Disclaimer : Om Masashi Kisimoto/ Kisimoto Masashi... Sama aja. Yang penting dia yang buat Naruto.

Story by Cavallone-Vesavillius Vanilla

Insaf

By Cavallone-Vesavillius Vanilla

"Bu, tolong berusahalah untuk menghentikan perilaku tidak baik yang melekat pada putra Anda. Kami mohon dengan sangat, Bu. Jika putra Anda tetap saja berulah, Ia akan dikeluarkan dari sekolah. Selain itu, Sekolah ini mungkin sudah tak menjadi sekolah favorit lagi. Hanya itu, Bu. Dengan begitu, semua pihak tidak ada yang dirugikan."

"Akan Saya usahakan."

"Terima kasih, Bu. Doa kami selalu menyertaimu."

Seorang ibu berambut –sedikit- acak-acakan keluar dari ruangan Kepala Sekolah dengan wajah gelisah. Ialah Tsume Inuzuka, ibu dari Kiba Inuzuka. Sudah berkali-kali ia di panggil oleh Kepala Sekolah akibat ulah anaknya yang bersikap seenaknya sendiri. Padahal anaknya sudah menginjak usia 16 tahun, dan berada di kelas 11. Berdasarkan laporang dari Kepala Sekolah, Tsunade Senju, Kiba setiap hari suka memukuli teman-teman di sekolahnya. Kakak kelas dan adik kelasnya terkena sasaran tonjok darinya. Entah karena emosi atau perbuatan yang disengaja, sang ibu juga tidak tahu. Kiba tidak menunjukkan perubahan sikap setelah ibunya dipanggil. Hanya sekedar,"Halo, Bu.", atau, "Ibu, kenapa wajahmu gelisah?".

Benar-benar... Anak ini...

" Halo, Bu! Kenapa ibu disini?" tanya Kiba dari belakang ibunya. Sang ibu hanya mendengus. Tuh 'kan...

" Ibu kok diam saja sih? Ibu lapar?" tanya Kiba sekali lagi. Tsume masih terdiam. Tangan kirinya disembunyikan di saku.

"Ayolah, Bu... bilang saja kok-"

"Nak, sepulang sekolah ibu ingin berbicara kepadamu. Ibu tidak mau tahu."

"Baiklah... Tapi ada syaratnya, Bu." jawab Kiba innocent. Tsume menjawab, "Apa syaratnya?".

"Aa... Setelah itu, aku minta 50.000 boleh tidak?" jawab Kiba sambil nyengir kuda. Timbullah urat-urat kemarahan di kepala ibunya.

"CAH GEMBLUNG!" teriak Tsume dengan Bahasa Jawa kasar. Sementara Kiba langsung kabur dari hadapan Ibunya sambil tertawa lepas.

"Sabar Tsume, sabar..."

Cavallone-Vesavillius Vanilla

Setelah kejadian di sekolah yang 'Ra penak', Tsume bergegas menuju lapangan parkir di sekolah itu untuk mengambil mobilnya yang terparkir di sana. Ia masuk dengan kecil hati. Mengingat-ingat perkataan Kepala Sekolah beberapa saat yang lalu membuatnya pusing setengah hidup(?). Dengan lunglai, Tsume langsung melesat menuju ke Konoha International University, tempat di mana anak perempuan sulungnya menuntut ilmu.

Ringtone lagu "Sign" dari Flow terdengar dari handphone miliknya. Tsume melihat ke layar handphone...

Hana Inuzuka

Ternyata sang anak sulung yang menelponnya. Tsume langsung mengangkat teleponnya.

"Halo?"

"Ibu, sudah sampai mana?"

"Perempatan lampu merah di dekat Ichiraku Ramen!"

"Oh, cepat ya, Bu. Ada yang ingin kubeli."

"Memangnya kau mau ke mana dan beli apa, Hana?"

"Aku mau ke toko buku untuk membeli kertas manila, kertas asturo, spidol besar, cat air, kuas, lem, sterofoam, kertas HVS, penghapus, pensil, pena,pensil warna, sketchbook, buku tulis, map... Kupikir itu cukup."

