Hari itu langit Seoul sangat cerah. Cuaca cerah di musim dingin yang indah itu seharusnya bisa membuat semua orang merasa bahagia. Seharusnya.
Tetapi tidak bagi Luhan. Hari ini ia baru saja mendapat kabar dari ibunya bahwa ia akan pindah sekolah. Well, Bukan hal itu masalahnya. Luhan tidak keberatan jika harus pindah sekolah, hanya saja sekolah pilihan ibunya sangat buruk.
Bullworth Academy.
Luhan dengar sekolah itu memang bagus, tapi murid-murid disana kebanyakan nakal. Bukan bermaksud sombong atau apa, tapi disekolah yang sekarang, Luhan selalu mendapat peringkat terbaik disekolahnya. Ia merasa tidak nyaman jika harus masuk sekolah itu.
"Ibu, katakan bahwa kau bercanda" Gumam Luhan pada ibunya yang sedang berbicara dengannya melalui handphone-nya.
"Tidak Luhan. Kau tau kan sekolah itu memiliki asrama, jadi ibu rasa kau akan lebih baik tinggal disana." Oh, ya. Luhan memang tau sekolah itu memiliki asrama, jadi ini alasan ibunya.
"Oh ayolah ibu, aku sudah 17 tahun. Tidak perlu terlalu menghawatirkanku"
"Kau memang 17 tahun, tapi kau tinggal di Korea sendiri sekarang. Jadilah anak baik dan turuti ibu. oke?"
Luhan menghela nafas berat, "Tapi bu—"
"Kemasi barang-barangmu, Lusa semester baru akan dimulai dan kau akan mulai sekolah disana. Ibu sudah mengurus semuanya, kau hanya perlu pergi ke sekolah itu besok. Seseorang akan menjemputmu. Tinggalkan saja apartement-mu itu, okay?"
"Baiklah .."
Luhan memutuskan sambungan teleponnya. "ah menyebalkan." erang Luhan sambil menghempaskan tubuhnya dikasur.
Bullworth Academy. Aku akan pindah kesana? Oh yang benar saja.
Tidak heran jika (Ibu Luhan) bisa melakukan apapun yang diinginkannya. Luhan memang berasal dari keluarga yang kaya, Ibunya mempunyai banyak orang yang dikenalnya diKorea. Mendaftarkan Luhan di satu sekolah lalu menyuruhnya pindah begitu saja, mudah sekali rasanya. Tinggal Luhan yang hanya bisa mengangguk mengatakan "ya" tanpa tau harus melakukan apa lagi.
Esoknya, Luhan sudah merapihkan semua baju-bajunya dan barang-barang kesayangannya. Semua sudah masuk ke dalam kopernya yang cukup besar. Tidak tau harus melakukan apa, Luhan hanya membaringkan tubuhnya disofa sambil menunggu orang yang disebut-sebut oleh ibunya itu datang menjemputnya.
Luhan menggerakan ibu jarinya untuk meng-scroll layar iPhone-nya itu. Ia sedang membrowsing tentang sekolah itu.
Ting
Tiba-tiba terdengar bunyi dari pintu apartementnya. Luhan dengan malasnya beranjak lalu membuka pintu itu.
Seorang laki-laki yang cukup tinggi, rambutnya yang coklat gelap, dan wajahnya yang terkesan dingin menyapa Luhan dengan senyum kecil.
Ia terlihat masih muda. Mungkin sekitar 21? 20? Oh terserah.
"Hai. Kau pasti Luhan kan?"
"Ya, aku Luhan."
"Namaku Kris. Kau pasti sudah tau apa tujuanku kesini karena pasti ibumu telah memberitahumu, ya kan?"
Luhan mengangguk, "Ya, begitulah. Jadi, aku harus berangkat sekarang—hyung?"
"Ya, sudah siap? Biar kubawakan—"
"Oh, Tidak perlu. Aku bisa membawa koperku sendiri" potong Luhan sambil tersenyum manis lalu berbalik dan menarik kopernya keluar.
Setelah menutup rapat pintu apartementnya, Luhan menghela nafas pelan lalu berbalik ke arah Kris. "Baiklah, ayo"
Kris tersenyum melihat tingkah Luhan yang sangat malas. Ia menuntun Luhan keluar dari gedung tersebut sambil sedikit menceritakan tentang Bullworth Academy. Tapi respon Luhan sangat terlihat kalau ia malas sekali pindah ke sekolah itu. Dia hanya merespon dengan anggukan atau "oh begitu"
Dimobil, Luhan hanya menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Sama sekali tidak berniat mengawali percakapan dengan Kris yang duduk dikursi kemudi mengendarai mobil dengan canggung karena suasana yang sangat dingin.
