Disclaimer:

Vocaloid punya Yamaha dan Crypton Future Media.


Warning:

OOC, typo, dan lainnya.


Happy Reading!


Pemuda berambut honeyblonde itu tengah berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Yah, seharusnya mansionnya ramai. Tapi, rekan-rekannya sedang pergi ke Kyoto untuk konser. Sehingga, di mansion hanya ada dirinya dan rekan menyanyinya, Rin Kagamine.

Oh ya, nama pemuda itu Len Kagamine. Walau marganya sama dengan Rin, mereka tak punya hubungan darah. Mungkin, jika mereka memiliki hubungan darah, Len pasti akan frustasi berat. Kenapa? Karena ia punya perasaan khusus untuk rekannya itu.

Len membuka pintu kamarnya, dan mendapati Rin yang berada di depan komputer miliknya dengan wajah antusias.

Len berusaha terlihat santai dan tenang. Walau, jantungnya terus berdetak tak karuan sejak ia tiba di kamarnya itu. Len dan Rin memang sekamar, itu paksaan dari Miku.

"Ah, Len! Lagumu yang Ikerenka sudah keluar 'loh!" ucap Rin dengan ceria.

Len hanya bisa diam sambil berjalan menuju Rin. Len sedikit membungkuk untuk melihat layar monitor yang menampilkan wajahnya yang memegang gitar dengan sebuah senyum.

Len ingat jelas, kalau foto itu diambil saat ia sedang rekaman lagu Ikerenka. Ia memang menyanyikannya sambil memainkan gitar.

Lagu yang bercerita tentang dirinya yang dingin dan sok keren di hadapan orang yang disukainya.

"Penghayatanmu di lagu itu sangat bagus 'loh! Aku saja sampai terpukau melihatmu yang bertampang sok keren saat menyanyikannya!" puji Rin dengan senyum lebar.

Len hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Sebagai tambahan, saat rekaman lagu Ikerenka, Len sama sekali tak menghayati perannya. Hanya saja, ia membayangkan kalau ia menyanyi untuk Rin.

Toh, ia menyukai Rin. Dan sikapnya pada Rin sangat dingin dan sok keren. Bahkan, Miku selalu mengomel mengenai sikapnya itu.

"Oh ya, Len. Kau mendapat inspirasi lagu ini dari siapa?" tanya Rin yang ikut duduk di samping Len setelah mematikan komputernya.

"Tidak ada," jawab Len datar. Rin cemberut.

Oh ayolah, Len tak mungkin menjawab kalau inspirasinya adalah gadis di hadapannya 'kan? Len terlalu gengsi untuk mengatakannya!

"Tapi, Len. Ini 'kan lagu cinta. Kau jatuh cinta 'ya? Pada siapa? Miku-nee?" ucap Rin mencoba menebak.

"Tidak. Aku tak jatuh cinta," jawab Len dengan nada yang sama.

Tentunya, Len tak akan jujur tentang jawaban atas pertanyaan Rin. Rin kembali cemberut.

"Len, di lagumu kau menulis kalau kau selalu gugup saat berada di dekatnya, ya 'kan?" tanya Rin serius.

"Gak 'tuh," elak Len.

"Cih! Kau sok keren!" ucap Rin sebal.

"Memang," balas Len dengan tampang datar lagi.

Kalau boleh jujur, Len sangat gugup sekarang. Hanya saja, ia mencoba menutupinya dengan bersikap dingin dan sok keren. Yah, itu kebiasaannya. Kebiasaan yang buruk.

"Jujur 'ya, aku lagi suka sama seseorang."

Len menoleh cepat ke arah Rin yang baru bilang kalau ia sedang menyukai seseorang. Len sangat terkejut. Mungkin, jika ia tahu siapa yang mencuri hati Rin. Ia akan segera menghajarnya. Ya, menghajarnya hingga babak belur.

"Siapa?"

"Len tak boleh tahu!" ucap Rin sembari mengeluarkan lidahnya, pipinya sedikit memerah.

Mungkin, jika Len tak sok keren, pipinya pasti sudah merah saat melihat wajah Rin yang lucu.

"Oh ya, kau terlalu percaya diri di lagu Ikerenka," ucap Rin dengan senyum miring.

"Memang. Masalah 'ya?" tanya Len dengan senyum miring.

"Sangat! Siapa juga yang selalu mendengarkanmu tiap hari? Oke, kau memang terkenal! Tapi, tetap saja, kau terlalu percaya diri!" ucap Rin dengan nada meninggi.

