Colonialism

A Hetalia Fanfiction

Disclaimer: Hetalia milik Hidekazu Himayura

Main Chara: England, Netherland, Japan Fem!Indonesia

Rated: T

Genre: Family, Hurt/Comfort, Friendship

Warning: OC, OOC, Semi-Historical

Summary: Indonesia tak pernah mengenal dirinya. Bahkan ketika bertemu England, dia masih senaif aslinya. Janji England pada Indonesia selalu jadi yang dinanti.

.

Project: 1/4

1: England, Ilmu dasar, Kesetiaan dan Kebijaksanaan

.

Inggris; satu bangsa yang telah mengarungi samudera demi menemukan wilayah. Mereka mendatangi khatulistiwa, menjelajahi pasifik, mengekspedisi Eropa. Mereka bersaing dengan Spanyol. Bahkan sejak mereka masih sosok yang baru mengenal dunia.

Inggris; satu bangsa yang telah mengekspedisi benua. Mereka hampir menguasai Barat pada masanya. Mereka berotak cemerlang dengan segala pemikiran moderen mereka. Mereka berkali-kali jatuh-bangung dalam politik sosial ekonomi. Namun tetap kokoh sebagai kerajaan.

Inggris; satu bangsa yang suatu saat menjelajah khatulistiwa dan menemukan daratan berpecah dengan 1001 budaya indah. Di mana mereka menemukan daratan itu tengah dibawah koloni Portugis. Mereka merebut sepenuhnya daratan berpecah itu dari Portugis.

.

"Kak, apakah di dunia Barat semua begitu dingin?" Satu pertanyaan entah yang keberapakalinya dari gadis cilik tanpa nama itu. England tahu seberapa hebat gadis yang tingginya tak lebih dari dadanya itu mengerti tentang bulat bumi ini. England tahu seberapa hebat gadis berambut hitam itu mengerti tentang dirinya sendiri. Namun, seberapa hebatpun dia, gadis itu masih harus belajar.

"Yah... Seberapapun dinginnya, dunia Barat tetap menawan. Di dunia Barat, hampir semua hal begitu dingin. Bahkan aku pernah terkena badai..." England menjelaskan sambil mengacak-acak rambut gadis itu dengan gemas. Sementara gadis tanpa nama itu menggembungkan pipinya.

"England... Apa aku bisa ke dunia Barat?" Mendengar pertanyaan itu, England lantas berjongkok dengan satu kaki menopang. Lelaki berambut pirang pasir itu mendongak sambil tersenyum pada gadis tanpa nama di depannya. Lelaki itu lantas melepaskan pelindung kepalanya, dan mendekapnya di dada.

"Aku. Engalnd; United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland. Berjanji, satu saat nanti, akan membawamu ke tanahku. Melihatmu di atas ranahku; aku berjanji dan aku akan berusaha menepatinya..." England lantas menyentuh tanah; tanda ia berjanji dengan sungguh-sungguh. Sama seperti yang pernah dilakukan gadis tanpa nama itu padanya sebelumnya. Janji gadis itu pada England.

"Aku. Aku; aku tidak tahu namaku yang sebenarnya. Namun aku berjanji, satu saat nanti aku akan menjelajah di atas bumi dan dibawah langit. Jika aku tak lagi bertemu engkau; England. Berjanjilah kita akan bertemu; aku berjanji dan aku akan berusaha menepatinya..." Gadis tanpa nama itu berjongkok di depan England yang berusaha menahan malunya. Meski hutan ini jarang dikunjungi, dan mungkin tak ada yang melihat mereka; namun harga dirinya sebagai seorang gentleman malu saat seorang gadis berjongkok padanya.

"Hei England. Kugenggam janjimu sampai saatnya tiba. Aku bersumpah mengingat janjimu hingga aku tak dapat merasa; aku bersumpah dan aku akan berusaha menepatinya." Gadis itu lantas menyengelus rambut pirang pasir itu. "Kau; England. Kakak yang baik." Gadis itu tersenyum manis.

.

Bijaksana. Bagi gadis tanpa nama itu, England sangat bijaksana. Dia berani melakukan; artinya ia berani mempertanggungjawabkannya. Gadis itu selalu memegang janji dan apapun yang ia ucapkan. Gadis itu sangat menuruti kata-kata England. Naif; sampai gadis itu beranjak remaja. Lalu datanglah orang lain yang merebut gadis itu dari England.

.

"Kakak... Buatkan aku teh..." Gadis itu merengek di ambang pintu kayu itu. England yang mendengarnya hanya dapat menghela nafas pelan sambil memilah-milah buku di rak untuk dibaca oleh gadis tanpa nama itu.

"Baik nona muda. Tapi, kalau bisa buatlah sendiri. Bukankah kau pernah kuajari cara membuatnya?" England tertawa kecil saat mengatakan itu pada gadis yang tengah berjalan dari ambang pintu menuju ke arah meja kerjanya.

