Tittle : Take Me Away (Sekuel of Stupid In Love)

Chapter : 1

Genre : hurt, angst, mistis

Happy reading ^^

Author POV

Myungsoo menghela nafas panjang setelah keluar dari ruangan Dokter Lee Sungmin, dokter yang melakukan operasi pendonoran jantung Woohyun kepada Sunggyu. Pikirannya berkecamuk karena penjelasan yang baru saja didengarnya dari Dokter Lee. Terngiang kembali perkataan Dokter cantik itu..

Flashback

"Jantungnya tak bisa beradaptasi dengan baik dengan tubuh Sunggyu…" ujar Dokter Lee

"Apa maksud Dokter?" Tanya Myungsoo dengan raut wajah penuh kecemasan

"Dia bisa mengalami serangan jantung secara tiba tiba. Aku sarankan agar kau membantunya untuk mengatur emosi dan perasaannya. Kurasa penyebab utama jantungnya masih belum berfungsi dengan baik bukan karena adanya ketidakcocokan atau pun masalah dengan jantungnya, tetapi karena pikiran dan emosi Sunggyu masih terpengaruh oleh kematian Woohyun. Kau harus membantunya bangkit dari keterpurukan. Kau mengerti Myungsoo ssi?"

Myungsoo menggangguk pelan, namun dalam hatinya ia gelisah. Bagaimana mungkin ia mampu membuat Sunggyu melupakan Woohyun. Bahkan jika boleh memilih, mungkin Sunggyu akan lebih memilih untuk mati daripada melepaskan bayang bayang Woohyun untuk selamanya.

Flashback End

Myungsoo berjalan dengan menggenggam sebuah amplop besar di tangannya, amplop berisi hasil rontgen dan laporan kesehatan milik Sunggyu. Beberapa hari yang lalu Sunggyu kembali pingsan, dan terpaksa dirawat selama beberapa hari di Rumah Sakit. Kondisinya membuat hati Myungsoo sangat miris.

Sunggyu tak mau makan sama sekali, ia hanya melamun dan menangis jika kembali teringat dengan Woohyun. Beberapa kali Myungsoo mendapati Sunggyu berusaha bunuh diri, entah dengan menyayat pergelangan tangannya atau berusaha meloncat dari balkon apartemennya. Tak terhitung jumlah luka sayatan di tangan kanan dan kiri Sunggyu membuat Myungsoo khawatir jika meninggalkan Hyung kesayangannya itu sendirian. Sunggyu tak punya keluarga, Kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan saat Sunggyu berusia 10 tahun. Orangtua Myungsoo memang sudah mengganggap Sunggyu seperti anak sendiri. Tapi tak mungkin ia meminta ayah atau ibunya untuk menjaga Sunggyu selama 24 jam. Itu akan merepotkan mereka..

Langkah Myungsoo terhenti saat tiba di depan pintu ruang rawat Sunggyu. Ia kembali menghela nafas panjang, kemudian memasang senyum simpul sebelum masuk ke ruang inap Sunggyu.

Hatinya kembali tersayat saat melihat kondisi Sunggyu yang terbaring lemah di bed rumah sakit. Tatapan matanya menghadap ke langit langit dan terlihat kosong, Pipinya yang semula chubby terlihat sedikit tirus dengan kantung mata yang semakin menghitam. Sudah beberapa hari Sunggyu tidak tertidur sama sekali, jika ia tertidur tak jarang ia terbangun dengan berteriak karena bermimpi bertemu Woohyun dalam tidurnya.

'kau benar benar sial, Woohyun ssi!' umpatnya dalam hati sebelum beranjak mendekati Sunggyu..

"Hyung…" panggil Myungsoo pelan. Sunggyu menoleh, masih dengan wajar datar tanpa expresi yang slalu diperlihatkannya semenjak kepergian Woohyun. Sungguh menyesakkan.. Myungsoo benar benar merindukan senyuman manis Sunggyu yang dulu sering ditunjukkan padanya.

"Kau mau jalan jalan Hyung? Pasti sangat membosankan kan terus berada di ruangan ini?" Tanya Myungsoo kembali dengan senyumannya yang dipaksakan.

