HUNHAN FOREVER!

HUNHAN FOR LIFE!

.
xiugarbaby (formerly Aruna Wu)

presents

.

"The Theory of Everything"
HunHan Version

.

HunHan

.

GS – Rated T-M – Family Life – Hurt/Comfort – Drama – Angst

.

.

.

"Aku meminta bantuanmu untuk memberikan bimbingan tambahan pada puteraku, aku dengar kau adalah mahasiswa terbaik di angkatanmu jadi sembari menyelesaikan skripsimu maukah kau membantuku?"

"…"

"Hanya tiga kali dalam seminggu… anakku tidak menyukai Hagwon dan guru privatnya kemarin terpaksa mundur karena harus pindah bekerja ke Busan, dia tidak suka belajar dengan banyak orang tapi aku jamin dia tidak akan menyusahkan, puteraku adalah anak yang baik…"

"…"

"Sebenarnya puteraku adalah anak yang pintar, hanya saja… dia sangat membenci fisika. Aku benar – benar berharap agar kau bisa membantuku dan puteraku. Akhir semester ini, dia harus mengikuti ujian masuk perguran tinggi."

"…"

Semua berawal dari permintaan seorang Profesor yang menjabat sebagai seorang dekan di sebuah Universitas terkenal di Korea. Profesor itu meminta salah satu dari mahasiswi tingkat akhirnya untuk menjadi guru les privat bagi anak tunggalnya.

Luhan adalah mahasiswi teknik fisika terbaik di angkatannya. Ketika banyak orang yang menghindari pelajaran fisika, gadis itu justru tergila – gila setengah mati pada satu disiplin ilmu yang tidak masuk akal bagi sebagian besar penghuni bumi dan pelajaran yang menjadi alasan utama para siswa tingkat akhir di High School untuk menjadi depresi. Bagi Luhan, fisika adalah sesuatu yang selalu membuatnya penasaran. Fisika adalah bidang ilmu yang rumit namun menantang gadis itu untuk terus bekerja keras mencari jawabannya. Dan sebagaimana pepatah mengatakan bahwa apa yang membuatmu mencari adalah apa yang hatimu inginkan.

"Jadi… bagaimana? Apa kau bersedia?"

"Ne Professor, saya bersedia"

Senyum manis disertai anggukan antusias gadis itu berikan untuk menyertai persetujuannya pada sebuah takdir yang menggiringnya pada sebuah teori. Teori tentang segalanya. Segalanya yang bahkan tak akan dia temukan dengan rumus fisika manapun. Teori tentang segalanya yang membuat Luhan harus mengakui bahwa bumi punya gravitasi, bahwa bumi berputar, bahwa setiap masa memiliki tekanan, bahwa setiap waktu yang berputar tidak hanya memiliki akhir namun juga memiliki awal.

.

.

.

This is a HunHan Love Story

by xiugarbaby

.

"The Theory of Everything"
HunHan Verison

.

Chapter 1. Sorcery Eyes

"Saat ini, lebih baik kau jangan menebakku. Aku adalah orang yang tak mudah ditebak. Tapi jika kau tetap ingin menebakku, maka bersiaplah…kau akan mendapatkan banyak kejutan"

.

.

.

Disclaimer:
All EXO members belong to EXO-L.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Bila ada kesamaan cerita seperti ini, itu semua hanya ketidak sengajaan. FF ini murni milik Aruna. Story plot, story line, story idea semua punya aruna.

"The Theory of Everything" adalah Judul sebuah film yang mengisahkan tentang kehidupan seorang ilmuan fisika bernama Stephen Hawking. Author menggunakan judul yang sama karena terinspirasi dari film tersebut tanpa bermaksud untuk menjiplak isi dan jalan cerita.

So this is, The Theory of Everything – HunHan Version.

.

.

Happy Reading! ^^

.

.

.

"Good morning baby boy… ayo cepat bangun… sebentar lagi guru les mu akan datang"

"…"

"Ayo sayang, bangun lalu mandi! Kau tidak mau membuat guru les privatmu menunggu kan?"

"…"

"Baby boy eomma yang tampan masih tidak mau bangun juga? Ng? Ya sudah… kalau begitu eomma tidak jadi buat pancake coklat dan pudding susunya…"

"Eomma… ini kan hari minggu, kenapa harus les privat?"

"Sebentar lagi kau akan ikut Ujian Akhir dan harus mengambil SATmu, eomma tidak mau nilaimu bermasalah, sayang"

"Ah eomma… percayalah padaku, aku tidak akan mengecewakan eomma dan appa dengan semua nilai – nilai itu! Dan jangan lupa jika anak tunggal eomma ini pintar!"

"Eomma percaya kau akan mendapatkan nilai yang memuaskan di semua mata pelajaran,"

"…"

"Kecuali fisika! Jadi cepat bangun dan mulailah belajar fisika dengan baik!"

Ini juga berawal dari seorang ibu rumah tangga yang sangat mencintai "Baby Boy"nya yang tampan. Seluruh ibu di muka bumi ini pasti ingin sang anak sukses dalam pendidikannya, begitu pula dengan ibu yang satu itu, tentu saja dia ingin sang Baby Boy meraih nilai yang baik untuk Ujian Akhirnya, maka dari itu dia dan sang suami berusaha memberikan fasilitas belajar yang terbaik, termasuk seorang guru les privat.

Terlahir sebagai seorang putera tunggal membuat remaja tampan yang dipanggil Baby Boy itu tumbuh menjadi sedikit manja, agak malas, lumayan keras kepala dan suka seenaknya saja. Remaja tampan dengan tinggi badan diatas rata – rata itu bernama Oh Sehun. Terlepas dari wajah tampannya yang agak dingin karena mata sipitnya yang selalu menatap apapun dan siapapun dengan tatapan tajam tanpa ampun, mata sipit itu, selalu punya aura intimidasi yang sangat besar hingga membuat siapapun akan tertekan dengan tatapannya. Namun meskipun wajah tampan tapi dinginnya sering agak kurang ajar, Sehun selalu punya senyum manis dan sikap lembut yang tersembunyi di balik aura dingin mengintimidasinya.

Oh Sehun, siswa tingkat akhir di Junwon International High School. Termasuk siswa yang pintar, terkenal dan keren. Tapi sekeren – kerennya seseorang, pasti saja punya kelemahan. Dan kelemahan Sehun adalah sesuatu yang tak bisa dimakan bernama Fisika. Sehun tidak pernah bisa menyukai Fisika sejak pertama kali dia bertemu dengan pelajaran itu. Entah kenapa, menurut Sehun fisika adalah pelajaran yang amat sangat tidak masuk akal dan kurang kerjaan. Oh demi Tuhan, kegiatan sehari – hari apa yang mengharuskanmu untuk menggunakan perhitungan gerak parabola dan pencerminan?

