Trio Jones Mencari Cinta
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Tidak ada keuntungan apapun dalam membuat fic ini kecuali untuk kepuasan sendiri
.
Warning: Gaje, absurd, Ooc, Typo, Au dll.
.
.
.
Kringgg kringg
Seluruh murid KHS berhamburan keluar saat bel pulang sekolah berdering. Seperti gerombolan semut, mereka berduyun-duyun keluar melewati gerbang sekolah.
Di ruang kelas 2C suasana hening sepi, terlihat dua orang siswi tengah duduk manis menunggu (pembagian sembako # plakk /author sialan, emang kaya lu Kere!/ # author nangis kejer) seseorang. Dua gadis berbeda rambut ini menghela nafas bosan.
"Huaahh, si Karin mana sih? Lama banget! Mana badan gue pegel-pegel lagi!" sungut siswi bercepol dua aka Tenten.
Tenten, ketua karate yang lebay, hal yang paling ia benci adalah hal merepotkan dan yang ia sukai tentu saja hal yang tidak merepotkan (simpel amat lu/ berisik!/ #author-ditimbun), hobinya ngupil di waktu senggang. Paling benci disuruh memasak, tentu saja, memasak baginya hanya membuat tangan emasnya terluka oleh cipratan minyak, belum lagi bawang merah yang membuat mata perih. Sekalipun ia masak, masakannya adalah alat pembunuh terampuh di abad ini.
Tenten menguap bosan, ia merenggangkan tangannya, melemaskan tangan kakunya sehabis belajar. Di sampingnya gadis berambut blonde mendelik sebal. "Rapatkan ketekmu, Tenten!" Ucapnya dengan sarkasme.
'Hup' segera Tenten merapatkan tangannya kembali. Ia menoleh bosan ke arah sahabatnya itu. "Lu cerewet amat, Ino!".
"Gimana gue ga cerewet kalau bau ketek lu mirip bunga bangke! Berapa hari lu kaga mandi, huh?!"
"Err baru 3 hari,"
"Whatt!" Ino menjerit frustasi, "3 hari lu bilang baru! Memang biasanya?!" Sambungnya kesal.
"Sebulan," Tenten menjawab dengan watadosnya.
Gubrag
Ino menjatuhkan kepalanya ke meja. Memandang jijik sahabatnya itu. Ia tidak habis pikir dengan sahabat tomboy'nya itu, bagaimana bisa seorang gadis bisa bertahan tidak mandi sampai sebulan? (Siapa dulu gurunya? Authorr gitu loh nyahaha # disumpal -kaos kaki)
Ino, gadis cerewet, ceria dan bersahabat. Saking bersahabatnya terhadap perempuan sampai ia sering dijuluki Yuri. Hobinya merangkai bunga dan mengumpulkan bunga. Rekor tertinggi dalam kerusuhan yang ditimbulkan adalah pernah membawa bunga bangkai ke sekolah dan mempersembahkannya pada Sasuke sebagai wujud tali kasih. Menurutnya, bunga bangkai melambangkan perasaannya yang takan luntur sampai akhir hayat hingga menjadi bangkai sekalipun. Whut de puk, siapa yang bilang arti bunga bangkai seperti itu sih
? (Siapa lagi kalau bukan author imut ini grin emotikon # pose ala mimi#)
"Menjijikan! Harusnya elu sedikit lebih merawat tubuh lu, Ten! Jangan hanya otot yang dipikirkan, kesehatan perlu loh!" Tegur Ino panjang lebar yang membuat Tenten memutar bola matanya. Bosan dengan ocehan sahabatnya ini.
"Ya ya ya, akan ku usahakan," dengus Tenten sebal.
Pip pip pip
Ino segera merogoh ponsel di saku seragamnya saat mendengar dering yang menandakan ada pesan baru.
"Itu pasti Karin," ucap Tenten ikut melongok ke arah ponsel Ino dan menbaca pesannya.
Karin:
Sorry, kaya'nya gue ga bisa pulang bareng kalian. Gue ada kencan ama yayang Sai. Salam cinta para jones nyahaha
"Whatt!" Seru mereka berdua.