Cukup mbahmu, pikir sang ibu. Ia pun kembali menelepon.

"Untuk apa barang-barang sebanyak itu, Hana?"

"Aku dan kelompokku disuruh membuat Majalah Dinding untuk perlombaan tingkat nasional satu bulan lagi, Bu. Selain itu, barang-barang yang kusebutkan tadi ada juga yang kugunakan sendiri. Tidak semua kupakai untuk tugas kelompok."

"Hm... Baiklah kalau begitu. Jangan sampai bohong!"

"Tidak akan. Aku tidak mau merupakan hal yang sia-sia."

Bisa juga anak ini, pikir Tsume. Ia kembali menelepon.

"Hanya begitu saja 'kan?"

"Yup!"

"Hm. Kalau begitu, Ibu akan segera ke sana."

"Ya, Bu."

Pip. Pembicaraan selesai. Tsume langsung menyalip kendaraan lain agar cepat sampai. Walaupun ada peringatan di kanan-kiri jalan, Ia menghiraukannya.

Well, yang penting happy, pikirnya.

Beberapa saat kemudian, Tsume sampai di Konoha International Univercity. Patung wajah Presiden di Konoha terukir jelas di tebing tinggi dibelakang kampus. Seketika itu pula, Tsume tersenyum. Ia sedang berada di tahap Good Mood.

"Ibu!" seru seseorang dari gedung fakultas kedokteran. Ialah Hana Inuzuka, si putri sulung.

"Hana, ayo cepat masuk." suruh Tsume sambil membukakan pintu mobil. Hana langsung masuk. "Halo bu!" sapanya.

Ringtone khusus dari lagu yang berjudul "Satsugai" milik Detroit Metal City terdengar. Itu menandakan Kepala Sekolah Kiba meneleponnya.

Bahaya besar, pikirnya

Di angkatnya telepon itu dengan was-was,"Halo..." suara Tsume sedikit bergetar saking takutnya.

"Selamat siang, Ibu Inuzuka. Kami mohon maaf. Anak Anda menghancurkan seisi kelasnya akibat perkelahiannya dengan Sumaru. Tolong Anda segera datang ke sekolah , Bu. Terima kasih."

"Tunggu sebentar, Bu. Di mana Kiba?"

"Di hadapan saya, Bu. Memangnya ada apa?"

"Tolong jangan langsung dilakukan sebelum saya perintahkan. Tolong aktifkan loud speaker dari handphone Anda. Kemudian taruh handphone Ibu di depan anak Saya. Setelah meletakkannya, tolong ikat anak Saya dengan tali yang kuat. Setelah itu, Anda hitung mundur dari sepuluh. Kemudian, Ibu menyingkir atau menjauh dari handphone Anda. Lakukanlah..."

Sementara itu di sana...

Tsunade mengangguk pelan. Ia melakukan apa yang diperintah oleh Tsume.

"Izumo, Kotetsu, tolong ambilkan tali tambang di gudang penyimpanan!" perintah Tsunade. Izumo dan Kotetsu mengangguk pelan. Mereka berdua langsung lari terbirit-birit bak kesetanan, dan berakhir masuk ke dalam tong sampah dengan posisi kepala masuk duluan. Beberapa saat kemudian, mereka berdua sudah kembali dengan membawa tali tambang bekas camping bulan lalu, dengan bau tidak sedap sebagai pelengkap(?).

"Terima kasih, tetapi kalian harus segera membersihkan diri setelah ini."

"Ha'i!"

"Ikat anak itu!" perintah Tsunade. "Ha'i!" jawab mereka berdua. Izumo dan Kotetsu langsung mengikat Kiba tanpa ampun.

"Aw! Jangan keras-keras!" rintih Kiba kesakitan. Tsunade menghiraukannya.

Setelah selesai mengikat, Tsunade mendekati meja kerjanya. Diaktifkannya loud speaker dari handphone-nya. "Sudah, Bu." ucap Tsunade pelan. Ia pun menaruh handphone-nya didepan Kiba.

Countdown...

10...