Semua hal tidak masuk akal itu akan menghantarkan Sehun untuk bertemu dengan satu teori. Teori tentang segalanya. Teori tentang segalanya yang menjelaskan segala ketidak masuk akalan yang terjadi dalam hidupnya. Karena Sehun sebelumnya tidak pernah tau bahwa hidupnya akan serumit rumus – rumus fisika yang dia benci tepat setelah dia bertemu dengan gadis itu.

.

"Hallo Nona Lu, saya Kim Jaejong, saya adalah istri dari professor Oh Yunho… senang bertemu denganmu"

"Senang bertemu dengan anda juga, Nyonya Oh. Saya Lu Han, mahasiswi jurusan Teknik Fisika yang akan menjadi guru les privat untuk putera anda"

"Ah… kedua orang tuamu pasti sangat bangga padamu. Kau cantik, pintar dan menyenangkan. Masa depanmu pasti akan diberkati, ayo… silakan duduk."

Sebuah senyum tulus tergambar jelas di wajah cantik seorang wanita yang masih terlihat cukup muda di usianya yang sudah berkepala 4. Tangan lembutnya yang hangat menjabat tangan Luhan yang agak dingin karena gugup, namun mendapatkan doa penuh berkat dari wanita dengan senyum dan tangan lembut itu membuat hati Luhan menghangat. Luhan sangat menyukai isteri dari dekan Fakultasnya itu. Cantik, lembut, ramah dan baik hati.

"Putraku berusia 18 tahun, dia adalah siswa tingkat akhir di Junwon International High School. Meskipun dia adalah putra seorang professor fisika tapi… putraku itu gak kurang mampu memahami pelajaran itu, dia tidak bodoh… dia hanya… sedikit lebih lambat… kau mengerti maksudku kan?"

"Ah ne… Professor Oh sudah memberitauku"

"Anak itu juga tidak suka ikut hagwon, dia sangat suka diam di rumah, sejujurnya… dia adalah tipe Mommy's baby boy. Jadi… mohon permaklumannya jika anak itu sedikit pendiam dan tidak menyenangkan"

"Ne, saya akan mencoba sebaik mungkin untuk bisa membuat suasana belajar sesuai dengan kepribadian putera anda."

"Terima kasih ya Nona Lu sudah mau meluangkan waktu ditengah kesibukan skripsimu untuk mengajar putra kami"

"Aniyo, ini juga sebuah kesempatan emas untuk saya…"

"Maaf jika aku mengganggu hari minggu mu, itu karena aku tidak sabar untuk bertemu dengan mahasiswi terbaik di kampus suamiku yang mau datang kerumah kami untuk mengajar putra kami"

"…"

"Setelah ini kau hanya perlu datang 3 kali dalam seminggu, setiap hari Senin, Rabu dan Jumat, satu kali pertemuan selama 4 jam 30 menit. Setiap mengajar kau boleh menggunakan baju yang nyaman, tapi harus tetap sopan, karena bagaimanapun… putra kami tetaplah seorang remaja tanggung yang normal… ah, jika nanti putra kami membutuhkan waktu ekstra, aku harap kau tidak keberatan karena waktu ekstramu juga akan kami bayar.. 3 kali lipat."

"…"

"Jadi… untuk masalah bayarannya kau tak perlu khawatir… kau akan dibayar 50.000 won perminggu, jadi perbulannya akan dibulatkan menjadi 250.000 won diluar jam ekstra, apa itu cukup?"

Tentu saja! Ini semua sempurna! Untuk 13 jam 30 menitnya seminggu gadis tu mendapat gaji sebesar 50.000 won. 250.000 won perbulan! Daebak! Luhan akan segera menjadi seorang jutawan kaya raya. Seraya membaca kontrak kerja yang diberikan oleh Nyonya Oh, Luhan sedikit berpikir. Memangnya berapa besar gaji yang didapatkan oleh seorang professor hingga bisa menggajinya sedemikian tinggi? Dan tunggu dulu…

Luhan menyebarkan indera pengelihatannya ke seluruh ruang tamu kediaman keluarga Oh. Hanya butuh waktu 30 detik bagi Luhan untuk menyadari bahwa kediaman keluarga Oh sangat mewah dan elegan. Professor Oh yang selalu terkenal dengan sikap ramah yang bergabung dengan otak cerdas dan charisma yang mempesona itu ternyata benar – benar kaya raya. Luhan sendiri tidak menyangka itu sebelumnya.

"Nona Lu… puteraku sudah siap di ruang belajarnya, ruang belajar ada di lantai dua ruangan pertama di sebelah kiri. Kau hanya perlu naik tangga itu dan berjalan sedikit untuk menemukan pintu pertama… di sebelah kiri. Maaf aku tidak bisa mengantarmu, aku harus bertemu seseorang lagi setelah ini."

"Ne nyonya Oh, kalau begitu… saya permisi…"

Luhan meninggalkan map berisi kontrak kerjanya di atas meja ruang tamu. Meskipun ini hanya les private biasa, tapi Nyonya Oh mempersiapkan sebuah surat kontrak yang perlu Luhan tanda tangani. Sepertinya Nyonya cantik yang satu itu adalah orang yang menjunjung tinggi profesionalismenya dan siapapun yang bekerja sama dengannya. Cantik, ramah, lembut dan cerdas… pantas saja, Professor Oh jatuh hati pada wanita itu.

Kaki jenjang Luhan berjalan anggun menaiki satu per satu anak tangga melingkar yang dipepetkan ke sebuah tembok kaca yang menyuguhkan pemandangan halaman belakang yang apik dan terawat. Benar – benar rumah unik yang punya sentuhan klasik dan mewah. Tak perlu tersesat, Luhan bisa dengan segera menemukan dua buah pintu berwarna putih di sebelah kiri. Dan sesuai instruksi dari Nyonya Oh, Luhan pun masuk ke dalam ruangan dibalik pintu pertama.

"Annyeonghaseyo"

Luhan menyapa seorang remaja dengan tubuh jangkung yang kentara jelas meskipun anak itu sedang duduk di sebuah meja private yang terbuat dari kayu berbentuk persegi di pinggir jendela. Remaja itu terlihat sangat manis dengan pakaian khas rumahan yang cukup keren untuk disebut pakaian rumahan. Potongan rambut rapi namun potongan bagian depan dibuat poni yang menutupi setengah dari keningnya itu membuat remaja bermata sipit itu terlihat imut.