Sunggyu mengangguk, ia bangkit dari tidurnya dan berusaha turun dari bednya. Myungsoo bergerak untuk membantunya. Saat Sunggyu telah duduk di kursi rodanya, Myungsoo mendorong kursi roda tersebut dengan perlahan menuju taman Rumah Sakit itu.

"Hyung, aku tinggal sebentar ne. Akan kubelikan kau es krim kesukaanmu dulu"

Perkataan Myungsoo lagi lagi hanya dibalas Sunggyu dengan sebuah anggukan.

Saat Myungsoo beranjak meninggalkannya, Sunggyu berusaha bangkit dari kursi rodanya, ia mencoba berjalan dengan memegangi infus yang berada di tangan kanannya dan berjalan menuju bangku yang terletak di tengah taman. Nafas nya terengah engah, dadanya kembali terasa sesak, bukan karena ia banyak melakukan aktifitas. Tetapi, karena ia kembali teringat dengan seseorang yang telah membuatnya menjadi manusia paling kehilangan seperti ini..

"hiks..hiks" terdengar isakan pelan dari Sunggyu.

"bogoshippo Hyunie. Aku benar benar merindukanmu, kenapa kau membiarkanku tetap tinggal disini sementara kau telah melangkah jauh" ucapnya lirih dengan airmata yang kembali menuruni paras manisnya.

"kenapa kau menangis oppa?" suara seseorang menginterupsi tangisan Sunggyu.

Sunggyu menyeka airmatanya dan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Alisnya berkerut saat mendapati seorang gadis kecil sudah duduk disampingnya dengan memeluk sebuah boneka teddy bear berwarna pink. Tak mendapat jawaban dari Sunggyu, gadis kecil itu kemudian merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Ia mengeluarkan sebatang permen dan menyerahkannya kepada Sunggyu. Sunggyu terdiam melihat permen tersebut, wajah masih menunjukkan raut keheranan.

"kau akan merasa lebih baik setelah memakan permen ini oppa!" ujar gadis kecil itu dengan senyuman manisnya.

Mau tau mau Sunggyu membalas senyuman gadis itu, namun dengan senyum yang masih dipaksakan.

"Gomawo.." ujar Sunggyu sembari meraih permen yang disodorkan gadis kecil itu dan menggenggam erat permen tersebut. Tak niatan untuk memakannya, ia hanya memandangnya dengan tatapan kosong.

"kau merindukan seseorang oppa?" Tanya gadis kecil itu kembali

"nde, oppa sedang merindukan seseorang. Sangat merindukannya.." mata Sunggyu kembali berkaca kaca karena bayangan Woohyun menari nari kembali di pikirannya.

Gadis kecil itu beranjak mendekati Sunggyu, dan memeluknya erat dari samping.

"gwaenchana oppa, dia pasti sudah bahagia di alam sana. Kurasa ia juga sedang mengawasimu dari tempatnya"

Sunggyu terperanjat, ia terheran bagaimana mungkin gadis kecil itu tau kalau Woohyun sudah meninggal. ia bahkan tak menyebutkan hal apapun tentang Woohyun di hadapannya.

"kau tau oppa, umurku juga tak akan lama lagi. Mereka bilang jantungku bermasalah dan sewaktu waktu aku bisa meninggal. Kedua orang tuaku sudah berusaha mencarikan jantung baru untukku. Namun sepertinya mereka belum menemukannya" dengan wajah polos gadis kecil itu bercerita tentang hidupnya tanpa Sunggyu minta.

Sunggyu terdiam, tangannya bergerak menuju dada kirinya tempat jantung Woohyun berada. Ada sedikit penyesalan dalam hatinya karena sudah menyia-menyiakan hidup yang diberikan Woohyun kepadanya, dan itu membuatnya kembali terisak.

"hiks..hiks.. Hyuniee" raung Sunggyu

Author POV

Myungsoo berjalan dengan membawa 2 scoop es krim di tangannya. Ia terlonjak saat didengarnya Sunggyu berteriak..