"Apa ini, Bu?" tanya Kiba penasaran. Tsunade sudah menjauh 10 meter darinya.

9...

8...

"Hei, Bu?"

7...

6...

"Izumo! Kotetsu! Kemarilah!" perintah Tsunade yang sudah menjauh 14 meter dari Kiba. Izumo dan Kotetsu mengambil langkah besar dan mengikuti Tsunade.

5...

4...

"Mayday! Mayday! Siapkan penyumbat telinga kualitas tinggi! Mayday! Mayday! Mayday!" seru Tsunade sambil membagi-bagikan tutup botol dari sponge yang dilapisi kain wol(wol?)kepada seluruh warga sekolah dan warga sekitar yang membutuhkan.

3...

2...

"Siap-siap!"

1...

0...

"Tutuuuuup... Grak!"

...

...

...

...

"KIIIIIIIIBAAAAAAAAA! HARI INI TIDAK ADA AMPUN BAGIMU DASAR ANAK NAKAL! POKOKNYA, IBU MAU BICARA PADAMU! IBU TIDAK MAU TAHUUUU'!"

Kalau tidak mau tahu, sini buat Author. Kan Lumayaaan~

Cavallone-Vesavillius Vanilla

"..."

"Ah, Ibu tidak menyenangkan!"

"Diam Kiba!"

"..."

Beginilah suasana di dalam mobil Tsume yang panas. Bukan soal udara, tetapi kondisi. Tsume menyetir dengan wajah serius. Terkadang ia melewati rambu-rambu lalu lintas yang berlaku di jalan. Toh, para polisi juga cuek akan apa yang dilakukan Tsume.

"Ibu, pelan-pelan saja. Kiba kan sering-"

"Sering bagaimana? Ini sudah keterlaluan!" teriak Tsume penuh emosi. Hana kemudian membungkam mulutnya.

Tsume semakin lama semakin menaikkan laju kecepatan mobilnya. Hana dan Kiba sampai berpegangan erat di pegangan mobil.

"I-Ibu! Ja-jangan cepat-cepat!" teriak Hana dengan panik. Tsume angkat bicara,"Tanggung. Ini sudah dekat dengan rumah kita." Ucap Tsume santai.

Benar apa kata Tsume. Ternyata mereka sudah sampai di kediamannya. Hana cengo' seketika. Kiba hanya tertawa tidak jelas. Hana bergegas keluar dari mobil. Ia membantu ibunya untuk membukakan gerbang dan garasi. Akamaru langsung menyerbu Kiba dan menggonggong keras. Anjing itu tidak tau akan apa yang telah diperbuat majikannya yang satu ini.

"Akamaru! Hahahaha... Kau beraat!" seru Kiba sambil menahan jilatan Akamaru yang terus menyerangnya. "Woof!".

"Akamaru~ Ayo masuk sini~" ujar Hana sambil membukakan pintu rumahnya. Akamaru langsung memasuki rumah dengan semangat yang membara. "Woof!".

"Ah~ Kakak tidak seru..." keluh Kiba sambil mencoba untuk berdiri. Hana tersenyum puas. "Rasakan itu, anak bandel!"

SREEET...

Tiba-tiba, ada yang menyeret Kiba secara paksa. Ternyata itu adalah ibunya. "Ibu apa-apaan sih?" bentak Kiba meronta-ronta, tetapi, tenaga Tsume lebih besar, mengingat ia adalah salah satu perwakilan Lomba Karate dari Konoha. "DIAM!" bentak Tsume. Nyali Kiba ciut seketika. Tsume mendudukkan Kiba di sofa ruang tamu dengan paksa.

"Ibu, Ibu kok hari ini aneh sekali, sih? Tidak seperti biasanya... Biasanya 'kan, Ibu senyam-senyum melulu. Kenapa sekarang malah-"

"SUDAH TIDAK USAH BANYAK PERTANYAAN! Lagipula, Ibu memang biasanya memarahi anak macam dirimu setiap hari, malah membuat ibu pusing."

"Ya sudah bu, tidak usah marah-marah lagi. Semuanya beres-"

"Beres-beres dari Hongkong!(?) Diam di sana, anak bandel!"