Kris memutuskan untuk berdehem dan berusaha membangun percakapan (lagi) dengan Luhan. "Jadi, kenapa kau tidak ingin sekolah disana?"
Luhan tersadar dari lamunannya lalu menggeleng pelan, "eh? Tidak, tidak apa-apa. Lagipula siapa yang bilang aku tidak ingin sekolah disana?" gumam Luhan dengan nada bicara yang sebisa mungkin terdengar biasa saja. Tapi gagal, Kris sudah tau bahwa ia berbohong.
"Kau terlihat malas sekali."
"Tidak."
"Ya, Jujur saja. Kau tau, Bullworth Academy sangat nyaman. Kau akan merasa seperti keluarga dengan murid-murid disana."
Luhan mendengus lalu menutup matanya, "Ah, sudahlah, Lihat saja nanti." gumamnya, tidak mau lagi membicarakan hal itu.
Kris hanya terkekeh pelan lalu kembali fokus mengemudi.
Sekitar 10 menit kemudian, mereka akhirnya sampai. Luhan membuka matanya perlahan, well, ia tadinya hanya ingin memejamkan matanya tapi malah tertidur. Ia terbangun dengan pemandangan tembok rata didepannya. "Apa ini?" tanya Luhan, yang masih setengah sadar—mungkin.
Kris menoleh lalu tertawa pelan. "Itu tembok, kita sudah sampai di Bullworth dan ini diparkiran. Turunlah" kata Kris sambil bergegas keluar dari mobil.
Luhan yang akhirnya tersadar sepenuhnya langsung membuka safety belt nya dan ikut keluar dari mobil. Kris sudah menggenggam koper Luhan yang baru di turunkannya dari bagasi, "Ayo" Ajak kris sambil menarik koper Luhan. Luhan berjalan mengikuti Kris dari belakang.
Well, Luhan tidak begitu yakin dengan apa yang dilihatnya. Tapi.. Sekolah ini sangat luas. Lebih luas dari yang Luhan lihat di fotonya di internet. Kris mengenalkan beberapa bangunan pada Luhan, sebuah bangunan besar yang merupakan pusat dari sekolah itu. Tempat semua murid belajar dan yang lain. Kris berbelok, mengarah ke sebuah jalan yang terbagi tiga. Lalu ia berhenti ditengah-tengah.
"Seperti yang kau lihat, Pintu gerbang yang ada didepanmu itu adalah gerbang utama sekolah ini. Dan disamping kiri-mu itu asrama perempuan. Dan disamping kananmu, itu asrama laki-laki." Jelas Kris. Luhan hanya bisa mengangguk sambil dalam hati menganggumi bangunan yang bisa dibilang cukup besar itu.
Kris tertawa melihat reaksi Luhan, "Ayolah, kita ke kamarmu" ajak Kris lagi sambil berjalan ke arah asrama Laki-laki dan Luhan segera membuntuti dibelakang.
Lahan yang luas, bangunan-bangunan yang bagus, semua terlihat aneh ketika Luhan menyadari satu hal. Murid-murid. Kemana semua murid? Bukankah ini adalah sekolah?
Luhan baru saja hendak menanyakan hal itu kepada Kris, tetapi tiba-tiba Kris berhenti dan membuat Luhan yang tidak terlalu fokus dibelakang menabrak punggung Kris.
"Hey" gumam Kris pelan sambil menengok ke belakang. "Maaf. Kau yang berhenti tiba-tiba." ujar Luhan sambil mengusap keningnya.
Kris tertawa kecil, "Maaf. Baiklah, ini asrama laki-laki. Ayo masuk" Luhan memutar bola matanya, "Apa kau harus selalu berhenti dan mengenalkan suatu hal padaku? Ibuku menyuruhmu melakukannya?"
"Haha ya begitulah" Jawab Kris sambil melangkah memasuki asrama. Sama. Asrama itu juga sepi, tidak ada satupun murid yang berlalu lalang disana. hanya ada sebuah ruangan tanpa pintu yang cukup besar dengan meja, beberapa mesin game dan mesin minuman, sofa dan juga televisi. Ruang bermain? entahlah.
