A/N: Ini dia fic 'normal' *dari sudut mananya?* Huh, tetap dibumbui kekerasan tampaknya. Ini chap awal tapi kyaknya cintanya instan. Maksudnya cinta pd pandangan pertama gitu. Baca aja deh!
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rating: T
Pairing: SasuNaru.
Yakuza vs Assassin
Chapter 1
Summary: dia adalah pembunuh bayaran yang tidak terikat dengan siapapun. Pembunuh yang hanya membunuh sesuai permintaan klien. Tidak peduli itu kawan atau lawan. Lalu bagaimana jadinya kalau dia dikejar-kejar klien yang seorang yakuza?
Apa dia bisa lari?
Malam serasa mencekam. Keheningan yang menyesakkan. Rumah besar ini terasa mati. Begitu sunyi karena penghuninya tengah tertidur. Ah, bukan tertidur tepatnya. Karena seluruh penghuni rumah ini baru saja dibius. Kecuali satu orang, kepala keluarga rumah ini. Dia ada ruang kerjanya. Tengah berdiri ketakutan karena hidupnya sebentar lagi akan habis.
"Kumohon jangan bunuh aku!" pemuda bermata hitam dan berkulit pucat itu memohon. "Akan kuberikan uang sebanyak yang kau inginkan. Tapi kumohon lepaskan aku!" Dia memohon sambil menatap nanar kearah orang yang kini berdiri di hadapannya dengan pistol terancung.
Sang pemegang pistol tidak terpengaruh dengan segala ucapannya. Mantel hitam panjang yang dikenakannya sangat tidak sesuai dengan dirinya yang sangat mencolok. Tapi toh dia tidak peduli, dia harus menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin.
"Kumohon..." Sai kembali memohon, tapi kata-katanya terputus ketika sebuah peluru menembus kepalanya. Peluru yang ditembakkan dengan peredam suara sehingga dia tidak menyadari kematiannya yang datang menghampiri.
Tubuh tak bernyawa itu ambruk ke lantai dengan darah yang mulai menggenang. Sementara sang malaikat kematian berbalik dan meninggalkan ruangan itu dengan langkah ringan. Dia sudah menghilangkan seluruh jejaknya. Dan karena itu polisi tdak akan bisa menemukannya. Bahkan untuk menemukan debu yang menempel di bajunya.
------
"Pagi semuanya!" Teriak Naruto membuka pintu kelas dengan keras. Yang langsung disambut dengan teriakan kesal teman-temannya.
"Naruto! Bisa tidak kau berhenti berteriak? Aku tidak bisa tidur," protes Sikamaru yang kembali meletakkan kepalanya di kedua tangannya.
"Jangan berisik, Naruto!" seru Sakura memukul kepala Naruto dengan buku tebal.
"Aduduh...! Aku' kan hanya menghidupkan suasana," kata Naruto menggosok kepalanya yang pasti akan benjol selama beberapa jam. "Kelas ini rasanya begitu sunyi hingga aku bisa mendengar ketukan kaki Kakashi Sensei di koridor."
"Kau bukan menghidupkan suasana lagi, tapi membuat gempar," kata Gaara yang duduk di kursinya.
"Kalian kejam..." Naruto memanyunkan bibirnya.
"Yo! Naruto! Kenapa ada lingkaran hitam di matamu?" tanya Kiba yang baru masuk kelas sambil memukul pelan bahu Naruto.
"Kiba! Mengagetkanku saja! Ah, itu, semalam aku mengerjakan pe-er yang diberikan si Tukang Telat sampai begadang. He..he.." jawab Naruto dengan cengiran khasnya. Dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Siapa yang kau sebut Si Tukang Telat, Tuan Uzumaki?" terdengar suara horor di belakangnya.
"Eh?" Naruto memutar kepalanya dengan gerakan lambat. Di hadapannya berdiri lelaki tiga puluhan, berambut perak dan bermasker komplit dengan buku orange yang selalu di bawanya kemana-mana.
"He..he..Kakashi Sensei, tumben tidak telat?" tanya Naruto berusaha ngeles.
"Duduk di tempatmu!"
"I...Iya!" Naruto langsung lari ke tempat duduknya, tidak menyia-nyiakan belas kasihan gurunya.
"Nah, karena sekarang Naruto sudah bisa diam, kita akan melanjutkan materi kita mengenai integral. Integral adalah....bla...bla..."
Dan di mulailah rutinitas siswa kelas XI B ini. Tertidur di kelas sementara Kakashi mengoceh di depan kelas.
Pulang sekolah.