"Kampret si Karin, minta gue beri anu-anu rupanya! Beraninya dia ninggalin kita!" amuk Tenten dengan muka merah padam, asap mengepul dari lubang hidungnya.
"Awas lu, Karin! Gue grepe baru tahu rasa!" Ino ikut mengumpat menumpahkan kekesalannya. Tangannya memukul meja dengan keras. 'dugh' ia meringis kesakitan.
"Eh? Serius lu mau grepe si Karin?" giliran Tenten menaikan sebelah alisnya memandang ngeri ke arah Ino. Sedangkan Ino hanya nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Kyaaa Ino Yuriii!" jerit Tenten dengan lebay'nya. Memasang pose fighting dan mengeluarkan jurus absurd'nya "Hush hush sanah, akyuh tidak sukah kamyuh," tangannya digerakan ala mengusir ayam.
"Najis lu!" Ino memandang ngeri plus jijik melihat Tenten bergaya seperti artis Indonesia itu, yang terkenal 'maju mundur maju mundur cantik' itu.
Huft' Tenten mendengus, memonyongkan bibirnya. "Padahal ini gaya paling hot, cetar membahenol abad ini. Keren tauuu!".
"Keren jidatmu! Sudahlah, ayo kita pulang! Dari pada gue eneg denger ke'alay'anmu, Ten!" Ino bangkit dari tempat duduknya, diikuti Tenten.
Mereka berjalan bersama melewati koridor sekolah yang memang tidak terlalu ramai. Ada beberapa anak yang baru saja keluar kelas seperti halnya mereka, mungkin habis piket kelas.
"Eh Ino, lihat itu!" Tenten menyenggol Ino dan menunjuk satu arah dengan telunjuknya.
"Apaan sih?" dengan malas Ino menoleh ke arah yang ditunjuk Tenten. Ia mengernyit bingung, tak mengerti dengan apa yang Tenten tunjukan.
"Itu loh yang di bawah pohon!" Ino kembali memfokuskan pandangannya ke arah pohon besar di depan perpustakaan. Manik aquamarine'nya menemukan seluet pirang yang tengah duduk termangu.
"Kuning-kuning"
Keduanya saling pandang dan... "bwahaha" tawa mereka meledak, membuncah meramaikan koridor sepi.
Pletak
"Adawww," pekik Tenten saat sebuah sepatu mengenai kepalanya. Ino makin tertawa keras melihat ekspresi Tenten yang sangat lucu mirip anak penderita busung lapar.
"Gue dengar ucapan kalian, nenek lampir!" entah bagaimana ceritanya, Naruto aka siswa yang tadi diperhatikan tiba-tiba ada di depan mereka. Mungkin meminjam pintu ajaib Doraemon, atau memakai jurus ruang dan waktu hingga bisa secepat ini (mana ada begituan, author somplak!/ biaren weee, ini cerita gue wek tongue emotikon #ditendang readers).
"Kenapa? Marah?" tanya Ino, wajah tanpa dosa Ino yang seolah 'Naruto, grepe aku dong!' membuat Naruto mendengus sebal, ingin menggendong dan melempar ke ranjang lalu anu-anu #plak (readers: ini rate T woiii).
"Tentu saja marah. Memang salah ya kalau rambut gue kuning?" Naruto mengerutkan kening dan menatap tajam Ino yang entah kena setan apa, atau mungkin kena asap kemenyan mba orochi hingga tiba-tiba Ino menguap. Lalu ia menatap Tenten bergantian. Dilihatnya Tenten tengah menggali harta karun di dalam lubang hidungnya alias ngupil. Glek' Naruto memandang jijik.
"Salah!" jawab Ino cuek.
"Kenapa?" tanya Naruto lagi dengan nada alay seperti iklan di tv.
"Karna sponge bob warnanya kuning," jawab Ino lagi penuh percaya diri.
"Bakaa! Itu ga da hubungannya? dan lihat rambut lu, kampret! Rambut lu juga kuning, baka!" raung Naruto kesal dengan jawaban Ino yang terkesan eerr aneh. Coba saja kalian pikir jika ada pertanyaan "kenapa harus makan?" trus tiba-tiba ada yang jawab "karna kucing gue belang" hah! Jadi kalau kucing ga belang berarti ga makan dong. Nah kedongkolan seperti itu yang si Naruto rasakan.
