Holaaa, Ayuha desu.

Masih pemula dalam menulis sebuah cerita, but just enjoy this okay?

This is my first fanfiction on Fandom Naruto, Jadi saya akan memperkenalkan diri.

Saya adalah Mahluk dari planet seberang elien maksudnya, yang jomblo hingga umur 61 sekarang. Penyuka segala hal yang berwangi Rom-Com dan humu /plak.

ENJOY WITH ME SENPAI-TACHI!

-00-

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto. Story © Ayuha chaan.

Warninng : AU! OOC! And maybe some miss and typo(s) with amburegul Plot.

RnR and Happy Reading!

But, don't flame me if this fic is a junk and OOC tingkat tinggi.

-00—

Engsel pintu berdenyit, tampak seseorang membuka pintu.

Dari balik pintu, tertampilkan dua pasang mata oniks yang tajam dan seragam sekolah yang berantakan.

Image pertama yang didapat, dia adalah seorang berandalan yang keren?

"Ah, Sasuke. Kau sudah pulang rupanya," ujar wanita berambut panjang kelam menguntai pada orang yang baru masuk tadi.

Orang yang disebut Sasuke tampak menguap sembari mengusap-usap mata berairnya dengan kepalan tangannya. Pandangannya pada wanita itu tampak sangat malas. "Jadi, apa yang akan kudengarkan kali ini?"

"Moo, Sasuke ini. Jangan beranggapan kalau ibu adalah seorang gadis yang tengah termabuk cinta dan akan berceloteh panjang lebar!" balasan pertama dari wanita yang berprofesi sebagai ibunya adalah sebuah sanggahan atas ucapan malas anaknya.

Manik legam milik Sasuke pun memutar. "Aku mengerti, bu. Jadi jangan mengeluh begitu."

Mikoto berbinar seketika. "Kali ini, ibu punya kabar baik untukmu!" Sasuke langsung menatap mata ibunya dengan tercengang.

"Kau akan dijodohkan!" teriak Kushina dengan senang hati dan gembira. Bagaikan ia sedang mendapatkan gombalan dari mulut Fugaku yang kita ketahui, sangat tak mungkin.

Manik hitam Sasuke membuka, mulutnya pun begitu. "Ibu, bercandanya lucu sekali," ucapnya ketus.

Jemari lentik milik Mikoto menempel di pipinya, dirinya langsung tersorot oleh lampu bagai sedang di atas teater. "Bisakah kau memikirkannya, Sasuke? Kau menikah dan memiliki anak. Kyaaah, cucu!"

Kupikir, kau hanya bergembira di bagian cucunya. Ujar Sasuke di dalam batinnya.

Mata Mikoto berbinar. "Kumohon Sasuke, nikahilah dia."

Apa-apaan dengan tatapanmu itu, bu.

Dengusan terdengar dari bibir tipis Sasuke. Dari rautnya saja, kita semua sudah tahu apa jawaban Sasuke atas perjodohan tak langsung ini.

Mikoto mendorong-dorong tubuh tegap anaknya. Mereka menelusuri seisi ruangan kediaman elit Uchiha yang cukup mewah dari segi dekorasi hingga pemandangannya. Kaki-kaki jenjang mereka berhenti melangkah ketika memasuki sebuah ruangan yang bising oleh hawa canda-tawa.

Oke, Sasuke kenal siapa mereka.

Orang-orang dari klan Uzumaki? Dan seorang gadis mirip weaboo yang menatap napsu diriny? Hell yeah.

"Hora, Sasuke. Cepat kau duduk di samping gadis cantik berkacama itu," titah Mikoto.

Sasuke mendesah. "Ibu, kau pikir gadis yang bertampang aneh itu cantik?" Sasuke menyergah ucapan ibunya.

Mikoto tak habis pikir. Well, apa salahnya memuji calon menantu? Toh semua wanita juga terciptakan cantik. Namun, lidah anak keduanya ini tak bisa ia ajak agar selurus.

"Uchiha-san, apa maksud anakmu itu? Tolong kau ajarkan tata krama."

Mikoto terbuyarkan. "Ah, Uzumaki-san, maafkan anakku. Omongannya memang ceplas-ceplos dan kau tahu 'kan, dia sedang dalam fase jadi anak yang yang bandel."

"Itu faktanya, bibi tua," desis Sasuke. "Bahkan, jika ia bertapa seribu tahun di kawah gunung pun aku tak akan menikahinya," tambahnya.

Kacamata gadis itu retak. Tatapannya sudah hampir kabur karena tetesan air matanya menghalangi irisnya.

"Dan aku benci gadis cengeng."

Sasuke langsung melompati jendela yang gordennya berkibar-kibar di belakangnya. Tenang saja, masih satu lantai dengan jalan setapak di luar rumahnya.

Mikoto refleks berlari ke arah jendela dan melihat pemandangan luar untuk mengunci tatapannya pada anak nakalnya. Namun, deheman membuatnya membalikkan badannya.

"Kupikir kau sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Uchiha-san." Wajah cantik Mikoto membiru mendengarnya.

Ia lalu mengumpat dalam hati.

Sasuke sialan.