"Kau siapa?"

Ah… penilaian Luhan tentang seorang remaja manis dan imut buyar seketika begitu mendapatkan sapaan dingin dan tatapan tak bersahabat dari anak itu.

"Aku Lu Han, guru privatmu yang baru" ujar Luhan agak canggung karena ditatap sedemikian tajam oleh anak yang akan menjadi muridnya itu

Sret

Kaki kanan Luhan mundur satu langkah ketika Sehun tiba – tiba berdiri dari duduknya dan semakin menatap Luhan dengan tatapan dingin mengintimidasinya. Jantung Luhan berdegup kencang, kali ini Luhan benar – benar merasa seperti sedang berhadapan dengan seseorang yang ingin membunuhnya.

"Eommmaaaa…."

Sehun berteriak dengan suaranya yang dalam dan khas, memanggil sang eomma seraya mengambil langkah panjang dan melewati Luhan yang mematung begitu saja diambang pintu. Sehun keluar dari ruang belajarnya entah kemana.

"Haaah… mwoya… anak itu sangat menyeramkan! Dan apa yang salah denganku? Kenapa anak itu malah kabur?"

Luhan menghela napasnya dan mengatur degupan jantungnya yang berantakan dengan mengelus – elus dadanya. Luhan benar – benar hampir pingsan ketakutan karena tatapan dingin Sehun barusan.

"Yah… bagaimana bisa Professor Oh dan Istrinya yang baik, pintar dan ramah itu punya anak seperti anak itu?" gerutu Luhan yang masih belum beranjang dari ambang pintu ruang belajar Sehun.

.

"Eomma… siapa yeoja yang ada di kamarku?"

Sehun menerobos masuk ke areal dapur dan segera bertanya pada sang ibu yang nampak sedang sibuk dengan adonan di tangannya bersama beberapa temannya yang terkumpul dalam gabungan para istri Professor.

"Dia guru privatmu yang sayang… kenapa?" jawab Nyonya Oh dengan santainya tanpa menghiraukan sang putera

"Andwae!" rengek Sehun yang seketika membuat kedua tangan Nyonya Oh berhenti mengaduk adonan

"Ah? Wae? Ada apa sayang? Apa dia galak pada baby boy eomma? Apa dia mengajarnya tidak bagus?"

"Bukan begitu eomma…"

"Lalu ada apa? Katakan pada eomma ada apa dengan guru les privatmu itu?"

"Apa dia benar – benar orang yang bisa mengajari aku fisika?"

"Ne… dia adalah mahasiswa Teknik Fisika terbaik di kampus Appamu. Memangnya kenapa?"

"Aniyo eomma, dia tidak tampak seperti seorang guru! Dia bahkan lebih cocok jadi adik tingkat kelas 10 di sekolahku eomma! Apa dia benar – benar mahasiswa?"

Sehun mengerutkan keningnya seiring dengan bibir tipisnya yang terus mengoceh pada sang eomma. Nyonya Oh memberikan adonan di tangannya pada salah seorang pelayan di rumah keluarga Oh lalu mendekat pada puteranya dan berkata,

"Jangan pernah menilai seseorang dari apa yang kau lihat di luarnya. Apa dia sudah mulai mengajarimu sesuatu? Apa kau sudah bertanya materi fisika kepadanya?"

Sehun menggeleng namun wajahnya masih terlihat kesal dan kaku.

"Jangan keras kepala Oh Sehun… lebih dari apapun juga, nilai fisikamu sangat memprihatikan! Jadi cepat naik ke atas dan belajar dengan baik!"

Sehun menghela napas kesal lalu mempoutkan bibirnya dan segera berbalik menuruti kata sang eomma. Kaki panjangnya yang kurus menaiki anak tangga dengan sedikit tergesa lalu masuk tanpa aba – aba ke dalam ruang belajar dan itu otomatis membuat gadis cantik yang ada di ruangan itu terperanjat.

"Aku tidak menyukai fisika!" ketus Sehun segera setelah menutup pintu lalu berjalan menuju salah satu kursi yang mengapit meja di pinggir jendela tanpa peduli Luhan yang kini memandang aneh padanya

"Bagiku fisika adalah pelajaran yang paling tidak masuk akal. Dan aku sama sekali tidak mengerti dengan segala teori aneh yang dibuat oleh ilmuan – ilmuan itu, jadi…"

Sehun dan Luhan saling bertukar pandang selama beberapa detik kemudian Sehun mengalihkan pandangannya lagi dan melanjutka kalimatnya

"Jadi… aku harap kau bisa membuatku mengerti semua materi fisika untuk SATku!"

Anak itu benar – benar seenaknya saja jika bicara. Bibir tipisnya seakan tidak punya sopan santun saat bicara pada orang yang lebih tua. Luhan paling tidak suka dengan anak semacam itu, jika saja bayarannya tidak sefantastis itu Luhan pasti sudah mengundurkan diri sekarang juga. Tapi… meskipun tidak dibayar sekalipun, seorang Luhan tidak akan pernah menyerah. Jangankan seorang Oh Sehun si remaja tengik tanpa tata krama ini, segala rumus – rumus rumit fisika yang tak bisa dimengerti sembarang orang saja bisa dia taklukkan. Oh Sehun bukanlah hukum Newton atau Archimedes yang perlu tenaga dan otak yang diperas untuk mengembangkan rumusnya.

'Sabar Luhan… sabar… dia hanyalah bocah tengik yang tidak tau apa – apa… kau harus sabar menghadapi anak seperti dia!'

Luhan berjalan menuju kursi kosong di hadapan Sehun lalu mengulurkan tangannya.

"Luhan" ucapnya mantap

Sehun hanya memandang tangan Luhan dnegan tatapan dingin dan datar, namun senyum sombong gadis di hadapannya ini seakan menantang Sehun untuk sebuah permainan menyenangkan jika Sehun menjabat tangannya. Sehun tertarik, permainan apapun itu, Sehun akan selalu maju jika ditantang seperti itu. Sehun mengulurkan tangan kanannya lalu menjabat tangan lembut Luhan di hadapannya.

"Oh Sehun" ujarnya tak kalah sombong

"Kau pasti meremehkan kemampuanku, bukan? Kau pasti tidak percaya, orang sepertiku mampu mengajari ilmu paling tidak masuk akal menurutmu itu kan?" Luhan ikut berkata ketus lengkap dengan raut wajah yang balik meremehkan Sehun.