Kris menunjukan sebuah kamar pada Luhan, Luhan segera masuk dan melihat sekeliling. kamar itu cukup luas. Terdapat dua ranjang disana, dua lemari, dan dua meja belajar. Semuanya ada dua, berarti ia akan tinggal berdua disana?
"Kamar ini untuk dua orang?" tanya Luhan sambil duduk di sisi salah satu kasur.
"Ya, seseorang akan menempati kamar ini juga. Tunggu saja, nanti pasti dia datang." jawab Kris, lalu meletakan koper Luhan disamping salah satu lemari.
"Nah, kurasa tugasku sudah selesai." Kris mengeluarkan sesuatu dari dompetnya lalu menyerahkannya pada Luhan, "Ini kartu nama ku, hubungi saja aku jika butuh sesuatu."
Luhan mengambil kartu tersebut dan membacanya sekilas, matanya membulat lebar ketika melihat tulisan kecil dibawahnya, "songsaenim? kau .. guru?" Luhan tercengang.
Jadi daritadi ia sudah bersikap kurang baik pada seorang GURU. Good job, Luhan.
Luhan segera berdiri lalu membungkuk, "Maafkan aku, aku tidak tau jika kau guru. Maaf karena telah bersikap kurang sopan. Maaf, maafkan aku."
Kris hanya tertawa pelan, "Tidak apa-apa, aku bisa maklum. Wajahku yang terlihat muda ini memang membuat orang susah mempercayai kalau aku sudah 23." Jawab Kris—dengan sedikit nada sombong.
Luhan hanya terdiam, "Begitu ya .."
"Baiklah, kurasa aku bisa pergi sekarang?"
"Eh songsaenim! tunggu!" Luhan cepat-cepat menahan Kris. "Apa?"
"Ada yang ingin kutanyakan. Kemana semua murid? Apa ini sekolah hantu atau sesuatu?" tanya Luhan dengan nada yang terdengar sedikit ketakukan.
Kris tertawa,"Tidak. Mereka semua masih dirumah mereka, karena liburan, mereka biasa pulang kerumah dan kembali lagi saat masuk sekolah. Hari ini hari terakhir, kurasa mereka akan datang sebentar lagi." Kris melihat jam tangannya, "Ini masih pagi. Mereka pasti datang. Kau istirahat dulu saja, ok? Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik, Luhan." Kris tersenyum lalu menepuk pundak Luhan pelan dan bergegas pergi.
Luhan masih terpaku ditempatnya, baiklah dia sendirian sekarang. So, apa yang harus kulakukan sekarang? Tanya Luhan pada dirinya sendiri. Ia menerawang sekitar lalu matanya tertuju pada kopernya, "Oh, pindahkan baju." Luhan akhirnya memutuskan untuk memindahkan baju-bajunya ke dalam lemari. Tapi ketika ia membuka lemari tersebut, ada beberapa seragam tergantung disana serta buku-buku dan peralatan menulis. Luhan mengambil salah satu seragam itu dan menemukan secakir kertas disakunya.
"Untuk anaku, Xi Luhan. Semoga kau betah disekolahmu yang baru. Semangat!"
Luhan tersenyum, ia tau itu bukan tulisan ibunya, pasti Kris yang menuliskannya atas dasar perintah ibunya. "Berlebihan" gumam Luhan pelan, meskipun dalam hati ia sangat bersyukur mempunyai ibu yang sangat mencintainya.
Seorang namja kecil membuka pintu kamar Luhan, Luhan sedang asyik berbaring di kasur sambil mendengarkan musik dari iPod-nya menggunakan earphone sehingga ia tidak mendengar suara pintu yang terbuka itu.
Namja kecil bermata sipit itu menarik kopernya masuk lalu tersenyum ketika melihat Luhan. Ia menghampiri Luhan dan menepuk pundak Luhan. Yang ditepuk segera menoleh, Luhan melepaskan earphone-nya lalu bangkit dan tersenyum ke arah namja itu. "Oh, Hai!" sapa Luhan ramah.
"Hai. Kau murid baru?" tanya namja itu.
Luhan mengangguk, "Ya" Lalu ia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, "Lu Han"
Namja itu menjabat tangan Luhan lalu tersenyum, "Byun Baekhyun."