"Hyunieeee!" terdengar suara Sunggyu yang berteriak histeris

"Hyung!" Myungsoo berlari ke arah Sunggyu dan membuang es krim yang dibawanya. Diraihnya tubuh Sunggyu saat ia mulai terjatuh pingsan.

"Hyung, Hyung!" panggil Myungsoo panic sembari menepuk pelan pipi tirus Sunggyu. Tak ada sahutan dari Sunggyu. Membuat Myungsoo kemudian mengendong tubuh Sunggyu dan berlari membawa tubuh mungil itu menuju ruang perawatannya.

'jebal Hyung, kau harus kuat' batin Myungsoo lirih…

Sunggyu POV

"Sunggyu yaa"

Sayup sayup kudengar suara Woohyun memanggil namaku, tak mungkin kulupakan suara khas itu meski telah lama tak kudengar lagi. Kucoba untuk memfokuskan penglihatanku dari cahaya putih yang begitu menyilaukan ini.

"Hyun, kaukah itu?" aku berusaha menjawab panggilan tersebut dengan suara parauku.

"Sunggyu yaa!" tiba tiba saja sosok Woohyun berdiri di hadapanku, membuat rasa rindu yang selama ini kupendam menguap tergantikan kesenangan yang kutau sebenarnya fana, ingin rasanya segera berlari memeluk tubuh yang begitu kurindukan, namun kurasakan tubuh ini tak dapat bergerak sama sekali. Sebelum aku sampai pada sosok Woohyun di hadapanku. Figur tembus pandang itu perlahan menghilang bersamaan dengan sadarnya aku dari dunia mimpi.

"Woohyun aah" aku terlonjak dari tempat tidurku saat terbangun dengan paksa dari mimpi yang bisa kubilang terlalu buruk. Kurasakan keringat membanjiri pelipis dan leherku.

Hhh, untuk kesekian kalinya aku memimpikan Woohyun dalam tidurku. Tak dapat kujelaskan lagi bagaimana rasa rinduku padanya, pada pria yang sudah berbuat bodoh hanya untuk menyelamatkan hidupku. Ku pendarkan mata ku ke seluruh ruangan tempat ku dirawat, mencari keberadaan Myungsoo. Tak biasanya, ia tak berada di sampingku saat aku terjaga.

Cklek.. terdengar suara pintu yang terbuka menampilkan sosok Myungsoo yang menghampiriku.

"Kau darimana Myung?"

"Hyung, kau sudah sadar?" Myungsoo dengan cepat segera menghampiriku.

"Ya, dan sedikit gelisah saat tak menemukanmu disampingku. Kau darimana?" tanyaku kembali.

Myungsoo tersenyum simpul kemudian menggenggam tanganku dan mengusapnya pelan.

"Aku baru saja melayat keluarga Tuan Park. Anaknya dirawat disebelah kamar ini, aku mulai mengenal Tuan Park saat kau kembali masuk Rumah Sakit ini"

"Lalu siapa yang meninggal? Apakah anaknya yang dirawat itu?" tanyaku penasaran

"ye, Park Hyo Min anak mereka meninggal pagi ini, karena serangan pada jantungnya. Ia menderita penyakit jantung kronis semenjak lahir. Dan pagi ini Tuhan memanggilnya lebih cepat." Terlihat raut sedih pada wajah tampan Myungsoo, membuatku tanganku tergerak untuk membelai surai hitamnya.

"Seandainya kau menungguku bangun. Kita bisa melayat bersama sama"

"Gwaenchana, lagipula Hyo Min sudah dikremasi. Mungkin lain kali kau bisa menjenguknya di tempat penyimpanan abu. Geundae, apa kau tak ingat dengan Hyo Min?"

"Mwo? Aku tak ingat siapa saja yang dirawat bersamaan denganku. Memangnya kenapa?"

"Saat kau pingsan di taman kemarin aku melihatmu mengobrol dengan Hyo Min sebelumnya.. dia gadis kecil yang membawa teddy bear berwarna pink di tangannya"

Aku terkejut dengan perkataan Myungsoo. Teringat kembali dengan sosok gadis manis yang memberikan permennya untukku di taman kemarin. Aku tak menyangka, kalau pertemuanku dengannya adalah yang pertama dan terakhir kalinya..