"Hei Naruto! Mau ikut kami pergi ke game center tidak?" tanya Kiba. Sikamaru, Chouji, Shino dan Lee sudah menunggu di pintu kelas.
"Ah, sayang sekali. Hari ini aku harus kerja sambilan, maaf, aku tidak bisa ikut," kata Naruto yang sedang merapikan bukunya dengan wajah kecewa.
"Apa kau tidak bisa meminta cuti?" tanya Kiba masih berusaha.
Naruto nyengir. "Kalau aku kabur, aku bisa dihajar oleh bosku."
"Ya sudah. Tapi lain kali kau harus ikut!" kata Kiba.
"Oke!" janji Naruto seraya melambaikan tangannya pada teman-temannya.
"Kami duluan, ya!"
"Yeah, bersenang-senanglah!"
Naruto menyandang ranselnya di punggung dan keluar dari kelas. Menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Naruto tinggal di sebuah apartemen tidak jauh dari sekolah. Sejak kecil dia hidup sendiri tanpa orang tua. Banyak hal yang dia sembunyikan, terutama perkerjaannya sebagai pembunuh bayaran. Memang, darah pembunuh mengalir di dalam nadinya. Ayahnya adalah pembunuh bayaran yang sudah terkenal di dunia hitam. Hingga akhirnya karir ayahnya tamat saat dia tidak bisa lolos dari reruntuhan gedung yang diledakkan oleh kliennya sendiri.
Naruto membuka pintu apartemennya. Memeriksa pengaman yang dia pasang. Apa ada penyusup masuk atau tidak. Tidak ada. Fuh, Naruto menghembuskan nafas lega.
Begitu melepas sepatu dan meletakkan tasnya. Naruto langsung menyalakan komputer. Duduk di kursi sambil menunggu komputer melakukan booting. Naruto memeriksa email yang masuk. Ada. Sebuah email yang baru saja dikirim tiga jam lalu. Dia segera membukanya dan memdapati sebaris kalimat.
Aku membutuhkan bantuanmu
Hanya sebaris kalimat itu dengan tambahan gambar sebuah kipas sebagai tanda pengenal.
Naruto tersenyum. "Uchiha, eh?"
----
---
Pemandangan malam dari sini sangat indah. Lampu yang berkerlap kerlip di bawah sana. Dengan mobil yang bergerak seperti semut yang merayap. Menarik. Pemuda berambut hitam dan bermata onyx itu duduk di kursi putarnya. Memandang panorama alam di bawahnya dari jendela ruang kerjanya yang besar. Mencangkupkan kedua tangannya sambil menopangkan dagunya, menunggu seseorang. Ya, seseorang yang telah dia undang.
"Hebat sekali, kau bisa menerobas pengamanan gedung ini dengan mudah..." pujinya pada orang yang ada di belakangnya. Dia tidak mendengar suara pintu yang terbuka, tapi dia bisa merasakan keberadaan orang itu
"...Angel."
"Huh, kau sengaja melonggarkan pengamanan," dengus orang di belakangnya.
"Ternyata kau tidak bodoh," kata Sasuke membalik kursinya. Dia melihat orang yang ada di hadapannya memakai mantel hitam panjang, dengan kacamata hitam yang menutupi warna matanya, dan sebagai pelengkap, dia memakai tudung mantelnya untuk menyembunyikan warna rambutnya.
"Jadi ini, pembunuh bayaran yang ditakuti semua orang?" tanya Sasuke dari balik mejanya. Mengamati orang yang ada di hadapannya lebih teliti. Orang ini lebih pendek darinya. Yang membuatnya mengambil kesimpulan jika 'Angel' di hadapannya ini lebih muda darinya.
"Seperti yang kau lihat. Siapa yang harus kubunuh?' tanya Angel dengan nada datar. Dia benci basa-basi.
"Jangan buru-buru, aku masih penasaran denganmu," kata Sasuke dengan senyum tipis.
"Aku disini bukan untuk mengobrol, tuan Yakuza," kata Angel dingin.
Pintu di sisi kanan Sasuke terbuka. Seorang laki-laki berambut silver memakai masker muncul dengan buku orange di depan wajahnya.
"Oh, ada tamu rupanya," ucapnya saat menyadari ada orang lain selain pemimpinnya di ruangan ini. "Ini yang terakhir untuk malam ini, bos," katanya seraya meletakka map biru di meja Sasuke. Mata di balik kaca mata itu menunjukkan keterkejutan. Tapi cepat-cepat di usirnya.
"Ternyata selain jadi Sensei yang tukang telat, kau punya pekerjaan sampingan, ya Sensei?" tanya Angel tenang.