Setelah itu mereka berdua mengobrol panjang lebar, walau baru beberapa menit berkenalan mereka berdua sudah sangat akrab. Luhan membantu Baekhyun merapihkan baju-bajunya ke dalam lemari sambil bercakap-cakap. Baekhyun bercerita tentang pengalamannya selama bersekolah disini, bagaimana ia dibully dulu, peraturan sekolah yang cukup ketat, itu semua membuat Luhan bergidik ngeri membayangkan bagaimana nasibnya disekolah ini nanti. Tapi ada beberapa bagian dari cerita Baekhyun yang ia sukai, Baekhyun bilang, pada hari-hari tertentu, BA (Bullworth Academy) biasa menyelenggarakan perayaan. Seperti misalnya pada hari Valentine,
Halloween, dan lain-lain.
"Tapi, overall aku suka bersekolah disini. Saat kau sudah menemukan teman, sekolah ini akan terasa nyaman." Gumam Baekhyun di akhir ceritanya.
Luhan mengangguk, "Hm, Semoga aku betah disini."
Dan mereka berdua menghabiskan malam saling bercerita, sebelum akhirnya jam menunjukan pukul 10 malam dan mereka tertidur.
"LUHAN! YA! LUHAN BANGUN!" Teriak Baekhyun sambil mengguncang tubuh Luhan dengan kuat. Luhan menguap malas lalu perlahan membuka matanya menatap baekhyun, "Apa?" gumamnya malas.
"INI SUDAH HAMPIR JAM 8 KAU TAU! AKU SUDAH MEMBANGUNKANMU DARITADI TAPI KAU TIDUR SAJA!" Teriakan Baekhyun sukses membuat Luhan membuka matanya lebar.
"APA?! JAM 8?!" Dan Luhan akhirnya terbangun dan benar-benar tersadar kalau ia memang terlambat. Baekhyun sudah rapih dengan seragamnya, sudah siap untuk berlari ke sekolah. Tapi Luhan? ia baru saja terbangun dan butuh waktu kurang lebih setengah jam untuk bersiap-siap. Very Well, Luhan.
Luhan berlarian dikamarnya mencari handuk untuk mandi, hingga akhirnya Baekhyun melemparkan handuk padanya dan mendarat tepat diwajah Luhan. "Pakai handuku dulu saja. Cepat mandi dan berangkat! Aku duluan." Baekhyun baru saja hendak berlari keluar ketika kemudian Luhan menghalangi jalannya.
"Apa lagi?! Kau tau—"
"JANGAN TINGGAL AKU! AKU TIDAK TAU JALAN"
Baekhyun menghela nafas, Baekhyun lupa kalau Luhan adalah anak baru. "Ah, payah. Kalau begitu cari saja kelas dimana ada aku didalamnya. Kau bisa melihatku dari luar jendela. Sekarang menyingkirlah dan pergi mandi!" kata baekhyun lalu menyingkirkan Luhan segera dari hadapannya.
Luhan terpaku sebentar. Oh astaga aku bahkan tidak tau dimana kelas-kelas itu! Luhan mengacak-acak rambutnya frustasi kemudian berlari ke kamar mandi.
Luhan sudah rapih dengan seragamnya, seragam barunya itu terlihat lebih keren dibanding dari seragamnya disekolah yang lama. Oh ayolah Luhan, tidak ada waktu menganggumi seragam!
Ia belum sempat memakai blazer-nya. Luhan berlari keluar dari asrama sambil berusaha memakai blazernya itu, tanpa sadar ia terus berlari dan berlari. Dan tepat sebelum ia menaiki tangga pendek yang menuju ke gedung utama tersebut, ia menabrak seseorang dan sesuatu berwarna coklat tumpah tepat ke kemeja dan sepatunya. "ASTAGA!" Teriak Luhan terkejut.
Luhan mendongak melihat siapa orang sialan yang sudah menumpahkan kopinya keseragamnya itu. Namja yang lebih tinggi dari Luhan itu terdiam menatap kopinya yang sudah berceceran di tanah. "ah, kopiku.." gumam namja itu pelan. Ia hanya terfokus pada kopinya, tidak kepada baju Luhan yang terkotori dengan noda coklat.
Luhan mengerang kesal, "YAH! BODOH! LIHATLAH! KAU SUDAH MENUMPAHKAN KOPIMU DI SERAGAMKU! TAU KAH KAU INI HARI PERTAMAKU SEKOLAH HAH?! HARI PERTAMA DAN KAU SUDAH MERUSAKNYA!" Teriak Luhan kesal.