"Kau sama sekali tidak terlihat mampu mengajariku. Percayalah, aku adalah siswa yang mengerikan" ketus Sehun dengan tangan terlipat di dadanya

"Percayalah, aku lebih mengerikan daripada kau"

Sehun mengangkat satu sudut bibirnya ketika gadis di hadapannya ternyata tidak gentar dengan sikap dingin dan ketusnya.

"Aku sama sekali tidak yakin bahwa kau adalah orang yang mampu membuatku mengerti semua rumus tidak masuk akal itu"

"Tentu saja, lagi pula aku memang bukanlah orang yang mampu membuatmu mengerti… aku adalah orang yang akan mengubah sudut pandangmu"

Sehun dan Luhan kembali beradu tatapan tajam. Meskipun tatapan Sehun jauh lebih mengintimidasi dariapada tatapan matanya, namun Luhan sama sekali tidak mau menyerah. Gadis itu berusaha segenap tenanganya untuk menajamkan mata rusanya yang bening.

"Tapi aku adalah orang yang akan mengubah kepercayaanmu itu" sambut Sehun dengan tatapan meremehkan paling menyebalkan yang pernah Luhan lihat.

.

.

.

Hari itu Sehun dan Luhan hanya membicarakan tentang isi buku paket sekolah Sehun. Luhan mencatat beberapa hal yang dia rasa penting untuk program mengajarnya nanti. Luhan sama sekali tidak habis pikir, bagaimana seorang siswa High School bisa seberani dan semenyebalkan itu. Terutama pada Luhan yang tak lain adalah guru private-nya.

Entah kenapa Luhan pun mulai punya rasa dendam pada sosok Oh Sehun. Tatapan matanya seakan menantang Luhan untuk menunjukkan semua kemampuan otak cerdasnya. Luhan tidak takut, untuk apa takut pada anak ingusan yang nyata – nyata tidak mengerti apapun tentang fisika. Fisika adalah keahlian Luhan, dan Luhan pun berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan mampu menaklukkan Sehun dan membuat anak ingusan itu menyukai fisika, entah dengan cara dan teori apapun Luhan tidak peduli.

Tit Tiiit

Pintu di hadapan Luhan terbuka setelah telunjuk lentiknya menekan beberapa angka di panel pintu. Luhan masuk ke dalam sebuah apartemen minimalis yang tidak terlalu luas. Hanya ada satu kamar, satu ruang tengah, dapur dan juga satu kamar mandi di dalamnya. Apartemen itu bukanlah apartemen mewah, tapi penataan barang – barang yang rapid an furniture yang terkesan unik itu membuat setiap sudut di dalamnya terasa nyaman dan elegan.

Luhan segera menuju ke meja pantry dan meletakkan dua kantung plastik besar berisi bahan makanan untuk melengkapi dapur mungil apartemen itu. Dengan cekatan kedua tangan Luhan merapikan bahan – bahan makanan yang ada dalam kantung belanjanya di dalam lemari pendingin dan lemari pantry. Setelah selesai dengan belanjaannya, Luhan pun mengenakan apron biru muda di tubuhnya dan mulai memasak.

Tangan mungilnya yang halus sangat lihai dalam mengolah bahan – bahan menjadi makanan yang lezat dan menggugah selera. Kali ini Luhan memasak Toffu Jigae dan Deep fried sea bass dengan saus mentega dan bawang diatasnya. Luhan benar – benar ahli dalam memasak. Meskipun hanya dua masakan sederhana, namun cara penyajian yang apik lengkap dengan bumbu ketulusan dan kasih sayang membuat masakan yang Luhan sajikan benar – benar terasa istimewa. Meja makan berkapasitas 4 orang berbentuk persegi dengan kursi berwarna navy blue itu sudah ditata sedemikian rupa hingga menyerupai meja makan di restaurant bergaya retro yang siap untuk menjamu dua tamu yang akan makan malam romantis.

Setelah puas dengan hasil karyanya, Luhan segera mengambil ponsel hitam di saku apronnya dan menekan nomor 1 untuk panggilan cepat.

"Hai sayang…"

Sebuah suara berat namun terdengar lembut menyapa indera pendengaran Luhan. Refleks sebuah senyum manis Luhan kembangkan seakan – akan orang yang menyapanya bisa melihat senyuman itu.

"Hari ini kau pulang jam berapa?" tanya Luhan dengan nada manis penuh harap

"Ah… Maafkan aku Lu, mendadak aku harus mengobservasi beberapa pasien dan malam ini aku juga harus ikut mengoprasi pasien bersama Professor Park"

"Jadi… kau tidak bisa pulang?"

"Aku akan pulang, tapi aku rasa tidak bisa malam ini…Ini adalah operasi yang penting, karena minggu ujian resident sudah semakin dekat. Maafkan aku Lu, aku benar – benar minta maaf."

"Aah… tidak apa – apa, sayang… semoga operasimu berjalan lancar, kau dokter yang baik, tentu saja kau akan berhasil… Fighting!"

"Fighting! Terima kasih untuk semangatnya… oh ya, apa kau sudah makan?"

"Belum… aku baru saja memasak sesuatu di apartemenmu, aku kira kau bisa pulang.."

"Maafkan aku Lu…"

"Eih… jangan minta maaf seperti itu, aku mengerti posisimu. Kalau begitu aku makan duluan, ne? Akan aku tinggalkan di meja makan, jika kau pulang panaskan saja di Microwave"

"Mmm… terima kasih, jangan pulang terlalu malam!"

"Ya… setelah membersihkan apartemenmu aku akan pulang"

"Saranghae Lu"

"Nadoo saranghae"

Luhan meletakkan ponselnya di sebelah gelasnya bersamaan dengan hembusan napas beratnya. Perempuan cantik itu harus kembali menelan kekecewaan, dan tentu saja itu bukanlah kekecewaan pertama yang harus dia telan, itu adalah kekecewaan yang entah keberapa. Namun sama sekali dia tak keberatan, gadis itu mencintai sang dokter sibuk dengan sepenuh hatinya. Gadis itu memang sudah terbiasa dengan kesibukan sang kekasih, maka dari itu daripada dia kesepian dia menerima tawaran Professor Oh untuk mengajar puteranya yang aneh itu.