Len hanya mendengus dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sementara Rin, berjalan menuju kasurnya dan mengambil handphonenya yang berwarna orange.

Len masih sibuk sendiri dalam pikirannya. Ia memang terlalu percaya diri di lagu Ikerenka. Tapi, lagu itu adalah seluruh isi hatinya. Setidaknya, pada bagian terakhir lagu, ia berharap kalau orang yang disukainya terus menyukainya. Dan, hal itu juga yang diharapkannya dari Rin.

Lamunan Len buyar karena mendengar suara Rin yang tertawa hingga terguling di kasurnya. Len mengernyitkan alisnya.

"Kau kenapa?" tanya Len heran. Tumben-tumbennya Rin tertawa sangat keras.

"HAHAHA~~~ I-INI! HAHAHA~~~" Rin tetap saja tertawa sambil sesekali memukul kasurnya.

Len semakin heran. Ia pun segera menghampiri Rin dan melihat Rin yang sedang tertawa sambil memegang handphonenya.

Tanpa pikir panjang, Len langsung mengambil handphone Rin. Len menyalakan handphonenya dan membaca pesan singkat yang tertera di layar dengan alis yang bertaut.

From: Miku Hatsune

To: Rin Kagamine

Rin, kau bertanya tentang makna lagu Ikerenka? Itu tentang isi hati Len 'tahu! Ia membuat liriknya semalam suntuk! Asal kau tahu, di bawah kasurnya banyak sekali kertas yang merupakan lirik gagal dari lagu itu!

Len menganga. Sedangkan Rin masih tertawa sambil guling-guling. Aib Len sudah terbuka.

Empat siku langsung terlihat di sudut kepala Len. Kemarahannya sudah klimaks. Pasti Miku langsung rata setelah kembali ke mansion.

Len menaruh handphone Rin di kasur Rin. Ia pun segera menuju kasurnya dan merebahkan dirinya di kasur. Tangan kanannya menutupi wajahnya. Sungguh memalukan. Aib yang selalu ditutupi olehnya terbongkar sudah.

Rin duduk sambil memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa. Di sudut matanya terdapat setitik air mata karena tertawa tadi.

"L-Len… Jadi, siapa wanita itu? Kau sudah tak bisa mengelak lagi 'loh!" ucap Rin dengan senyum kemenangan.

"Tak akan kuberitahu!" balas Len dengan nada meninggi.

"Buh! Ya sudah, kutanya Miku-nee saja!"

Len langsung bangun dari posisinya dan dengan sigap mengambil handphone orange dari tangan Rin. Rin cuma cengo sejenak setelah handphonenya diambil oleh Len.

"Jangan tanya Miku-nee," ucap Len dengan tampang mengancam. Rin cuma nyengir saja.

"Kalau begitu, beritahu!" ucap Rin semangat.

Len mendengus kesal. Ia tak mungkin menghancurkan image yang sudah dibuatnya selama ini 'kan? Ia sangat menghindari yang namanya menyatakan cinta.

Rin langsung cemberut setelah Len hanya diam tak memberinya jawaban. Rin menghela nafas pasrah.

"Len Kagamine ga suki."

Len langsung menatap Rin dengan mata terbelalak. Rin menyatakan cinta? Oh, mimpi kali 'ya?

"Kau ngigau 'ya?" tanya Len dengan alisnya yang terangkat sebelah.

"Aku serius. Jadi, jawab pernyataanku. Itu saja," ucap Rin santai.

"Kau bohong 'ya?"

"Dibilang serius, gak percayaan amat 'sih!"

Wajah Rin sedikit memerah sekarang, ditambah wajahnya yang marah.

"Oke, orangnya kau. Puas?"

Rin tersenyum lebar. Ia langsung loncat-loncat di atas kasurnya dengan riangnya. Sesekali Rin berteriak dengan suaranya yang melengking itu.

"Rin! Nanti rubuh!" pekik Len panik. Bagaimana tidak? Rin terus loncat-loncat. Jika ranjangnya rubuh, Rin terluka, yang repot 'kan Len.

Tapi, Rin tetap tak mempedulikan Len. Ia terus meloncat saking senangnya. Len hanya bisa menghela nafas pasrah dan menggelengkan kepalanya.

'Kenapa aku bisa suka sama cewek seperti ini 'ya?'


A/N: Chapter 1 selesai! Ini drabble pertama saya! Ini menceritakan tentang kisah cinta Len yang tiap chapternya berbeda! Oke, semoga fic ini diterima 'ya! Kritik dan saran diterima!