Pemuda berhelaian merah tersebut mengambil rokok yang ada ditangan kakak kelasnya sembari tersenyum usil.

.

.

.

Kuroko's basketball © tadatoshi fujimaki

.

rokok © kapten pelangi

.

Mayuzumi Chihiro x Akashi Seijuuro

.

Warning :

Out of character, boys love, yaoi, sho-ai, miss typo, typo(s), 26 y.o!mayuzumi, 24 y.o!akashi, dan hal-hal lainnya.

.

.

.

Akashi Seijuro membuka pintu kamar, mengucek-ngucek mata kirinya sebentar untuk membiasakan dirinya dengan cahaya diluar kamarnya, di mana lampu menyala terang-menerang. Well, ini masih malam, masih pukul 23.07, kok. Pemuda merah tersebut melipat lengan kemeja yang digunakannya —iya, setelah pulang, ia langsung tertidur di kasur kamarnya saking lelahnya.

Ruang tengah yang berada di apartementnya masih sama seperti saat ia pulang ke rumah. Televisi yang menyala tapi tidak ditonton, laptop di meja yang dipenuhi bungkus rokok, asbak, dan makanan. Jangan lupa—

—bahwa ada sesosok manusia berhelaian abu-abu yang sedang menghisap rokoknya sendari tadi.

Akashi tersenyum geli. Bersyukur ia bahwa kamarnya bersebrangkan dengan televisi, membuat ia hanya melihat punggung Mayuzumi Chihiro, si helaian abu-abu. Akashi Seijuro berjalan tanpa suara, pelan-pelan mendekati sosok kakak kelasnya di Rakuzan dulu.

Si merah memelik si abu-abu dari belakang, mengambil rokok ditangan Mayuzumi dengan senyuman usil. "Malam, Chihiro." Ia menyapa dengan nada jahil, "tidak berniat tidur?"

Mayuzumi memutar kedua bola mata abu-abunya bosan, "Deadline, sekitar dua minggu depan."

Akashi tertawa kecil, tawa yang membuat Mayuzumi sedikit risih. "C'mon, kau boleh menyelesaikan novelmu, tapi aku sudah tekankan untuk tidak merokok, 'kay?"

Tidak ada suara lagi diantara keduanya, Mayuzumi terdiam menatap rentetan karyanya di laptop berwarna hitam tersebut.

"Hei," Akashi membuka suara, membuat Mayuzumi menengok, membuat bibir keduanya bersentuhkan secara tak sengaja, membuat lidah Akashi mengecap rasa yang tertinggal oleh rokok. Hanya ciuman sebentar, tidak sampai satu menit berlangsung, "mulutmu rasanya seperti rokok."

"Kuanggap itu sebagai pujian, Sei." Pemuda itu mengambil rokoknya, berniat menyalakannya sebelum tangan kecil seseorang menghalangi. "Apa maumu? Kupikir kita sudah sepakat jika aku merokok."

Akashi kembali tertawa, "nothing. Hanya saja—" helaan napas terdengar, "bagaimana kalau malam ini kau tak merokok? Akan kutemani."

Suara desiran tawa terdengar, "Akashi Seijuro berkata seperti itu dengan nada jahil? Kau tahu, rasanya seperti ingin memakannya,"

Bibir bertemu dengan bibir lagi, membuat Akashi tersentak kaget saat rongga mulutnya diselusuri oleh lidah milik seseorang. Ciuman dalam yang lama.

Saliva yang menghubungkan keduanya terlihat, napas si merah sedikit memburu karna butuh oksigen.

"Hentai,"

"Sankyu atas pujiannya, Tuan Muda Akashi."

—Lagi, malam ini, hanya ada Mayuzumi, dan Akashi. Berdua, ditemani dengan bau rokok.

.

.


A/N :

Apa? Hah? Jangan tatap saya seakan saya ini orang jahat, dong— saya nggak he*ntai, nggak ecchi juga. Cuman sedikit kotor, lol. Ih, tabok saya, ya? Ya? Saya nggak ngerti ini apaan #lagi