Gadis cantik berambut coklat kemerahan itu sudah terbiasa menghabiskan makan malamnya sendiri di apartemen milik sang kekasih. Luhan selalu dengan suka rela mengurus kekasihnya yang super sibuk itu dengan segenap keikhlasan dan kasih sayang yang dia miliki dalam hatinya. Itu adalah resiko yang sudah harus Luhan terima karena dia adalah kekasih dari seorang dokter muda tampan dengan prestasi dan kegiatan segudang. Tak pernah sekalipun Luhan mengeluh dan selalu setia menunggu dokter itu untuk datang padanya. Jika ada pertanyaan, siapakah orang yang paling kuat menunggu, maka nama Luhan pasti ada dalam daftar nama jawabannya.

.

.

.

"Luhan?"

"Mmm… aku lupa memberitaunya jika aku harus ikut mengoperasi pasien appamu itu"

"Haah… beruntungnya kau Wu Yifan, kau punya kekasih setia yang selalu menunggumu"

"Kau juga harus segera mencari kekasih, Chanyeol-ah"

Yifan, dokter muda tampan dengan prestasi segudang itu tengah berbincang dengan salah seorang rekannya di ruang jaga resident. Yifan adalah seorang dokter resident yang tengah menempuh pendidikan sebagai dokter spesialis bedah umum. Semua rekan Yifan sudah tau jika Yifan telah lama menjalin hubungan dengan seorang gadis cantik bernama Luhan. Tak jarang Luhan datang ke rumah sakit untuk membawakan segala kebutuhan Yifan jika Yifan tidak sempat pulang ke apartemennya. Banyak rekan Yifan yang iri padanya karena memiliki kekasih secantik dan secekatan Luhan. Luhan adalah satu diantara banyak gadis yang sangat jarang bisa ditemui di muka bumi ini. Yifan, pria itu terlahir beruntung karena dia memiliki Luhan di sisinya.

"Chanyeol tidak menyukai gadis yang normal" celetuk seorang dokter perempuan yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

Dokter dengan wajah sexy itu nampak lelah dengan kertas – kertas yang menumpuk dipelukannya. Dia adalah Huang Zitao, mahasiswa resident spesialis bedah umum yang sama seperti Yifan, hanya saja dokter bertubuh tinggi langsing dengan tonjolan menarik di bagian dada dan bokongnya itu sedang menjalani sedikit hukuman dari Professor Park karena sebelumnya dia datang terlambat.

"Apa maksudmu aku tidak menyukai gadis yang normal?" Chanyeol balas bertanya dengan nada pembelaan diri.

"Tentu saja jika dilihat dari mantan – mantannmu, mereka sama sekali tidak ada yang normal. Hyejin eonni, janda beranak satu. Haesoo eonni, lebih tua 10 tahun darimu. Jessica, si bule pengedar narkoba. Aaah… tidak satupun mantanmu itu beres, Chanyeol-ah" protes dokter dengan hidung mancung dan bibir tipis bermarga Huang itu.

Yifan yang kini duduk di kursinya pun ikut tersenyum geli saat Zitao membeberkan koleksi masa lalu Chanyeol. Sahabat tampannya itu memang punya selera yang sedikit unik dan aneh.

"Setidaknya aku tidak sepertimu, Zi… jomblo seumur hidup! Carilah pasangan agar kau tidak sirik padaku!" ejek Chanyeol yang hanya di tanggapi kerlingan mata oleh Zitao.

Ruangan itu hanya ditempati oleh para resident spesialisasi bedah umum diantara lain Dokter Wu Yifan, Dokter Park Chanyeol, Dokter Huang Zitao dan Dokter Kim Junmyeon. Saat ini dokter Kim Junmyeon sedang mengikuti kegiatan bakti sosial di daerah Pohang, sementara itu Chanyeol terlihat sedikit tergesa – gesa karena dia memiliki jadwal visit pasien yang mejadi tanggung jawabnya. Sebelum meninggalkan ruangan Chanyeol sempat berpesan pada Yifan untuk tetap tabah menghadapi ayahnya nanti malam. Yifan memang dijadwalkan untuk ikut dengan professor park dalam sebuah operasi bedah, dan percayalah menghadapi professor park adalah sebuah ujian mental, bahkan Chanyeol yang anaknya saja sering merasa terbebani jika harus berhadapan dengan sang ayah yang super galak itu.

Hanya ada Zitao yang sedang sibuk merapikan berkas – berkas di hadapannya dan Yifan yang mengetik beberapa hal di komputernya. Tak ada satupun dari mereka yang berkomunikasi hingga 10 menit berlalu setelah Chanyeol pergi dari sana. Yifan berdiri lalu mengunci pintu ruang resident dan mematikan lampunya.

Zitao sama sekali tidak bergeming ketika Yifan melakukan itu semua. Gadis itu hanya menghentikan pergerakan tangannya pada berkas di meja lalu membalikkan badan.

BRUGH

Yifan menabrak tubuh Zitao, dengan lembut Yifan mulai mencium bibir dokter cantik itu dengan lumatan – lumatan penuh hasrat dan nafsu yang terpendam. Ziato tak perlu kaget dengan itu semua, gadis itu hanya membalas pagutan Yifan dengan bibir tipisnya, memberikan perlawanan penuh gairah yang membuat Yifan semakin menginginkan hal yang lebih dari hanya berciuman. Kedua tangan Zitao perlahan meraba punggung lebar Yifan dan satu tangannya dia gunakan untuk menjambak rambut pirang dokter itu. Yifan pun mulai menggerakkan tangan lebarnya untuk meremas payudara kenyal Zitao, dua payu dara yang tersembunyi dibalik seragam resident yang Zitao kenakan selalu berhasil membakar nafsu kelelakian Yifan, terasa begitu pas di tangannya dan sangan menggoda.

"Aku merindukanmu…" ujar Yifan ketika mengangkat bibirnya dari bibir Zitao. Kini kedua mata tajamnya yang diselimuti kabut gairah memandang Zitao dalam – dalam. Zitao hanya tersenyum manis dan mengelus pipi Yifan yang sudah sangat bernafsu padanya.

"Apa yang kau rindukan dariku?" tantang Zitao dengan suara seraknya yang rendah. Tangan kanannya merambat turun dari pipi Yifan menuju pada sesuatu yang sudah menegang di balik celana seragam Yifan. Lenguhan tertahan Yifan terdengar ketika Zitao mulai meremas pusat nafsunya. Yifan menyukai itu, Yifan sangat menyukai sentuhan tangan Zitao yang selalu berhasil membuatnya ingin lagi dan lagi.

"Aku menginginkan ini…" Yifan mengecup bibir Zitao lagi dengan sedikit lumatan lalu turun kearah ceruk leher Zitao dan menyesapnya kuat penuh hasrat seraya kedua tangannya melepaskan jas putih yang masih Zitao kenakan. Setelah jas putih itu lepas dari tubuh Zitao, Yifan pun menarik keatas seragam resident Zitao dan menemukan dua buah payudara kenyal yang tersembunyi dibalik branya, dengan cekatan Yifan menyingkirkan bra itu.