"Sorry ye, rambut gue ini platina ala penyanyi Taylor swift gitu. Nah lu! Semua orang tahu kali, kalau kuning, semua orang teringat pada sesuatu yang sering ngambang di sungai ataupun penghuni soptiteng," Ino menyerigai membiarkan sepupunya melongo dan mencerna apa yang ia ucapkan. Lalu ia meraih tangan Tenten yang membuat Tenten melotot dan dibalas pelototan Ino.
'Lo Yuri beneran, No'
'Kampret!'
'Trus ngapain pegang tangan gue?'
'Kita kabur, somplak!'
'Kabur? Kemana?'
'Ke hatiku'
'Najis lu!'
'Ya ke rumah, baka!'
Begitulah arti dari pelototan mereka. Sementara itu, Naruto masih mencerna dengan otak pe'a nya.
Kuning?
Ngambang?
Sungai?
Soptiteng?
Eh?
Soptiteng!
Whatttt!
"Lu pikir gue kotoran apa!" raung Naruto, tangannya digebuk-gebukan ke dada mengikuti sebuah film gorila mengamuk.
"Kabuuuurrrrr"
Secepat petir Ino dan Tenten berlari meninggalkan Naruto yang tengah mengamuk, karna tak dapat mengejar, ia pun nangis kejer sampai guling-guling di tanah seperti anak kecil minta dibeliin balon..
"Apa salah rambut seksi gue!"
Dan mereka juga masih sempet denger ucapan narsis Naruto yang membuat mereka ingin muntah.
.
.
.
'Mwuhehe,' Karin terkikik sendiri di dalam hati. Tangannya memeluk erat perut Sai hingga yang punya melototkan matanya karna saking eratnya dan membuatnya mual. 'asyik, pulang bareng Sai' tak memperdulikan keadaan mengenaskan si Sai, Karin tetap berceloteh dalam hati. Saat ini mereka berdua tengah dalam perjalanan pulang menggunakan sepeda butut si Sai yang katanya warisan mbah Madara.
Sret
Karin mengerutkan keningnya saat merasakan sepeda Sai berhenti.
"Turun!"
"Hah?" Karin melongo dengan tidak elitnya dan memandang Sai penuh tanya. 'Jangan-jangan dia mau melakukan 'itu' di sini! Gimana ini! Kyaaaa gue malu!' jerit Karin dalam hati sambil menahan rona merahnya.
"Gue ga sudi pulang ama orang jelek macam lu!"
praaaangggg
Seketika angan-angan Karin pecah berhamburan menjadi puing-puing butiran debu.
A-apa?
Mimpi gue?
Tidakkk!
"Kenapa?" air mata Karin bercucuran dengan ingus yang melumer hingga bibirnya. 'Sroooottt' tanpa dosa, ia memakai seragam Sai untuk membersihkan ingusnya hingga sang empunya merasa jijik dan mendorong Karin. Dengan ala-ala film India, Karin nemplok di tiang listrik. "Tuhan, apa salah keimutanku hingga dia menolakku," ratapnya lebay.
"Lebay lu," Sai mengabaikan Karin dan pergi begitu saja menghampiri gadis berambut pink yang tengah berjalan sendirian.
"Ayo neng," ajaknya pada Sakura.
"Iya abang," Sakura kemudian duduk di boncengannya dan 'serrr' sepeda butut itu melaju meninggalkan Karin yang mengejarnya dengan lamban, sesekali mengibaskan rambutnya.
"Tunggu Saiiii," Karin berlari dengan gerakan slow emotion, dan entah darimana batu kurang ajar menghalangi jalan Karin. Dan...
Dugh
Brugh
Karin tersandung dan terjatuh tersungkur dengan wajah mendarat ke tanah. Karin bangkit dengan wajah yang err memprihatinkan, wajahnya menyerupai gembel kolong jembatan.