"Hyo Min aah..." ujarku lirih.

Sungyeol POV

"Yak Lee Sungjong.. kau tak salah membawaku ke tempat seperti ini" aku menatap horor ke arah Sungjong adikku saat ia membawaku ke suatu tempat yang akan membuatku mati muda.

"Ck, ayolah Hyung. Hanya sebentar, aku harus menjenguk Chunji. Sudah 5 hari ia dirawat dan aku sama sekali belum menjenguknya"

"kau kan bisa menjenguknya sendirian, kenapa mengajakku? Kau tau sendiri kan kalau aku tak bisa pergi ke tempat seperti ini? Mereka bisa menghantuiku seharian"

"Mianhae Hyung, aku tak punya pilihan. Aku perlu mobilmu untuk pergi kesini. Kau tenang saja, aku tak akan lama. Kalau kau takut kau bisa menunggu di luar!" ujar Sungjong sambil berlalu meninggalkanku.

Ck, keterlaluan sekali anak itu. Setelah menculikku dan mobil ku, kini ia membawaku ke tempat dimana banyak orang mati dan sekarat berkumpul. Bukannya aku percaya dengan cerita cerita horor, well aku memang percaya. Tapi sungguh sebelumnya aku adalah orang yang tak percaya dengan hal hal yang berbau mistis.

Semuanya berawal saat aku terbangun dari koma setelah selamat dari sebuah kecelakaan besar yang hampir merenggut nyawaku. Semenjak itu, penglihatanku sedikit tidak normal. Bukan karena aku mengalami cacat atau apa, namun semejak itu aku dapat melihat makhlus makhlus halus yang biasanya tak dapat dilihat dengan mata kasat manusia biasa.

Ini benar benar menakutkan karena selain menggangguku, tak jarang mereka mencoba berkomunikasi denganku untuk membantu mereka menyelesaikan urusan mereka yang belum terselesaikan saat mereka masih hidup. Terdengar sial, namun aku tetap berusaha mensyukuri selamatnya nyawaku saat kecelakaan itu terjadi. Asalkan hantu itu tak berbuat macam macam seperti muncul tiba tiba saat aku mandi, kurasa itu tak masalah.

Untuk menghindari mataku menemukan hal hal yang tak kuinginkan, aku memutuskan untuk menunggu Sungjong di taman Rumah Sakit..

"haaahhh, lama sekali bocah itu? Ia pergi menjenguknya atau berkencan sih?" umpatku.

Saat aku sedang sibuk dengan iphoneku sambil menunggu kedatangan Sungjong, dapat kurasakan semilir angin berhembus melewati tubuhku dan membuat bulu kudukku merinding. Oh tidak, jangan sekarang, keluhku dalam hati..

Kutolehkan wajahku menuju arah angin itu bersemilir, dan mendapati sosok tembus pandang seorang gadis kecil yang membawa teddy bear ditangannya melambaikan tangannya padaku. Tentu saja hanya aku yang dapat melihatnya, membuatku mau tak mau melepaskan headsetku dan mencoba berkomunikasi dengannya.

"kau butuh bantuanku?"

Gadis kecil itu menggangguk dan melayang pelan menuntunku untuk masuk kedalam Rumah Sakit. Sedikit menyesal mengapa aku dilahirkan menjadi orang baik hati yang tak dapat menolak permintaan orang lain bahkan hantu sekalipun.

Gadis kecil itu menuntunku kepada sepasang suami istri yang menangis di depan ruang khusus untuk kremasi. Aku menghela nafas pelan sebelum bertanya kepada sosok halus itu kembali.

"mereka orangtuamu?" tanyaku kembali

Gadis kecil itu menggangguk dan mulai membisikkan sesuatu kepadaku.

"arraseo" setelah ia berbisik, aku beranjak mendekati sepasang suami istri yang masih menangis terisak itu.