"Aku juga menginginkan ini," Yifan merendahkan tubuhnya untuk mencium payudara Zitao, tubuh Zitao mulai lemas karena gairah mulai menumpu badannya dengan kedua tangannya diatas meja sambil membusungkan dadanya yang menggemaskan agar Yifan bisa lebih leluasa meraup putingnya. Yifan menyesap puting kanan payudara Zitao dan meremas yang satunya lagi dengan tangan kanannya.

Zitao mulai mendesah akbiat sentuhan Yifan di dadanya. Perlahan Tangan Zitao mulai menurunkan celana Yifan dengan tangannya dan dibantu dengan kaki jenjangnya, meloloskan sosok monster yang kini sudah mengacung tegang. Besar dan keras. Vagina Zitao seketika basah saat tangannya memegang kejantanan Yifan. Nampaknya tidak cukup hanya dada Zitao, Yifan pun perlahan turun sambil mengecup perut dengan otot samar Zitao dan dengan sekali hentakan, Yifan berhasil menelanjangi gadis bertubuh sempurna yang berdiri di hadapannya. Yifan mulai menyentuh bibir vagina Zitao dan mengelusnya dengan lembut, perlahan Yifan menemukan klitoris Zitao yang sudah basah. Jari telunjuk dan tengahnya Yifan gerakkan di sekitar otot – otot lubang kenikmatan yang dia inginkan itu.

"Aaah…"

Zitao mendesah ketika Yifan memasukkan dua jarinya ke dalam lubang basah yang hangat itu, dengan sedikit pergerakan menggoda Yifan berhasil membuat tubuh Zitao melemas hanya dengan jarinya.

"Aku juga menginginkan ini" ujar Yifan lalu mencabut tangannya dari selangkangan Zitao dan mengecup singkat vagina di hadapannya itu.

Yifan berdiri lalu meraup bibir Zitao lagi, kedua tangan Zitao naik dada Yifan lalu mendorong pria tampan bersurai pirang itu hingga terduduk di kursinya. Yifan membuka kedua kakinya dan memperlihatkan kejantanannya yang sudah mengacung ingin dipuaskan. Zitao yang sudah terbakar gairah tanpa perintah apapun dari Yifan langsung naik ke pangkuan pria itu dan mengangkang diantara pangkal paha Yifan. Kaki jenjang Zitao benar – benar yang terbaik, Yifan meremas pantan kenyal Zitao dengan kedua tangannya seiring dengan ciuman – ciuman beringas penuh nafsu mereka. Yifan mulai menggerakkan pinggul Zitao menuju ke atas selangkangannya. Zitao mengerti maksud Yifan, gadis itupun langsung membenarkan posisi kepala penis Yifan agar menghadap ke lubang surga milik Zitao yang siap memuaskannya.

Keduanya melenguh ketika seluruh kejantanan Yifan masuk ke dalam tubuh Zitao, Lubang vagina yang basah dan sempit memijat kejantanan Yifan tanpa ampun. Zitao memang sudah sangat ahli dalam hal memuaskan Yifan. Gadis itu dengan berani menggerakkan tubuhnya keatas dan kebawah tanpa komando dari Yifan yang tangannya sibuk bermain dengan payudaranya. Mereka berdua membagi nafsu dan hasrat mereka yang terbakar di ruangan itu dengan peluh dan kenikmatan yang tak bisa mereka jelaskan.

Itu tentu bukan yang pertama mereka lakukan. Mereka berdua sudah terbiasa degan sex bahkan sejak 2 tahun yang lalu. Yifan dan Zitao memang tidak memiliki hubungan apapun, keduanya pun tak pernah saling mengutarakan kata cinta. Yifan dan Zitao hanya memiliki hubungan di atas ranjang, diatas sofa, diatas kursi ataupun di dalam toilet. Mereka berdua hanya menjalani hubungan friends with benefit, dimana keduanya hanya butuh dipuaskan dan ingin memuaskan. Sex adalah hal yang membuat Yifan dan Zitao terikat.

.

.

.

Luhan keluar dari gedung apartemen Yifan tepat jam 9 malam. Gadis itu menanti sebuah bus di halte yang letaknya tak jauh dari lingkungan apartemen itu. Tubuh mungilnya cukup lelah, Luhan memang selalu membersihkan apartemen kekasihnya setiap kali dia datang berkunjung. Mulai dari merapikan barang – barang hingga menyelesaikan semua cucian dan mengganti seprai di kamar Yifan. Semua Luhan lakukan dengan tulus dan penuh cinta. Luhan mencintai Yifan. Dokter tampan itu adalah cinta pertama Luhan. Luhan mengenal Yifan ketika usianya 15 tahun, mereka berdua bertemu di sebuah acara pemakaman, pemakaman ibu Yifan. Entah mengapa Luhan malah jatuh cinta pada sosok lelaki tampan yang menangis di samping liang lahat ibunya itu. Mungkin karena ketulusan Yifan, Yifan nampak begitu menyayangi sang ibu yang terlebih dahulu sudah meninggalkannya ke surga. Itulah juga alasan kenapa Luhan begitu tulus memperhatikan Yifan. Yifan sudah tak lagi punya ibu, Luhan tentu tak mau pria yang di sayanginya itu jadi tidak terawat.

Bus berhenti di halte selanjutnya. Luhan tidak bergeming, namun matanya menyipit ketika sosok Sehun masuk bersama seorang gadis yang dia seret di tangannya. Luhan mencondongkan sedikit tubuhnya dan mengerutkan keningnya untuk memastikan siapa remaja jangkung yang mengenakan hoodie navy blue bersama seorang gadis cantik bermata sipit di yang tadi dia seret ke dalam bus.

Mata Luhan membulat ketika remaja itu benar – benar Oh Sehun. Anak menyebalkan yang pagi tadi dia temui. Bibir Luhan berdecih ketika Sehun meminta gadis itu duduk di satu – satunya kursi yang tersisa sementara dia berdiri sambil mengomel pada gadis itu.

'dasar anak ingusan… belum jadi apa – apa sudah berpacaran! Apa mereka tidak kenal waktu? Jam berapa ini?'

Luhan membatin sambil terus memperhatikan Sehun yang kini bahkan melepaskan hoodienya dan diberikan pada gadis itu.

'cih… mau jadi sok pahlawan dia. Dia pikir itu keren?'