Bbrrrssshhhh
Dan sial lagi hujan mengguyur tubuh di sekitar Karin. Ia menangis tersedu-sedan.
"Payung hitam yang menjadi saksi... Mengapa baru sekarang, aku kau banding-bandingkan dengan wanita yang baru kau cinta, Kejammmm!"
"Woiiii, berisik woi,"
Pletak
"Adaw," Karin menjerit kesakitan.
"Diem lu! Ngancurin inner gue aja!" teriak Karin. Yap benar, jadi ga ada hujan beneran karna itu khayalan ke'lebay'an Karin doang.
Dengan tampang bete, Karin berjalan kaki menuju rumahnya. "Awas lu, Sakura. Kalau yayang Sai gue ampe lecet sedikit, gue bikin lu kaga punya jidat!" sungutnya, kakinya menyepak-nyepak ke tanah. "Awas aja! Gue kaga bakal maafin lu berdua!" jerit Karin dengan suara yang melengking. Lalu ia tertawa tanpa ada sebab yang jelas. (kayaknya si Karin mulai ga waras deh #ditimbun fans Karin) "Gue bakal bikin ramuan cinta untuk si Sai. Biar ia klepek-klepek ama keimutan gue, mwuhehe," tawa mengerikan karin dengan background petir menggelegar dan juga deburan ombak.
.
.
.
Kembali ke Tenten dan Ino yang tengah berjalan santai. Sesekali mereka bersenandung lirih.
"Lu kejem amat, No. Itu kan sepupu lu sendiri," ucap Tenten.
Ino menoleh, "Biar aja, si Naruto baka kan enak kalo dikerjain," Ino tertawa mengingat kejadian tadi.
"Iya sih, seru juga ngerjain orang," Tenten ikut tertawa.
"Berhenti!"
Mereka berdua menghentikan langkahnya dan menatap seorang pemuda berambut biru dengan gaya mohawk. Gaya slenge'an dan mata jahil yang membuat InoTen mengerutkan keningnya.
"Ku dengar dia mahasiswa univ Konoha loh!" bisik Ino.
"Trus?"
"Jago bela diri,"
"Trus?"
"Terus-terus! Ntar nabrak baka!" seru Ino kesal, yang ditanggapi cengiran Tenten.
"Ngapain lu ngalangin jalan gue?" Tenten mencak-mencak, matanya melotot untuk memberikan kesan seram.
"Lu berdua kaga boleh lewat! Kalau mau lewat bayar dulu!" wajah sangar pemuda itu mencoba menggertak InoTen.
Ino dan Tenten saling melotot satu sama lain.
'Ten, pemerasan ini namanya'
'Sekali liat, gue juga tahu!'
'Ya biasa aja kali, Ten. Muncrat tahu'
"Baka, kita kan lagi bahasa pelototan'
'Ah iya. Lalu gimana?'
'Ikeuh aja sono! Lu kan doyan model begono!'
'Njay, sorry ye. Mending ane jones, Ten'
'Lu kan emang jones berkarat'
'Sialan lu!'
Mereka masih berdebat dengan bahasa pelototan mereka. Si pemuda itu geram melihat dua ekor(?) gadis masih tetap diam.
"Cepat bayar!" serunya yang tidak sabar menunggu. Mau kemana bang, ko ga sabar nunggu? Bini mau lairan ya bang? #dibekep-readers #readers: banyak bacot lu thor!
'Sorry ye bang, sejak kapan harus bayar? Emang ni jalan nenek moyang lu?" Tentan menjawab santai, tangannya sibuk ngupil.
"Lagian, emang lu bayar pajak? Pajak aja kaga bayar, sok-sok'an malak kita," tambah Ino menjulurkan lidahnya.
"Hallah, bilang aja lu berdua kere, kaga punya duit!" remeh si pemuda itu, mengalihkan pembicaraan.
"Emang kita kere,"
Dugh
"Adawww," dengan tidak berpri'Tenten'an, Ino menginjak kaki sahabatnya itu dengan sekuat tenaga, hingga sang empunya menjerit kesakitan dan mengangkat kakinya yang terinjak.
