Chapter 1 : Half Confession

Recommended Song : Jeff Bernard - Be The One

Disclaimer : Detective Conan milik Aoyama Gosho. Penulis hanya meminjam karakter yang ada di Detective Conan. Cerita murni dari imajinasi penulis.

Little talk: mau balas review bentar ya hehe ^^

dendy2398 : makasi semangatnya... masi ditunggu unexpected love mu, walau cuma review sekali doang xD *ditimpuk, jarang on soalnya kkk~

guest : thanks, semoga berkenan dengan ceritanya yaa hehe ^^

affreze : thanks reviewnya zee-san *seenaknya manggil wkwk. Aku sebenarnya nggak masalah Ai nanti sama siapa endingnya, yang penting ia bahagia tulus aja. Tapi OTP tetep CoAi hehe

- tentang fanfic TITLD, masih belum ada yang mention tentang kode Ai xD

- about this new story, entah nyambung entah nggak dengan lagunya hehe... memang berchapter tapi bisa juga dikatakan cuma kumpulan single story... just happy reading and be honest to leave a review ^^


From the day that you arrived

I had no idea you'd be my life

But when I looked into your eyes

I knew someday, you'd be my wife

23:00 Japan Time

Kudo's Mansion

"Hentikan mata sinis milikmu, Shiho. Kau tau, lama-lama aku makin tertarik padamu nantinya," goda Shinichi sambil terkikik senang. Ia baru saja berhasil membungkam diam gadis disampingnya. Menang taruhan bola. Pemuda bertubuh tegap itu tersenyum penuh arti pada pemilik surai blonde strawberry milik gadis yang ia pandangi, memamerkan deretan gigi putih miliknya yang putih bersih.

Shiho -nama gadis itu- memutar bola matanya malas. Menjauhi tatapan pemuda yang tampak mesum itu. Tangan ramping miliknya terlipat di bawah dada, "Okay, apa maumu? 5 detik dari sekarang atau tidak sama sekali."

"5"

"..." Pemuda berambut hitam itu terlonjak. Iris biru langit miliknya terbuka lebar, mencoba untuk memahami makna 5 detik tersebut.

"4"

"Oi!"

"3"

"Shiho! Tunggu dulu!" Shinichi mengacak rambutnya asal. Berfikir keras apa yang ia inginkan. Sedangkan Shiho tetap menghitung dengan tenangnya.

"2"

"1"

"MENIKAHLAH DENGANKU!"

Kini giliran iris hijau kebiruan milik Shiho yang terbuka lebar. Otaknya berputar keras mencerna kata-kata seorang Kudo Shinichi yang baru saja ia keluarkan padanya.

I know there's times when I am wrong

And you know there's times when I am right

"Haah~" Shinichi mendesah lega. Hampir saja ia kehilangan kesempatan berharga yang ia dapatkan. "Oe, Shiho! Kau itu curang seka-"

Pemuda itu tak melanjutkan kalimatnya. Sedikit terkejut dengan ekspresi partner sekaligus sahabatnya yang masih tampak tercengang. Shinichi mencoba membaca arti ekspresi itu, namun Shiho dengan segera menutup kedua matanya. Tak mau pemuda bermarga Kudo itu membaca pikirannya. Ia mencoba menghirup nafas dalam dan berusaha tenang kembali.

"Kudo-kun, kau sakit?" seringaian khas Miyano Shiho akhirnya keluar. Shinichi mendelik sebal, "Apa-apaan tanggapan itu? Apa aku salah lagi? Aku sangat sehat, Shiho."

"Tidak. Kau sepertinya memang sakit. Kau yakin melamarku?" tanya gadis itu memperjelas. Sedikit bernada mengejek Shinichi walaupun batinnya sedikit terguncang. Sedikit berharap bahwa itu benar. Shiho memakai topengnya dengan apik.

Just as long as we both give it all we can

And for both to see that we try

"Tentu saja aku serius."