Namja itu seperti baru menyadari keberadaan Luhan, ia menatap Luhan lalu mengerjap satu kali, dua kali. Seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Oh.. kena ya. Maaf." Gumam namja itu pelan, masih menatap Luhan.
Luhan serasa ingin menonjok wajah datar namja itu, tapi ia segera tersadar bahwa ia sudah telat sekarang. Melayani namja ini hanya akan membuang waktu. "TERSERAH! AKU SUDAH TELAT!"
"Hey, Tunggu!" Namja itu menggapai lengan Luhan, tapi Luhan segera melepaskannya.
"JANGAN SENTUH! AKU HARUS PERGI SEKARANG!"
"Bisakah kau tidak teriak? Aku minta—"
"TIDAK PERLU! KAU SUDAH MERUSAK HARI PERTAMAKU! PERGILAH! AKU TIDAK MAU MELIHAT WAJAHMU!" Teriak Luhan lagi, lalu segera berlari.
"Hey, Lagipula kau tidak akan belajar hari ini!" Teriak namja itu, tapi Luhan tidak menghiraukan dan terus berlari hingga sosoknya hilang di balik pintu. Diam-diam namja itu tersenyum, "Manis." gumamnya pelan.
Luhan tercengang ketika ketika memasuki gedung utama. Dihadapannya ada sebuah aula besar dengan sebuah tangga besar menuju ke lantai 2, 2 lorong di sebelah kanan dan kiri, dan 2 lorong lainnya di sebelah tangga. Sial, Bagaimana aku bisa menemukan kelas Baekhyun? Haruskah mengitari gedung berlantai 3 ini?
Luhan menoleh kekanan dan kekiri, akhirnya memutuskan untuk pergi ke lorong sebelah kanan. Ia berlari sambil sesekali matanya menjelajah setiap tulisan yang tertera pada tiap kelas. Art Class. Laboratorium. dan masih banyak lagi. Tapi kelas itu kosong. Semuanya.
Ia berhenti, mengambil nafas sebentar karena lelah berlarian. "Sial, dimana kelas itu." erang Luhan kesal sambil menyeka keringat di keningnya dengan punggung tangannya.
Ia berjalan lagi, hingga akhirnya berhenti didepan sebuah kelas karena mendengar suara seorang namja, yang sepertinya sudah akrab ditelinganya.
"Jadi, seperti biasa, hari ini kita akan—"
Luhan langsung berjinjit, berusaha menggapai jendela yang cukup tinggi itu. Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri karena tinggi badannya yang bisa dibilang tidak terlalu tinggi itu membuatnya kesulitan mencapai jendela berbentuk persegi itu.
"Hey." sapa sebuah suara, dan sukses membuat Luhan terkejut. Ia berbalik, dan matanya membulat ketika melihat orang dibelakangnya.
Orang yang sudah merusak hari pertamanya. Orang itulah yang muncul di depan Luhan sekarang.
"Kau lagi?! Mau apa hah?!" Teriak Luhan kasar.
Namja itu tertawa kecil, "Aku Oh Sehun" gumam namja itu sambil mengulurkan tangannya pada Luhan. Luhan memutar bola matanya, "Bodoh. Aku tidak ada waktu untuk berkenalan" gumam Luhan acuh, lalu berbalik kembali berusaha melihat ke jendela. Masih berusaha menggapainya.
Sehun mengepalkan tangannya yang sudah terulur. dengan setengah hati, ia memasukan kembali ke saku celananya. "sedang apa?"
"Bukan urusanmu."
Sehun tersenyum setelah akhirnya menyadari kesulitan Luhan, Ia berjalan ke samping Luhan dan dengan tinggi badannya yang bisa dibilang jauh lebih tinggi dari Luhan, ia bisa menggapai jendela itu. Luhan menoleh, dan dalam hati mengerang kesal. sial sial sial.
"Kau ingin melihat apa?" Tanya sehun lagi.
"Bukan urusanmu!" Jawab Luhan, masih terlalu gengsi untuk mengakui kalau dia tidak bisa menggapai jendela itu—walau memang sudah jelas ia tidak bisa menggapainya.
"Kau tau, aku bisa membantumu melihat kedalam kelas itu."
"Dan aku tidak peduli."
"Benarkah? Aku bisa membantumu."