"Kampret! Kenapa lu nginjek kaki gue!" raung Tenten tak terima, meringis menahan rasa nyut-nyutan di kakinya.
"Lu njatuhin pamor kita ja, masa ngaku kalau kita kere!" bisik Ino, ia menyilangkan kedua dangan di dada.
"Tapi itu kenyataan, Ino!" bela Tenten.
"Setidaknya bohong dikit, baka!"
"Anak baik kan ga boleh bohong!"
Mereka saling melempar deathglare, mengabaikan si pemuda menatapnya bosan. Sebenernya ia mau malak atau mau nyaksiin adegan drama alay 'Yuri'?
"Ya sudah, aku tahu kalian kere. Kalau gitu, kalau kalian bisa menjawab tebak-tebakanku, kalian boleh lewat, tapi kalau tidak, kalian akan jadi pembokat gue. Gimana?" Pemuda itu menyerigai puas. 'Lumayan, dapat pembantu gratis' innernya.
Pembantu?
Jdeeerrr
Kata itu seperti petir kematian di telinga InoTen. Mereka berpelukan merinding menatap si pemuda yang berwajah eerr tampan(?).
"Gue lebih baik nggosok WC sekampung dari pada jadi pembokat lu!" jerit Ino ketakutan.
"Emang lu mau, No?"
"Ngga sih, ehehe," Ino nyengir kuda membuat Tenten dan pemuda itu sweatdrop berjamaah.
"Okelah, pertanyaannya apa? Kebetulan otak gue ini keturunan Einstein," kata Tenten penuh percaya diri.
"Hallah, bahasa Inggris aja lu nyontek gue," gumam Ino.
"Apa lu bilang!"
"Bukan apa-apa,"
"Hei, kalau kalian ribut, kapan gue ngasih pertanyaannya, bakaaa!" seru Pemuda itu dengan kedutan menghiasi kening halus(?)nya. 'Durasi woi, durasi!' batinnya miris.
"Oh maaf-maaf, ayo silahkan," Tenten dan Ino lalu memandang si Pemuda itu antusias, siap mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan.
Pandang
pandang
ting
Pemuda itu berkedip. 'oek' membuat InoTen muntah berjamaah karna saking silau'nya dengan ketampanan(?) pemuda itu.
"Ehm... Pertanyaannya adalah-"
jeng jeng jeng
Seketika terdengar musik menegangkan yang mengiringi. 'glek' InoTen meneguk ludah dengan paksa. 'jangan-jangan kita disuruh mengakui ketampannya! Oh Kami-sama, bunuhlah kami jika itu terjadi!' tangis dalam batin mereka.
"Bule apa yang seksi, bahenol, aduhay dan menggoda?"
Eh?
InoTen menaikkan kedua alisnya. Saling pandang dan dagu mereka naik turun, lalu menatap pemuda tampan(?) itu kembali. Dilihatnya pemuda itu menyerigai penuh kemenangan.
Tenten mencoba berpikir. Alisnya berkerut ke dalam tanda bahwa ia sedang sangat sibuk dengan otaknya. Ting' tiba-tiba ia mendapat pencerahan.
"Aku tahu," Ino dan Pemuda itu menatap Tenten yang tersenyum bangga.
'Awas lu, Ten! Kalau jawaban lu ngaco!' ancam Ino dalam hati. Ia sudah menyiapkan kuda-kuda untuk menendang Tenten.
"Ehm" berdehem sejenak agar membuat semua makin penasaran, "Jawabannya adalah... Bulelah dadaku," sambung Tenten dengan gaya erotis dan desahan menggugah pria ingin menggorok lehernya.
"Gimana? Betulkan?" Tenten tersenyum kemenangan, ia melihat pemuda itu sweatdrop. Lalu ia bergantian memandang Ino yang menunduk dengan aura hitam legam, rambutnya kuncir kudanya bergoyang-goyang, Tenten makin melebarkan senyumnya. "Gue emang jenius," narsisnya.
"Tenten!"
"Ya, Ino,"
"Mati saja sana!"
Dugh
Ino menyepak Tenten dengan tendangan penuh hingga Tenten terbang melayang dan nyangkut di pohon rambutan dekat situ.