Ucap Luhan lagi dalam kepalanya. Tak berapa lama bus kembali berhenti dan Sehun kembali menarik tangan gadis di sampingnya itu. Dan di kursi belakang Luhan masih memperhatikan Sehun yang menyeret gadis itu. Nampak jika gadis yang di seret Sehun itu terpaksa mengikuti Sehun entah kemana. Bus kembali bergerak namun Luhan malah berdiri dan berkata,

"Ahjusi! Aku juga turun disini"

Luhan turun dari bus dengan sedikit tergesa lalu berlari mengikuti langkah Sehun dan gadis yang diseretnya. Luhan memang punya tingkat penasaran luar biasa, dalam hal ini Luhan penasaran pada remaja menyebalkan yang dia temui tadi pagi untuk apa anak itu keluar malam – malam begini dan menyeret seorang gadis. Luhan sudah memikirkan berbagaimacam hal yang buruk, bagaimana jika Sehun melakukan hal yang tidak – tidak pada gadis mungil itu? Luhan akui, untuk ukuran anak remaja Sehun memang tampan. Tapi jaman sekarang ada banyak remaja tampan yang menghandalkan wajahnya untuk membodohi gadis polos dan mengambil keuntungan dari gadis polos itu.

Luhan semakin kesal dengan kakinya yang pendek, dia harus sedikit berlari untuk mengikuti langkah panjang Sehun menuju sebuah kompleks apartemen cukup mewah di tengah kota. Langkah Luhan terhenti ketika gadis yang Sehun seret itu tidak mau mengikuti langkah Sehun lebih jauh lagi. Dengan jelas Luhan melihat bagaimana Sehun membuka tutup kepala hoodie yang di kenakan gadis itu dan sedikit menunduk agar Sehun bisa sejajar dengan gadis di hadapannya.

Entah apa yang Sehun bicarakan bersama gadis itu, namun sepertinya Sehun membujuknya untuk melakukan sesuatu. Luhan masih terus mengerutkan keningnya, dia sendiri tidak mengerti kenapa dia bisa jadi sepenasaran itu pada Sehun. Mungkin karena anak itu menyebalkan.

"cih… anak itu sok keren sekali" gerutu Luhan ketika Sehun mengusak rambut sang gadis.

Gadis itu nampak menuruti kata – kata Sehun setelah berdebat cukup panjang. Perlahan kakinya melangkah untuk masuk ke dalam pintu apartment namun Sehun hanya mengawasi gadis itu dari loby sampai dia benar – benar yakin jika gadis itu telah masuk ke dalam elevator.

Sehun membalikkan tubuhnya secara tiba – tiba dan itu membuat Luhan menegang di tempatnya. Bagaimana tidak, meskipun jarak 50 meter cukup jauh, tapi Sehun bisa dengan jelas melihat Luhan berdiri mematung dan memandangnya. Pipinya bersemu merah dan kakinya tak bisa berkutik, seakan aka nada akar yang muncul dari dalam tanang dan mengikat kaki mungilnya hingga tak bisa bergerak. Sekujur tubuh Luhan mendadak beku, padahal ini juga belum memasuki musim dengan udara dingin. Sial. Bagaimana bisa tatapan Sehun membuatnya segugup itu. Bukankah Sehun 4 tahun lebih muda dari Luhan? Bagaimana bisa seorang anak remaja membuat Luhan yang sudah dewasa merasa terintimidasi?

Ah… tentu saja, Sehun bisa melakukan itu. Sehun dan mata sipitnya yang tajam itu benar – benar bisa membuat siapa saja mendadak beku di tempatnya. Seperti ada sihir yang mampu melumpuhkan siapa saja yang berani mengusik Sehun.

Sehun memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana pendek yang dia kenakan, berjalan santai dengan tatapan mata seenaknya merendahkan Luhan yang kini terlihat begitu gugup. Sebenarnya sejak Sehun masuk ke dalam bus tadi, Sehun sudah tau bahwa Luhan juga ada di bus yang sama. Sehun sengaja menganggap Luhan tidak ada karena itu memang bukanlah hal yang penting baginya. Ada atau tidak Luhan di dalam bus yang tadi, tujuan Sehun adalah untuk mengantar seseorang pulang ke rumahnya. Sehun pun tau ketika bus berhenti dan dia turun bersama gadis yang diseretnya, Luhan juga ikut turun dan menguntitnya sepanjang perjalanan hingga tiba di apartemen itu.

Sehun berjalan semakin mendekat kepada Luhan. Dengan napas tersengal dan keringat yang sudah mulai membasahi keningnya, Luhan berusaha keras untuk menggerakkan kakinya dan bergeser sedikit demi sedikit kearah trotoar. Sehun sudah berada di jarak 5 meter dari Luhan dan tatapan dingin itu benar – benar mengganggu. Luhan masih tetap mengambil langkah mundur sementara Sehun masih terus maju dengan langkah panjangnya. Satu kaki Luhan turun dari trotar ke aspal jalanan diikuti dengan kaki satunya lagi yang masih berjalan mundur. Nampaknya Luhan tidak sadar jika saat ini dia sudah tak lagi berada di zona aman pejalan kaki.

"AWAS!"

Mata Sehun terbelalak ketika dia melihat sebuah motor sport melaju kencang dari arah lain dan berbelok menuju tempat Luhan berdiri saat ini. Dengan gerakan cepat Sehun berlari untuk menarik tubuh Luhan ke dalam pelukannya hingga kedua tubuh mereka tersungkur diatas trotoar. Luhan menindih tubuh Sehun sementara Sehun memeluk tubuh gadis yang berstatus sebagai guru les privatenya itu.

"YAK! KALIAN SUDAH BOSAN HIDUP YA? KALAU MAU MATI JANGAN AJAK ORANG LAIN!"

Pengendara motor sport itu nampak gusar dan masih sempat berhenti untuk memaki Sehun dan Luhan yang sudah hampir gila ketakutan.

"aaakh…" Sehun merasakan nyeri pada siku kirinya dan lenguhan kesakitan itu membuat Luhan sadar jika dia masih hidup dan selamat.

Luhan segera bangkit dari atas tubuh Sehun dan duduk untuk di sebelah Sehun, "Apa kau baik – baik saja? Sehun-ah…" Luhan menepuk lengan Sehun yang masih berbaring dengan wajah memerah karena menahan rasa sakit.

