dia pindah kesini." Ajumma memarahi Lu Han, sebelum perdebatan dimulai aku memotong percakapan mereka.

"Tak apa, ajumma. Aku pindah ke Korea karena ingin mencari suasana baru, itu saja."


Aku membuka mataku, mimpi buruk itu datang lagi. Kenanganku bersama Seung Ho seakan mengikutiku terus, tanpa kusadari air mata bergulir dan membasahi pipiku. Aku menyekanya tapi air mata ini tak mau berhenti. Aku pun bangkit dan berjalan ke beranda, mulutku bergerak dengan sendirinya dan tanpa sadar aku menyanyikan lagu Promise milik SNSD.

Hancham kkumkkwowatdeon maeiri naege chajawado
Seolmyeonghal su eomneun apeumi onmome peojyeo

Gakkeumssigeun na honja itgo sipgo
cham maneun shiseoni jom himgyeowo
Pyeongbeomhan il sang soge jamgyeoseo sumswigo sipeul ttae

"What about us? What about love?"
Nal ireukyeojuneun i hanmadi

Geudae pume aneun chaero

" ttaseuhage gamssa juneyo." Sebuah suara menyambung lagu yang sedang kunyanyikan. Aku menoleh dan melihat Lu Han tersenyum padaku, aku membalas senyumannya.

"Suara nunna bagus juga." Kulihat Lu Han sedang menyesap tehnya. "Terima kasih, suaramu juga." Aku berbalik, saat hendak ke dalam Luhan memanggilku. "Nunna, ingin minum teh bersamaku?" karena tidak enak untuk menolak aku pun mengangguk. Saat aku masuk apartemen Lu Han, wangi coklat tercium olehku. "Kau membuat coklat?" tanyaku pada Lu Han. "Tidak, mungkin itu bau parfum yang biasa kupakai." Jawab Lu Han santai. Aku duduk di sofa panjang saat Lu Han membawa teh untukku.

"Hojicha? Lumayan juga." Kataku sambil menyebutkan nama teh yang kukenal. Lu Han menatapku heran "Bagaimana nunna tahu kalau itu Hojicha?" aku hanya memiringkan kepala, "Aku penggemar teh." Jawabku singkat sambil menyesap tehku.

"Setelah ini nunna ingin kemana?" aku menatapnya sebentar lalu mengangkat bahu.

"Entahlah, mungkin aku akan mulai bekerja. Berkas-berkasku sudah dibereskan oleh perusahaan, jadi mereka hanya tinggal menungguku masuk kerja. Ngomong-ngomong, kau tahu klub taekwondo disekitar sini?" Lu Han berpikir sebentar,"Sepertinya ada, nunna mau masuk kesana?" aku mengangguk pasti. "Bisa tidak kau mengantarku kesana?" Lu Han menghembuskan nafas berlebihan lalu mengangguk.

Aku kembali menyesap tehku sedangkan Lu Han berada didapur. Aku memperhatikan sekeliling, kamar yang rapi untuk seorang laki-laki, pikirku. Kemudian aku melihat foto yang terpajang di rak dekat pintu, foto Lu Han dan keluarganya. Mataku berhenti pada foto Lu Han bersama seorang pemuda, rasanya aku pernah melihat pemuda ini. Rasa penasaran membuatku bertanya pada Lu Han.

"Lu Han, apa pemuda yang ada didalam foto ini kakakmu?" suara keran dimatikan terdengar dan Lu Han sudah berada disampingku. "Ya benar, ada apa? Nunna pernah melihatnya?"

"Kurasa iya, tapi aku tak ingat dimana pernah melihatnya." Aku berusaha mengingat pemuda ini.

"Mungkin nunna melihatnya di televisi. Dia memang sering terlihat di televisi sekarang, kalau nunna melihatnya pasti nunna juga melihatku. Kami biasa berduet bersama." Aku menatap Lu Han heran.

"Maksudmu?"

"Ya, kami penyanyi dan kami selalu bernyanyi berdua."

Saat itulah aku sadar aku melihat mereka sebagai penyanyi korea yang sedang terkenal saat ini dan itu juga menjawab pertanyaan mengapa aku rasa pernah melihat Lu Han sebelumnya.

to be continued