-00-

Gerimis keringat terjadi di pelipis dan beberapa bagian tubuhnya. Usai berlari, dirinya merebahkan tubuh indahnya pada sebuah bench yang hampa di pinggir sana.

Sasuke mengibas-ibaskan telapak tangan kanannya, guna untuk mendapatkan kesegaran yang dihasilkan oleh tangannya dan ia tersibukkan akan hal itu.

Sedang asik-asiknya, bahu kirinya merasakan berat yang tiba-tiba. Ia tak perlu pikir panjang untuk menaikkan bahu kirinya agar benda yang berat itu tersingkirkan dari bahunya dan kembali membuat udara buatan. Namun, bahunya merasakan berat yang sama dan ia kesal.

Sasuke menoleh. Sepersekian detik, ia terperanjat dari duduknya.

Bangku yang ia duduki ternyata bukanlah bangku hampa yang kosong.

"Nnh~," lenguhan terdengar dari bibir tipis yang berpucuk merah muda itu. Jemari lentik bercat kuku senada rambutnya pun memegangi bagian kepalanya yang tiba-tiba mencium bangku.

"Siapa sih? Mengganggu sekali," gumamnya masih setengah tidur.

Pandangan Sasuke kepada gadis merah muda itu tidak begitu fokus karena oniksnya kini sibuk beradu dengan manik wanita bermarga Uchiha yang berprofesi sebagai ibunya.

"I-ibu?" Sasuke berkata dengan canggungnya.

"Sasuke, semua salahmu. Perjodohanmu dibatalkan oleh pihak sana. Jika kau ingin menangis, jangan mengadu kepada ibu," Mikoto berkata dengan ngambek seraya melipatkan kedua tangannya di dadanya.

Sasuke bergeming kalem. Ia bahkan tak ada rasa bersalah apalagi kecewa atas terbatalnya perjodohan dirinya. Bahkan malah kelegaan yang luar biasa yang ia dapat.

"Ibu harus menaruh dimana image kita?" adunya pada anak bungsunya.

Kupikir, kau yang sudah mengadu padaku, bu.

Melihat wajah muram ibunya, tangan Sasuke refleks hanya menggaruk-garuk raven mencuat-cuat miliknya. "Jika itu membuatmu sangat kecewa, aku minta maaf."

"Apa yang harus ibu katakan kepada tetangga jika ditanya alasan batalnya perjodohanmu?" Mikoto berteriak dengan histerisnya.

"Jadi itu alasan utamamu kecewa kepadaku?!" Sasuke misuh-misuh di tempat.

Telapak tangan mulus itu menutupi bibir tipis Mikoto. "Ibu bahkan sudah memberi kabar tentang perjodohanmu hingga ke desa-desa lainnya." Sasuga pengirim kabar milik klan elit Uchiha! Kabar yang masih abu-abu saja dengan cepatnya telah sampai dengan jelas hingga desa lain.

Sasuke berpikir keras dalam hati. Jadi, kau menyalahkanku atas kesalahanmu?!

Mikoto menatap Sasuke dengan melasnya. "Kumohon Sasuke, jelaskan alasanmu kenapa kau tidak ingin dijodohkan." Tatapan melasnya Mikoto terubah dengan arti tatapan 'Dia-cantik-oke' hingga Sasuke mengurungkan niatnya untuk mengutarakan isi hatinya tentang dia yang sama sekali tak tertarik dengan gadis yang ibunya sebut cantik.

"Nhh~ Kalian ribut sekali," ucapan setengah tidur itu masih senantiasa berasal dari bibir gadis merah muda yang baru memosisikan badannya untuk terduduk di bangku.

Oniks Mikoto bergulir menuju ke arah suara berasal. "Ara, siapa gadis ini?"

Sasuke bungkam. Ia memang benar-benar tak tahu-menahu tentang gadis ini. Namun, ide cemerlang memasuki otaknya.

Dan tanpa pemikiran yang panjang lebar, Sasuke pun langsung memperagakan hal yang baru saja ia pikirkan dan ia berharap, apapun reaksi ibunya, ia ingin ibunya untuk percaya dan segera meninggalkan kehidupan pribadi miliknya.

Kaki tinggi terbalut celana sekolah itu pun melangkah, demi mewujudkan pemikirannya.

Sasuke pun duduk lalu merangkul gadis setengah tidur itu.

"Gadis ini pacarku."

To Be Continued..

Oke, ini bukanlah fanfiksi yang bagus. Dan sangat OOC, jadi saya harap, tolong maklumi tingkat OOC ini, karena sudah diperingati juga.

Maafkan fanfiksi amburegul yang sok-sokan mau tbc ini Orz. Karena memang pengen buat yang tbc dan teringat dengan wajah Sasuke dengan sifat yang ga dia banget, hasilnya ya gini wkwk xD

Terimakasih yaa yang sudah menyempatkan diri untuk membaca hehe..

Alangkah baiknya jika menyumbang review untuk saya kedepannya xD

Intinya, saya minta ripiu untuk mengetahui letak kesalahan dan agar bisa memperbaikinya dengan segera ;)

Kembali ke inti, MINTA RIPIUW NYA DONG SENPAI!