"Ya, ya... Aku diam."

"..."

"..."

"..."

"..."

Hening...

"..."

"..."

"..."

"..."

"Kok malah seperti suasana kuburan sih, Bu?" tanya Kiba.

"Ibu mau bertanya..."

"Apa bu?"

"Sudah berapa orang yang kau ganggu hari ini, Kiba?" tanya Tsume dengan aura horror. Akamaru yang sedang melintas kabur seketika.

"Aa... Tadi pagi aku menendang Naruto sampai tercebur kolam, menjorokkan Ino sampai tersandung kursi taman, menyenggol Sai ketika sedang melukis dan membuat coretan besar, membunuh serangga-serangga Shino sebanyak tujuh puluh dua kali, membuang tugas bahasa Hinata, menjedukkan kepala Neji dengan Tenten, memukul Choji dari belakang ketika sedang makan, melempar bola basket ke punggung Sakura, menendang bola sepak sampai terkena wajah Sasuke, membakar seragam jurnal Temari, mengambil ayam goreng di kantin tanpa sepengetahuan Kak Ayame, membuat perangkap penghapus papan tulis di atas pintu dan mengenai Kakashi-sensei, merobek majalah Shikamaru, mengunci Kankurou di kamar mandi, melempar Gaara sampai ke dalam tempat sampah, menjatuhkan sepeda Idate beserta orangnya, menyerobot ramen milik Sasame, menghancurkan karya Sains milik Shiho, merobek kostum drama milik Shion, mengejek Matsuri, dan yang terakhir... bertengkar dengan Sumaru dan menghancurkan kelas. Hanya itu kok." jawab Kiba dengan santainya.

Tsume langsung naik pitam. "Hanya-hanya bagaimana? Kau sudah menyakiti teman-temanmu! Sudah yang ke berapa ini hah?" tanya Tsume dengan kemarahan yang memuncak. Kiba meringis. "Sudah berkali-kali. Aku capek menghitungnya. Ibu saja yang menghitung."

"Kiba, sudah cukup. Tidak ada jatah uang jajan dalam 1 bulan. Kau hanya akan kuberi uang jajan 5000, dan akan kuberi tiap dua bulan sekali. Kau harus merubah sikapmu, anak muda!" ancam Tsume sambil memberikan selembaran uang 5000 kepada Kiba. "Yah, Ibu kok pelit?" tanya Kiba bak anak kecil. Tsume tersenyum menyeringai.

"Memang. Nikmati jatahmu!" seru Tsume meninggalkan Kiba. Kiba pundung di pojokan.

"Dengan begini, Kiba akan merubah sikapnya sedikit demi sedikit. Semoga..." ucap Tsume kepada dirinya sendiri.

Cavallone-Vesavillius Vanilla

"Ah~ sengsara sekali aku hari ini... Mungkin hari esok juga sama... Haaaaah~" keluh Kiba sambil memasuki kelasnya dengan gontai. Ia seperti tak punya semangat hidup.

"Yo, Kiba!" seru sesorang dari belakang Kiba. Ternyata ia adalah Sakon, sang ketua kelompok Kiba.

"Hm..."

"Hei, kau seperti bangkit dari kubur. Ada apa sebenarnya?" tanya Sakon dengan bahasa 'gaul'-nya. Kiba mendengus.

"Ayolah~ Tidak baik menghiraukan ucapan teman~".

"Diamlah."

"Ooh... Sudah berani mengatur ketua ya?"

Kiba terlonjak kaget. Ia tidak sadar akan apa yang dikatakannya barusan. "Bu-bukan maksudku! A-ano-".

"Kali ini kumaafkan. Tetapi kalau kau berbuat hal macam itu sekali lagi, kau tidak akan selamat." ancam Sakon sambil menunjukkan kepalan tangannya, tanda akan memukul Kiba. Tetapi ia masih bisa mengendalikan emosinya.

"Huft... Yokatta..." gumam Kiba, menghela nafas panjang. Ia melanjutkan perjalanannya menuju kelas 11-B.