"Jangan bicara, aku sedang berusaha."
"Yaa kecuali jika kau ingin telat dan hari pertamamu bertambah buruk"
Luhan benci untuk mengakuinya, tapi perkataan sehun memang benar. Ia tidak ingin hari pertamanya bertambah buruk, sudah seragamnya ternodai, dan harus ditambah dengan malu karena telat di hari pertama? Oh tidak. Dan dengan berat hati, Luhan mundur dari jendela tersebut lalu menghela nafas pelan. "Baiklah, tolong aku"
Sehun tersenyum penuh kemenangan, "Baiklah, dengan senang hati."
"Lihat didalam kelas itu, apa Baekhyun ada disana atau tidak. Kau kenal Baekhyun kan?"
"Ya." lalu Sehun segera mengintip ke arah jendela, dan mengangguk. "Itu dia disana"
Luhan langsung merasa senang seketika. Oh akhirnya! "Benarkah? Baiklah, terima kasih!" gumam Luhan dengan segera lalu berlari masuk kekelas tersebut. Meninggalkan Sehun yang terdiam. "Begitu saja? ck"
"Maaf aku telat" Gumam Luhan pelan sambil menundukan kepalanya. Well, sebenarnya dia merasa sedikit lega ketika ia tahu bahwa guru yang sedang mengajar adalah Kris. Setidaknya ia tidak akan dihukum—mungkin.
Kris menatap Luhan dari balik mejanya sambil mengetuk-ngetuk meja dengan spidol.
"Darimana saja?"
"Aku—Tersesat."
Dan seketika satu kelas tertawa, kecuali Baekhyun tentunya. Oh sial, Luhan ingin sekali berteriak memberitahu kalau ia adalah murid baru. Wajar bukan?
Seakan bisa membaca fikiran Luhan, Kris berdiri dan menyuruh murid-muridnya diam. Lalu menepuk pundak Luhan dan mengenalkan bahwa Luhan adalah murid baru. Setelah melemparkan sebuah senyuman palsu kepada teman satu kelasnya itu, Luhan akhirnya dipersilahkan untuk duduk. Dan ia memilih tempat disamping Baekhyun.
"Kufikir kau tidak akan menemukan kelas ini" bisik Baekhyun pelan. Luhan hanya memutar bola matanya, "Diamlah"
Kris berdehem, "Baiklah, Seperti yang sudah kalian ketahui. Hari ini kita tidak akan langsung belajar, melainkan hanya membagikan jadwal baru dan yang lain."
Dalam hati Luhan kembali mengingat kalimat Sehun yang ia dengar tadi, "Lagipula kau tidak akan belajar hari ini." dan diam-diam mengakui kalau Sehun memang benar. Oh astaga Luhan, jangan fikirkan Sehun! gumam Luhan pada dirinya sendiri sambil mengetuk kepalanya pelan.
"Dan berhubung saya mengajar bahasa inggris, kurasa mulai sekarang saya akan terus berbicara bahasa inggris dengan kalian. Untuk latihan, agar terbiasa. Jadi—"
Kalimat Kris terpotong dengan ketukan pintu, Semua serentak menoleh kearah pintu.
"Ya masuk" gumam Kris mempersilahkan.
Dan ketika pintu kelas terbuka, Semua mata langsung terkejut. Terutama Luhan, tentu.
Oh Sehun, dia berdiri disana.
Kenapa dia lagi? Kenapa anak itu ada dimana-mana?! gumam Luhan kesal dalam hatinya.
"Annyeonghaseyo, Kris songsaenim" sapa sehun dengan sopan lalu membungkukan badannya.
"Oh, kau. Sedang apa disini?"
"Aku ingin masuk ke kelas ini saja."
Dan Luhan serasa ingin meledak saat itu juga. Satu kelas dengan Oh Sehun? Oh tidak. Jangan.
"Eh? Kenapa?"
"Kurasa aku akan merasa lebih nyaman disini." dan tiba-tiba saja matanya menatap ke arah Luhan. Luhan yang juga sedang menatap kearahnya langsung sontak membuang wajahnya.
Kris hanya menaikan bahu, "Baiklah, cari tempat kosong"
OH TIDAK. Bagaimana bisa Kris membiarkannya pindah kelas begitu saja?! Memangnya dia fikir dia siapa?! Oh sialll! Luhan bergumam tidak jelas.