Pemuda itu memutar kepalanya kembali menghadap layar televisi yang kini menyiarkan komentar-komentar tentang pertandingan bola tadi. Ia kembali merebahkan punggungnya pada sofa. Sorot mata Shinichi menjadi serius. Shiho dapat melihatnya walau cuma di ekor matanya. Gadis itu juga mengikuti arah pandangan Shinichi, berusaha memilih kata yang ingin ia keluarkan selanjutnya.

Untuk sesaat keduanya hening. Hanya suara dari televisi yang memenuhi ruang keluarga Kudo tersebut. Shinichi tak tahan. Ia hela nafasnya pelan, "Hei, Shiho." Gadis disampingnya tak bergeming. Masih menatap lurus kearah televisi dengan pandangan datar. 'Kenapa ia begitu tenang sekali?' batin Shinichi merutuki diri sendiri. Tapi ia benar-benar benar ingin mengatakan sesuatu saat ini juga. Perasaan aneh yang sedari bertahun-tahun lalu ia abaikan. Perasaan aneh yang tak bisa ia pecahkan bahkan dengan julukannya sebagai seorang Meintantei hanya dalam beberapa jam saja. Butuh 3 tahun untuk Shinichi. 3 tahun semenjak tubuh aslinya kembali dan kembali bersekolah di SMA untuk mengulang kelas saat itu.

Shinichi saat itu frustasi karena Ran dan Sonoko -temannya- tak mendampinginya lagi di kelas. Yah, mereka berdua saat itu bahkan sudah berkuliah di semester 4 dan Ran, gadis masa kecilnya itu kini telah berpaling pada seorang pemuda yang selalu perhatian pada gadis berambut hitam panjang tersebut. Pemuda yang dijuluki detektif SMA itu jelas patah hati. Gadis yang selama ini ia tunggu-tunggu, gadis yang selama ini menjadi prioritasnya untuk kembali dari tubuh mungil Edogawa Conan, gadis yang ia pikir akan menjadi takdir -yang ditetapkan olehnya- untuk hidup bersamanya sirna. Saat itu Shinichi ingin sekali merebut Ran dari pemuda itu.

Tapi, begitu ia ingin menemuinya, pemuda itu melihatnya. Senyum Ran yang indah dihadapan pemuda yang menjadi kekasihnya. Sial. Saat itulah, Shinichi menyerah. Ran bahagia, apa ia harus merusak senyum itu? Bahkan saat Ran memikirkannya yang tidak kunjung kembali, hanya tangisan tak berhenti-henti yang keluar, mengiris hati Shinichi waktu ia dalam tubuh mungilnya.

You took my heart so unexpectedly

Who knew that you would be the one

"Kau mau begini terus? Mati saja kau, Kudo-kun!"

"Aku sudah merelakan diriku kembali menjadi Miyano Shiho hanya untuk menemanimu selama SMA, kau harus membayarnya Kudo-kun!"

"Kudo-kun, aku sudah memilih universitas yang sama denganmu. Sepatu GUCCI, kau siap kan? Listen, Original!"

Tanpa sadar Shinichi tersenyum. Mengingat bahwa gadis disampingnya inilah yang selama ini disisinya. Banyak pemaksaan, permohonan dan pengorbanan yang Shinichi lakukan saat-saat itu agar Shiho tetap berada disisinya. And that's worth it. Gadis bermata sinis itu selalu menyanggupi kemauannya dengan baik. Bahkan ketika dengan paksa Shinichi menarik Shiho untuk pulang bersamanya alih-alih cemburu. Gadis bersurai blonde strawberry itu memang populer dikalangan mahasiswa. Dan Shinichi harus selalu tau jadwal kuliah gadis itu agar setiap Shiho pulang ia harus segera menemuinya atau menghubunginya untuk pulang bersama.

Dan... kebiasaan itulah yang membuat Shinichi membutuhkan Shiho. Akhirnya ia sadar akan perasaannya.