"Kejamnya hidup, apa salah kejeniusanku," ratap Tenten miris sambil memeluk pohon rambutan.
Huft' Ino mendengus, menatap nyalang si Pemuda itu. Ia masih berpikir dengan jawaban dari pertanyaan itu.
"Kebo bule?"
"Bukan!"
"Kambing bule?"
"Itu kambing gulai!"
"Lalu apa?"
"Menyerah?" pemuda itu menyerigai pemuh kemenangan. 'asyik, pembokat baru' soraknya dalam hati.
Tiba-tiba muncul Tenten yang baru saja turun dari pohon sembari membawa sekantung rambutan.
"Bulelah aku jadi pacarmu, yang pasti akan memuaskanmu, jangan salah pilih yang lain, yang lain belum tentu se- Emmmm!" belum selesai ia menyelesaikan lagunya, Ino sudah membekap mulut sahabat alay'nya itu.
"Lu lagi," Pemuda itu sweatdrop lagi, "sorry, gue kaga doyan yang rata!" lanjutnya.
"Sialan lu!" seru InoTen berjamaah. (kayanya kalau yang nyrempet nganu, otak InoTen cepet nanggep deh nyahaha #author dibacok fans InoTen)
"Kalian menyerah kan?" tanyanya dengan suara mengejek, membuat InoTen mendecih kesal.
"Memangnya apa?" Ino berkata sinis walau dalam hati juga penasaran sih. Sedangkan Tenten kicep dengan wajah blo'on atau lebih persis wajah tak minat gitu.
"Bule apa yang seksi bahenol aduhay menggoda adalah..." pemuda itu berkata dengan penuh semangat.
Jengng jeng jeng
Tiba-tiba aura menjadi mencekam.
"Bulekmu cah," sambung pemuda itu dengan tawa yang mengiringi di akhir kalimatnya.
InoTen menunduk, mengepalkan tangannya erat hingga kukunya memutih. Berani sekali pemuda ini melecehkan bibi Kushina. Mereka tahu arti dari 'Bulik'.
"Keparat!"
"Mati saja sono!"
InoTen mendepak pemuda itu, menerbangkannya ke langit hingga tak terlihat dan hanya tersisa 'ting' titik cahaya dan lenyap.
Mereka mendengus kesal, lalu melanjutkan perjalanan ke rumah mereka. Dalam hati mereka sudah menyusun hukuman apa yang cocok untuk Karin. Gara-gara dia, mereka menunggu dikelas hingga lapuk, belum lagi ketemu pemuda astral anak univ sebelah yang menjengkelkan.
'Gue racun lu, Rin," batin Tenten.
"Gue ikeuh lu, Rin," batin Ino. Lohhh? :o
.
.
.
Finishhhh
Ini fic khusus untuk event Love4Ino. Nyahaha gaje kan? Absurd kan? Hehe, Chimi cuma nyoba genre Humor, yayaya meski gagal. Ini kumpulan one-shoot, chap 1 udah selesai. Yuk ke chap 2, jika ada yang berkenan nungguin'nya. #pede amat lu, thor#
Oh iya, pemuda tadi nanti akan muncul lagi. Apa ada yang bisa nebak itu siapa?
.
cuplikan chapt 2
.
Klontang
Karin membuka pintu saat mendengar suara gaduh di depan rumah yang ia huni bersama Ino dan Tenten. Ia mengernyit saat menemukan surat kaleng di depan pintu.
Gue tantang lu bertiga buat main futsal. Kalau lu kalah, lu kaga boleh gangguin gebetan kami, jones berkarat.
Sakura cs
What! Sakura nantangin main futsal. Apa jadinya?
"Huwaa emakkk, kakiku,"
"Sial, kukuku patah,"
"Batu kertas gunting,"
"Roger, di sini ada perang, ganti!"
"Bala bantuan, ganti!"
Gimana yah kisah trio jones menghadapi tantangan Sakura cs, padahal mereka ga pandai main futsal loh.
.
.
Yoshhh, sampai jumpa next chapter, *o*)/ salam tjintah dari author absurd bin alay ini nyahaha