Sesampainya di sana, Kiba mendapati berbagai macam aura aneh yang memancar dari seluruh siswa-siswi di kelas itu. Dengan taku-takut, Kiba menyapa,"O-ohayou, minna.". Tapi tidak ada respon sedikitpun.

"Huh, bisanya mencari perhatian." kata Sumaru. Nadanya memancing emosi Kiba untuk melakukan hal yang sama seperti kemarin. "Kemarin kurang seru, tahu'! Aku ingin melakukannya lagi!".

Dasar gila, pikir Kiba. Ia menghiraukan ucapan Sumaru yang nyelekit barusan.

"Sumaru-san, mungkin saja Inuzuka-kun bisa berubah! Aku yakin ia tak sama sapertimu! Ya, walaupun kemarin ia sudah membuat kesalahan..." seru Sasame dari belakang kelas. Sontak, semua murid menoleh kepadanya. "Benar itu, Sumaru!" seru Lee di depan kelas. "Kiba bisa berubah dan mungkin bisa memperbaiki masalah yang pernah ia perbuat!".

Apa maksudmu dengan 'mungkin'?, tanya Kiba dalam hati.

"Hm, benar juga." kini, Temari ikut membela. "Tidak selamanya orang itu berbuat hal yang menyakitkan seperti apa yang kau lakukan.".

"Hah? Memangnya aku mau percaya?" tanya Sumaru dengan sinis.

"YA!" seru semua penghuni kelas, minus Kiba, Sumaru, dan anak-anak lain yang belum masuk.

"Oke! Kita taruhan! Kalau Kiba bisa berubah dalam waktu 3 minggu, aku akan melayani seluruh penghuni kelas ini sampai kelas 12 semester akhir!" seru Sumaru dengan lantang. Yang lain tertawa terbahak-bahak. "Hahahahaha... Sungguh taruhan yang konyol." kata Suigetsu di sela-sela tertawanya.

"Aku belum selesai! Jika Kiba masih berulah dalam waktu 3 minggu, seluruh penghuni kelas ini harus melayaniku sampai kelas 12 semester akhir! Deal?" tantang Sumaru dengan lantang.

"DEAL!" jawab seluruhnya.

"Apa kalian gila? Kenapa kalian malah membelaku?" tanya Kiba dengan sedikit khawatir. Idate menjawab,"Karena kami yakin kau akan berubah. Seperti kata Sasame tadi...".

"T-Tapi 'kan-"

"Kiba! Kami tidak mau tahu!" seru Lee dengan semangat 45(?). "Pokoknya, kami akan membantumu menghadapi semua masalah! Kami 'kan temanmu?".

"Ayo kita kalahkan Sumaru dan dapatkan hadiahnya!" teriak Chouji. "Halah, kau hanya ingin makanannya 'kan?" tanya Ino dengan sinis.

"Iya. Aku lapar. Ke kantin dulu ya!" Chouji langsung kabur dari kelas.

"Kiba, nanti datanglah ke rumahku. Yang lain juga datang, please?" kata Kankurou sambil memohon kepada teman-temannya.

"Umm... Baiklah." jawab Kiba, disertai anggukan dari murid yang lain.

"Kiba! Kau akan dilatih menjadi seorang pribadi yang baik selama 1 minggu!"

To Be Continued

Hai-hai! Gimana? Maaf yang sebesar-besarnya ya kalau jelek. Insyaallah akan kuberbaiki deh. Mungkin ada sedikit Bahasa Jawa yang kumasukkan di sini. Kehabisan ide nih.

Gemblung: Anak Bodoh

penak: Tidak enak

mbahmu: Maksudnya adalah mengelak atau mengejek. Kami sering menggunakan kata itu ketika merasa tidak dihargai atau berbeda pendapat.

Oh ya, soal kalimat,"Yang penting happy" itu saya klaim dari temen sekolah saya.

Mbak P.P.! Ampuni saya...

Kalau minta riview boleh nggak? Please... Onegai... Kumohon... Halah, sama aja.

Review nggak maksa kok. Thanks ya udah baca. Insyaallah bakal update kilat.