But I always knew that there was something special 'bout you

From the day that you walked into my life

"Kudo-kun? Geez, You spacing out. I'm leave... oyasumi."

Suara lembut itu membangunkan Shinichi dari lamunannya. Ia mengerjap cepat, mencari sesosok gadis yang tadinya berada disampingnya. Menoleh kearah pintu, dan akhirnya mendapati Shiho yang sedang memakai sepatunya. Dengan gerakan kilat pemuda itu bangun dan mendekat, "Oi Oi! Kau mau pulang?"

Shiho mendongak. Alisnya terangkat, menatap jengah pemuda jangkung didepannya. "Bodoh. Untuk apa kau bertanya?" balas Shiho sarkastik. Ia kembali menyelami kegiatannya mengikat tali sepatu. Ia harus segera pulang, menenangkan detakan jantung miliknya yang bertalu-talu begitu cepat. Hatinya berharap agar pemuda ini membiarkan dirinya pulang dengan mudah. Sial.

"Permintaanku... bagaimana?" suara Shinichi memelan.

Though I sit and wonder why

I'm the one to love you day and night

Shiho tak menjawab, namun gerakan tangannya terhenti dan otak jeniusnya mencoba mencari sebuah jawaban yang tepat. Gadis itu bimbang, disisi lain ia berharap percaya atas permintaan 'gila' milik tuan detektif itu, disisi lain ia ingin membuang kepercayaannya. Bukankah Shinichi masih menyukai gadis kantor detektif itu? Bahkan ketika mereka membahas tentang Ran, Shiho dapat melihat dengan jelas sorot sendu iris biru langit miliknya yang ia kagumi -diam-diam-.

"Jawab Shiho," ucap Shinichi menuntut. Gadis itu beranjak dari posisi duduknya. Ia berdiri, mencoba mempertemukan sepasang bola mata bias langit dan laut milik mereka.

"Dengar Kudo-kun. Kau menyukaiku?" Shiho menekan pelipisnya, ia sedikit lelah sekarang. Ia harus segera mengakhiri tuntutan detektif timur ini.

"Selama kau tak yakin, aku takkan yakin padamu, Kudo-kun. Aku pergi, selamat malam..."

Shiho berlari kecil keluar dari rumah Shinichi, ia tidak ingin pemuda itu mengganggunya saat ini. Menikah? Itu bukan candaan. Kenapa ia begitu egois?

Tes.

And then I come to realize

There's a reason you are my life

Setetes cairan kecil diujung mata tegas milik Shiho keluar. Ia tengadahkan kepalanya keatas, menatap langit malam yang bertabur bintang, seperti diamond dust yang datang di malam hari.

"Apa karena Ran kau bimbang?" tanya seseorang dengan lantang. Sosok tampan itu keluar, mimiknya serius menatap gadis didepannya. Perlahan tangan besar milik Shinichi menyentuh pipi putih milik Shiho. Dengan lembut pemuda surai hitam itu menyeka airmata yang keluar dengan punggung tangannya. Seolah gadis di depannya ini sangat berharga.

"Kudo-kun..." Shiho membatu. Sentuhan Shinichi membuat nadinya memanas. Ia menyukainya... sangat.

"Cepat masuklah ke rumahmu, aku takkan menuntut jawabanmu kali ini. Kau wanita sulit, Shiho." ujar Shinichi mendesah pelan. Ia tahu, percuma memaksa Shiho saat ini.

"Tapi..." pemuda itu menghentikan perkataannya. Semburat merah muda kini menghiasi kedua pipi Shinichi. Shiho dapat melihat dengan jelas, karena lampu jalanan yang berada tepat diantara mereka berdua.

DEG

DEG

DEG

"Kudo-kun, kau-" gadis itu tak percaya apa yang dilihatnya.

"Sepertinya aku benar-benar menyukaimu, Shiho."

But I always knew that there was something special 'bout you

From the day that you walked into my life

END