"Chogiyo, ahjussi dan ahjuma. Maaf mengganggu suasana berkabung kalian. Ada sesuatu yang harus kusampaikan" kuberanikan diri untuk membuka pembicaraan dengan kedua orangtua gadis kecil yang meminta pertolonganku.

"nde, anak muda? Apa yang bisa kami bantu?" Sang ayah yang pertama menjawab pertanyaanku.

Aku menghela nafas pelan, sebelum akhirnya membuka suara. Persetan kalau mereka menganggapku gila, yang penting amanat gadis kecil itu sudah kusampaikan.

"Hyo Min mengatakan suatu hal padaku dan ia memintaku untuk menyampaikannya kepada kalian"

Ayah dan Ibu Hyo Min terkejut mendengar perkataanku dan bangkit dari duduk mereka.

"Mwo? Apa yang kau bicarakan anak muda? Hyo Min sudah.."

"sudah meninggal? Aku tau ahjussi, oleh karena itu hanya aku yang dapat melihatnya. Aku memiliki kemampuan semacam itu" kutundukkan sedikit wajahku saat melihat sedikit amarah di wajah ayah Hyo Min.

"Apa pesan yang ingin disampaikan Hyo Min?" Ibu Hyo Min tak menghiraukan protes dari suaminya, dan kembali bertanya kepadaku.

Kulirik Hyo Min yang berdiri disamping ibunya, sebelum akhirnya menyampaikan pesan gadis kecil itu untuk orang tua yang dikasihinya.

"Hyo Min mengatakan kalau kematiannya bukan salah kalian. Ia tak menyalahkan kalian karena kalian belum mendapatkan donor jantung untuknya. Ia meminta kalian agar hidup lebih baik tanpanya. Dengan begitu, ia pun bisa pergi dengan tenang meninggalkan dunia ini.."

Airmata kembali membanjiri wajah kedua orangtua Hyo Min.

"Hiks, Hyo Min aaahhhh" teriak Ibu Hyo Min histeris setelah mendengar penjelasanku mengenai amanat Hyo Min.

"Yeobo, tenangkan dirimu" Ayah Hyo Min berusaha menenangkan istrinya yang menangis histeris. Ia menunjukkan raut kesedihan yang sama dengan istrinya, namun masih dapat mengendalikan emosinya.

"apakah Hyo Min ada disini?" tanya ayah Hyo Min

Aku menggangguk..

"dia berada persis di sebelahmu ahjumma" tunjukku pada sosok Hyo Min yang berusaha memeluk ibunya yang histeris.

"Hyo Min aah, appa dan umma minta maaf karena tak bisa menyelamatkanmu. Apaa berjanji akan selalu menjaga umma dengan baik. Kau bisa pergi dengan tenang ne" Ayah Hyo Min mencoba berkomunikasi dengan puterinya, walaupun ia tau hanya aku yang dapat membaca interaksi mereka...

"saranghae Hyo Min aah" lirih Ibu Hyo Min sambil mencoba membelai sosok tembus pandang di sebelah. Aku tersenyum melihat keterpurukan yang sedikit menghilang diantara mereka. Baiklah, satu lagi kisah yang berakhir bahagia.

"Hyo Min sedang tersenyum.." perkataan ku membuat Ayah dan Ibu Hyo Min semakin menampakkan raut keikhlasan... Syukurlah..

Sungyeol POV

"Yak Hyo Min aah, kenapa masih mengikutiku? Bukankah urusanmu sudah selesai, kau bisa mengikuti cahaya itu sekarang!" ujar ku kesal karena Hyo Min masih saja mengikutiku setelah aku mendatangi kedua orangtuanya.

Hyo Min menggeleng, ia berusaha menarik tanganku dan menuntunku pada sebuah ruang rawat inap. Pintu ruang rawat itu sedikit terbuka mengundang rasa penasaranku untuk mengintip kedalamnya.

"siapa yang dirawat didalam?" tanyaku pada sosok Hyo Min.

Hyo Min membisikkan sebuah nama..

"Kim Sunggyu?" aku kembali bertanya.

Hyo Min menggangguk dan kembali membisikkan sebuah kalimat yang sepertinya akan membuatku semakin terikat pada suatu urusan di Rumah Sakit ini..