Sehun menyunggingkan seulas senyum, "Terima kasih" lalu ia berjalan, dan duduk di bangku kosong. Tepat di belakang Luhan.
Kuulangi, TEPAT DI BELAKANG LUHAN.
"Hey, bro" ujar Sehun, menyapa Chanyeol yang duduk di belakang Baekhyun lalu duduk di bangkunya.
"Kenapa pindah kesini?" tanya Chanyeol pada Sehun. "Bosan" jawab Sehun singkat, lalu matanya mengarah kepada Luhan yang duduk tepat di depannya. Ia mencolek bahu Luhan, "Kita bertemu lagi"
"Diam" gumam Luhan dingin, tanpa menoleh ke arah sehun. Sehun hanya terkekeh pelan.
"Baiklah, seperti yang sudah saya katakan. Since now, i will start speak english with you guys. Okay, So now.. How should we start? Oh, what about telling story about your holiday? Anyone want to go to front of the class and telling story?"
Dan tidak ada satu murid pun yang bersedia untuk maju. Kris menghela nafas, "Okay." matanya menerawang ke sekitar kelas, dan tertuju pada Oh Sehun. "What about you, Sehun?"
Sehun yang sedang asyik memandangi Luhan dari belakang langsung menoleh, "Yes, sir?"
"Mind to telling your story to your friends in front of class?"
Sehun berfikir sejenak lalu ia tersenyum misterius. "Sure"
Sehun berjalan kedepan kelas dan berdiri disana. "Well, My holiday isn't going well. I'm just sleep, playing games, eat. I don't think you guys want to hear me telling story about how i sleep, right?"
Dan semua kelas tertawa, kecuali Luhan. Membosankan. gumamnya pelan.
"But. Today, on my first day of school. Something good happened. If i knew this is going to happened, i will wish for less holiday and quickly start go back to school"
Seorang anak perempuan mengacungkan tangannya, "Why sehun?"
Sehun menunjukan smirknya lalu menatap ke arah Luhan, "Because i met an angel today."
Semua orang di kelas lansung serentak ber-oh ria. Sementara Luhan, Dalam hati berdoa bahwa angel yang dimaksud Sehun itu bukan dirinya.
"An angel that just falling from the sky bumped into me this morning. But, unfortunately, i poured my coffee and make her wings dirty."
Luhan bersumpah ia ingin menunjuk Oh Sehun saat itu juga. Anak sialan ini pasti sedang menceritakanku. Siaalllll!
"And you know what, that angel's face is sooooo pretty. but, unfortunately again, his attitude is not as pretty as her face. That angel keep yelling at me. Ah, it's so hurting my heart."
"YA! OH SEHUN!" Luhan sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, ia berdiri dan berteriak ke arah Sehun. Alhasil, semua mata tertuju padanya sekarang. Bahkan Kris, Ia tidak mengerti kenapa Luhan seperti itu.
"Why, Luhan?" Tanya Kris sambil menatap kearah Luhan dengan heran.
Luhan tersadar sekarang semua orang yang ada dikelas menatap kearahnya. Baekhyun menarik ujung seragam Luhan pelan sambil berbisik, "Hey, duduklah. Kau ini kenapa huh?"
Luhan tidak memperdulikan, Ia masih menatap ke arah Sehun dengan kesal sementara Sehun menatapnya dengan wajah sok polos. "Any problem, Luhan?" tanya Sehun.
Luhan menggeram kesal, Baekhyun yang terus-terusan membujuknya untuk diam membuatnya semakin merasa panas.
"Sit down and listen to Sehun, Luhan." gumam Kris pada akhirnya, "Duduk." perintahnya sekali lagi.
Akhirnya Luhan menyerah, "Sorry" gumamnya pelan lalu duduk lagi ditempatnya,
Sementara Sehun tersenyum penuh kemenangan lalu mulai melanjutkan ceritanya. Dan di akhir ceritanya, Satu kalimat dari Sehun sukses membuat Luhan ingin mencekiknya saat itu juga.
"I hope that angel was my destiny, i hope that angel can be more nice to me. I'm sure, when she smile, she will look even more more prettier than she already is." kemudian menyunggingkan smirk ke arah Luhan. Luhan membalasnya dengan pandangan tajam.
I hate you so much, Oh Sehun.
Gimanaaaa? Ini pertama kali nulis disini, kok agak bingung ya. haha
Follow, fav & review yaaa :33