"Tapi buatan Kakak adalah yang terbaik. Aku tak bisa menyeduh teh sebaik Kakak menyeduhnya!" Seru gadis itu sambil duduk di atas bangku kayu yang ada di depan meja kerja England. Tangannya lalu menarik secarik kertas kosong yang ia temukan di laci meja itu.

"Iya, iya... Kau mau menulis apa?" England datang sambil membawa buku yang menurutnya cocok untuk dibaca gadis ciliknya itu. England mengintip dari sebelah gadis itu. Gadis itu tengah menorehkan tinta di atas kertas kosong itu.

"Aku hanya menuliskan tanggal kau datang ke sini, dan kira-kira kapan aku merasa kau akan pergi... Namun aku belum yakin dengan tahunnya... Apa perkiraanku benar Kakak?" Gadis itu mengangkat kertas yang tertoreh tinta itu dengan bangga. Sementara England tergugu saat membaca tulisan yang ditorehkan oleh tinta di atas kertas itu.

.

England semakin mengeratkan pedangnya di tangan saat melihat beberapa kapal besar dengan bendera merah-putih-biru berlayar menuju tempatnya berpijak. England mendelik saat merasa tidak asing melihatnya. Angin pantai berhembus pelan mengenai rambut pirang pasirnya yang langsung England tutupi dengan kain berwarna hitam. Tak peduli jika mata hijau zamrudnya menarik perhatian.

Kapal itu mendekat; makin meyakinkan England akan siapa yang kali ini datang.

Netherland... Sudah aku peringatkan. Kalau kekurangan rempah, jangan menjelajah samudera... Kau jadi benar datang...

.

Terkadang England selalu mengawasi kemanapun gadis tanpa nama itu pergi. Sesekali gadis tanpa nama itu merasa terusik. Bukan karena England yang mulai over-protective, atau sikap England yang sedikit berubah dan menjadi paranoid [1] dengan setiap lelaki berambut pirang jingkrak yang berada di sekitarnya; bukan karena itu. Tapi karena ada yang membuatnya merasa tak nyaman. Ia berkali-kali seperti mendengar bunyi tembakan, suara sayatan, serta bunyi stample. Serta-merta membuat gadis itu sering sesak di dada. Matanya sering berputar-putar. Aish... Rasanya sangat tidak mengenakkan.

.

Satu hari. Tiba-tiba England menghilang dari rumahnya. Gadis tanpa nama itu lantas uring-uringan mencari 'Kakak'nya. Namun yang gadis itu temukan hanyalah kekosongan, hampa, nihil, tidak ada.

Dalam kebingungan, gadis itu tanpa sengaja menubrukkan kepalanya ke tembok. Gadis itu merasakan ada sesuatu yang asing dan memusingkan di kepalanya. Seakan tubuhnya dibelah 2, lalu setengahnya dibawa lari oleh angin yang berhembus. Rasanya sakit; lebih sakit dari pada yang biasanya. Rasanya semua berputar dalam matanya.

.

England berlayar menjauhi daerah kepulauan terbesar Asia Tenggara itu dengan tampang tidak rela. Namun setengah berharap, ia membuka ikatan kain hitam yang dipakainya untuk menyutupi rambut pirang pasirnya. Angin sore itu sangatlah damai dan tenang; namun juga dingin, manis, dan memabukkan. Berdiri di buritan kapal, menatap tanah Sumatera yang mulai mengecil dari tempatnya berpijak. Tangan England terulur, dengan menggenggam kain hitam itu. Lalu melepaskannya dengan perlahan agar dibawa angin; sebelum jatuh dengan tenang ke perairan.

"Satu saat, aku akan bertemu denganmu lagi, Indonesia. Akan aku tepati janjiku."

.

Di pantai sana, seorang gadis berambut ikal pendek tengah menyusuri pantai di Barat Sumatera. Hingga suatu benda menarik perhatiannya; benda yang terapung terbawa ombak sampai menuju pantai. Gadis itu berlari ke arag benda itu; sebelum benda itu pergi terbawa oleh ombak lagi. Gadis itu berjongkok mengambilnya. Sebuah kain; hitam. Keadaannya basah, dengan bau yang sangat tajam namun manis. Penciuman gadis itu tak pernah salah. Orang yang membuang ini pasti satu ras dengan gadis itu; seorang personifikasi negara/personifikasi calon negara.

Dan harum ini... Dari Eropa.

.

Chapter 1: END

.

[1] Paranoid: Sejenis penyakit mental yang membuat orang curiga pada orang lain secara berlebihan. Bisa juga diartikan sebagai over-protective pada dirinya sendiri maupun orang tertentu.

.

A/N: Ahh~ Chapter 1 sudah tamat... Besok saatnya menceritakan si Nethere dan Indonesia. Serta alasan mengapa Indonesia tidak mengetahui namanya sendiri. Juga kemunculan si Hindia Belanda. Nantikan saja akhir janji antara Indonesia dan England. Prinsip karakterisasi di fic ini ada sedikit kesamaan dengan karakterisasi di fic saya yang 'Kumpulan Drabble Story 6'.

Tunggu saja... :D

Akhir kata,

Mind to review?

ON: 15-03-2016