Kakashi menoleh kaget. "Eh? Darimana kau tahu?" tanyanya bingung.
"Tidak mengenaliku?" tanya Angel sambil membuka tudung dan kacamatanya. Memperlihatkan identitasnya. Rambut pirang berantakan, kulit bewarna tan dan mata sebiru langit. Benar-benar angel.
"Ka..kau.. Naruto!" seru Kakashi tidak percaya. Dia tidak menyangka jika muridnya yang berisik dan tampak polos itu seorang pembunuh bayaran.
"Hai, Sensei," sapa Naruto tenang, tidak ada cengiran dan senyum di wajahnya. Ekspresinya datar, berbeda sekali dengan ekspresi yang biasa dilihat Kakashi.
Sementara Kakashi masih memandang kaget. Sang Yakuza sedang terpaku. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia pernah mendengar dua paham. Pertama, cinta pada pandangan pertama itu, benar. Sedangkan yang kedua, cinta pada pandangan pertama adalah omong kosong. Dan sekarang dia tahu, dia penganut paham pertama.
Rambut pirang itu. Mata biru yang memerangkapnya. Ditambah desiran aneh yang menghampiri dadanya. Angel di depannya memang benar-benar Angel. Dia tidak bisa memalingkan wajahnya.
"Jadi siapa yang harus kubunuh?" tanya Naruto lagi. Kali ini matanya memandang tajam sang Yakuza. Menandakan kalau dia mulai bosan.
Sasuke tersentak kecil, sadar dari lamunan bodohnya. Baru kali ini dia merasa jengah di tatap tajam seperti itu. Apalagi oleh mata biru itu. Mempesona.
"Hyuuga Neji," kata Sasuke dengan suara tenang terkendali.
Naruto menaikkan alisnya. Neji adalah kakak kelasnya di sekolah, seorang ketua OSIS sekaligus putra tunggal dari Hiashi Hyuuga yang akan memimpin perusaahan ayahnya kelak.
"Kenapa?" tanya Naruto. Jarang dia mempertanyakan alasan kenapa dia harus membunuh orang yang disebutkan kliennya.
"Karena dia mengganggu gerakan organisasiku," jawab Sasuke. Heran pada dirinya sendiri karena menjawab pertanyaan sang Angel.
"Begitu...baiklah, aku terima," kata Naruto berbalik hendak pergi sambil memakai kembali tudung dan kacamatanya.
"Kau mau kemana?" tanya Sasuke, tanpa sadar mencegah sang Angel untuk pergi. Pertanyaan bodoh yang bahkan membuat Kakashi memandang heran padanya.
Naruto berhenti melangkah tapi tidak menoleh. "Bukankah aku sudah menerima permintaan?" tanyanya tenang. "Kenapa harus membuat klien menunggu?"
Dia kembali berjalan, Tapi ketika akan menutup pintu dia menoleh.
"Perlu kubawakan bukti?" tanyanya.
Sasuke menjawab datar. "Cukup berita kematiannya."
"Baiklah." Dan dengan itu pintu sang Yakuza tertutup sudah.
Suasana di dalam ruangan sunyi sampai Kakashi memecahkan keheningan.
"Kau kenapa Sasuke? Kelihatannya kau sedang terpana atau apa," kata Kakashi separo menyindir. Sedikit banyak dia bisa mengerti arti tatapan Sasuke.
"Siapa dia?" tanya Sasuke. Suaranya antara sadar dan tidak.
"Uzukaki Naruto, enam belas tahun, siswa SMA konoha. Murid kelas XI B, dan sebagai tambahan aku adalah wali kelasnya," kata Kakashi tenang.
"Hanya itu?" tanya Sasuke tanpa memandang Kakashi.
"Kenapa, kau tertarik padanya?" tanya Kakashi dengan suara menggoda.
Ditatap tajam, Kakashi cuma nyengir. "Aku tidak tahu, diarsipnya tertulis dia yatim piatu dan besar di panti asuhan."
"Selidiki segala sesuatu tentangnya," kata Sasuke datar.
"Baiklah."
----
--
Malam semakin larut. Sudah banyak manusia yang jatuh tertidur akibat kelelahan karena aktivitas mereka. Tidak terkecuali di rumah ini.
Mansion keluarga Hyuuga terlihat lengang. Tampaknya seluruh penghuninya sudah tertidur pulas. Tapi suara tembakan teredam yang datang dari rumah itu menandai berakhirnya sebuah kehidupan.
TBC
A/N: Gimana? Ada yang perlu diperbaiki? Kecepetan ngak? Review!