"arraseo arraseo, aku akan membantunya!" ujarku kesal, sebelum akhirnya arwah Hyo Min menghilang dari pandanganku.. huft, sampai sekarang aku masih tak mengerti kenapa sosok halus seperti arwah senang sekali muncul dan menghilang secara tiba tiba -_-

Kuberanikan diri untuk mengintip kedalam ruangan tersebut. Hatiku sedikit terasa miris saat kulihat seorang namja manis terbaring lemah di bed di ruangan tersebut. Raut wajah namja manis itu menunjukkan kegelisahan yang mendalam. Namun bukan namja manis itu saja yang menarik perhatianku, melainkan sesosok pemuda berkemeja putih yang berdiri di samping bednya dengan wajah yang tak kalah menunjukkan raut kecemasan dan kegelisahan.

Satu hal yang pasti, sosok tersebut bukanlah seorang manusia...

Author POV

Sungyeol memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang rawat Sunggyu. Mata nya lebih fokus pada sosok namja yang masih setia berdiri sambil memandangi wajah Sunggyu, sosok yang diyakininya hanya ia yang dapat melihatnya.

"anyeong" sapa Sungyeol pelan membuat sosok tampan di hadapannya terkejut.

'kau dapat melihatku?' tanya sosok tembus pandang tersebut.

"nde, aku memiliki kemampuan khusus yang tak dimiliki orang lain. Hyo Min baru saja menuntunku kemari dan memintaku untuk membantumu dan membantu Sunggyu.." Sungyeol mengalihkan pandangannya pada Sunggyu yang masih tidur dalam kegelisahan..

"aakh, aku lupa memperkenalkan diri. Nama ku Lee Sungyeol? Dan kau...?"

'Nam Woohyun imnida..' jawab arwah itu.

"kau… kekasih Sunggyu?" tanya Sungyeol pelan..

Arwah Woohyun mengangguk..

'nde, tapi aku meninggalkannya dalam keadaan yang tak dapat dimaafkan..' raut tampan Woohyun menunjukkan kesedihan yang mendalam.

Sungyeol tak berani menanyakan hal yang lebih pribadi lagi, belum waktunya. Ia masih mencoba menganalisa kondisi yang sedang dihadapinya. Sejauh ini yang dapat ditangkapnya bahwa namja manis bernama Kim Sunggyu itu sedang menghadapi permasalahan yang sangat berat, dan permasalahan tersebut pasti berhubungan dengan Woohyun, kekasihnya yang sudah meninggal itu.

Semakin lama Sungyeol semakin dalam menatap wajah Sunggyu, meskipun wajahnya pucat dan kantung matanya menghitam tak menutupi raut manis dan cantik dari wajah Sunggyu. 'nasibnya sungguh malang' batin Sungyeol.

"kau siapa?" tiba tiba sebuah suara seseorang menginterupsi lamunan Sungyeol.

Myungsoo berdiri di dekat pintu, dan terkejut mendapati seseorang berada di dalam kamar Sunggyu. Seseorang yang bahkan tak ia kenal.

"akh, mian. Aku salah masuk kamar" Sungyeol sedikit gugup karena ketauan masuk kamar Sunggyu tanpa seizin keluarganya. Ia buru buru berjalan keluar saat dirasakannya tangan halus Woohyun menahan lengannya.

'kumohon, bantu aku' pinta Woohyun

"aku akan membantumu, tapi tidak sekarang.." bisik Sungyeol

"kau mengatakan sesuatu?" alis Myungsoo bertaut karena terheran melihat Sungyeol yang seperti sedang bicara pada seseorang, namun pandangan Sungyeol tak menghadap ke arahnya, sedangkan dalam ruangan tersebut hanya ada mereka bertiga, dan Sunggyu sedang tertidur.

"akh, ani hanya mendengar suara serangga. Kalau begitu, aku pamit, maaf sudah mengganggu" dengan cepat Sungyeol berlari keluar ruangan Sunggyu dengan arwah Woohyun yang masih mengikutinya.

'aneh' gumam Myungsoo

To Be Continued