"aaakh… jangan menepuk tanganku… aaw…" Sehun melirih dan tangan kanannya mulai memijat lengan kirinya sendiri yang terasa kebas

"Ah… kau berdarah… Sehun-ah… sikumu berdarah!" Luhan memekik ketika melihat darah melumuri siku Sehun. Kulit Sehun yang putih pucat membuat darah yang keluar dari luka di sikunya itu terlihat menyeramkan. Sehun hanya memejamkan matanya untuk menahan sakit kemudian bangkit dari posisi terlentangnya menjadi duduk.

"Ayo biar aku obati lukamu… ng… kita kesana saja! Apa kau bisa berdiri?" gadis itu nampak panik dan mencoba untuk membantu Sehun bangun dari duduknya.

"Akh!"

Bukannya membantu, Luhan malah kembali jatuh ketika dia merasakan nyeri di pergelangan kaki kanannya. Kaki Luhan terkilir, gadis itu bahkan harus mengigit bibir bawahnya dan memejamkan mata agar dia tidak berteriak karena kakinya benar – benar sakit kali ini.

DEG

Kini gantian tubuh Sehun yang mematung di tempatnya duduk. Bagaimana bisa seorang gadis yang sedang menahan sakitnya terlihat begitu menggemaskan. Kening Luhan yang berkeringat, matanya yang terpejam dan bibir bawah yang gadis itu gigit membuat fantasi Sehun menyebar kemana – mana. Waktu seakan diperlambat ketika jiwanya terpesona pada sosok Luhan di hadapannya.

'tidak… tidak boleh seperti ini… ah apa yang kau hayalkan Oh Sehun'

Sehun menggelengkan kepalanya untuk menepis lamunan kurang ajar yang baru saja tercipta di kepalanya. Terlebih karena ini bukanlah situasi dimana Sehun pantas untuk berpikir yang tidak – tidak. Mereka baru saja terkena musibah, astaga.

Sehun bangkit dari duduknya terlebih dahulu kemudian membantu Luhan dengan memapah tubuh mungil gadis berambut coklat kemerahan itu ke tempat yang lebih aman. Sehun dan Luhan kini duduk di undakan anak tangga di depan sebuah gedung apartemen yang cukup mewah. Sehun tidak bisa memungkiri bahwa luka di sikunya terasa begitu perih dan menyengat.

Disisi lain Luhan yang berusaha keras melupakan nyeri di pergelangan kakinya nampak mengeluarkan sebuah kotak berisi obat – obatan dari dalam tasnya. Luhan memang selalu membawa kotak obat kemanapun dia pergi untuk mengantisipasi hal seperti ini terjadi.

"Boleh aku pinjam tanganmu yang terluka?" pinta Luhan lembut dengan satu tangannya terulur pada Sehun.

Perlahan Sehun menyerahkan tangan kirinya yang terasa kebas dan perih pada Luhan. Dengan senyum lembut Luhan menempelkan kapas yang sudah dibasahi oleh larutan NaCl yang bisa membersihkan luka tanpa rasa sakit seperti alkohol. Dengan cekatan dan trampil Luhan mulai membersihkan kotoran yang dan darah yang menempel pada luka Sehun. Luhan kembali mengigit bibir bawahnya ketika melihat robekan di kulit Sehun terlihat cukup panjang, namun untung saja itu tidak dalam. Gadis itu mengigit bibirnya karena membayangkan seberapa perihnya siku anak itu saat ini. Dan semua itu karena kecerobohannya.

"Ini rasanya akan sedikit perih tapi obat ini akan membuat lukamu cepat kering" ujar Luhan pada Sehun namun kedua matanya masih tertuju pada siku sehun yang kini sudah tak lagi mengeluarkan darahnya.

Sehun tak bergeming, matanya sibuk terfokus pada Luhan yang kini mengobati lukanya. Ada rasa aneh dalam dadanya ketika Sehun memperhatikan Luhan. Kesan pertama Sehun tentang Luhan yang sombong tapi tidak kompeten itu perlahan memudar, ada perasaan – perasaan baru yang muncul di hati Sehun dan diterjemahkan oleh otaknya sebagai perasaan kagum yang entah bagaimana bisa membuat dada Sehun berdetak tidak karuan. Perhatian yang Luhan berikan, sentuhan lembut tangan Luhan yang tengah mengobatinya, wajah panik Luhan yang masih terlihat manis dan cara Luhan memperlakukannya saat ini benar – benar berbanding terbalik dengan Luhan yang dia temui tadi pagi.

Dan disitulah Sehun sadar, ada rasa penasaran yang tumbuh dalam hatinya akan sosok Luhan.

Rasa penasaran adalah rasa yang mengerikan. Karena rasa penasaran akan membuatmu mulai mencari. Dan sebagaimana pepatah mengatakan bahwa apa yang membuatmu mencari adalah apa yang hatimu inginkan. Dan kali ini, ada perasaan dalam hati Sehun yang tak mampu otaknya translate untuk dimengerti. Sehun mulai ingin mencari tau tentang sosok gadis di hadapannya.

"Nah… sudah selesai, ini akan sembuh dalam waktu 2 atau 3 hari. Untuk sementara biarkan lukanya ditutup dulu, besok pagi kau boleh membukanya namun harus tetap rajin dibersihkan agar tidak infeksi,"

Luhan merapikan kotak obatnya sambil menasehati Sehun yang menatapnya dengan tatapan kosong. Pergerakan tangan Luhan melambat ketika Sehun menatap dirinya semakin dalam, dan yang menakutkan buat Luhan adalah mata Sehun. Mata itu seperti punya sihir yang bisa saja membuat Luhan hilang dari akal sehatnya.

"Sehun-ah… apa kau baik – baik saja?"

Luhan melayangkan satu tangannya dihadapan Sehun dan sesaat kemudian mata Sehun mengedip, anak itu seakan baru pulang dari hayalannya tentang sesuatu yang entah apa Luhan tidak tau.

"Apa rasanya sakit sekali?" tanya Luhan lagi, gadis itu terlihat cukup khawatir.

"Tidak… sudah tidak sakit lagi, terima kasih" jawab Sehun cepat

"Ani, harusnya aku yang berterima kasih karena kau sudah menyelamatkanku. Dan maaf karena sudah membuatmu terluka"

"It's okay, ini hanya siku."

"Hmmm… ini sudah malam, apa kau tidak pulang?"

"Aku akan pulang sekarang."

"Baiklah, hati – hati Sehun-ah…"

Luhan baru saja ingin bangkit dari duduknya namun pergelangan kakinya kembali terasa nyeri dan itu membuat Luhan harus kembali meringis mengusap pergelangan kakinya yang sakit.

"Apa… kau baik – baik saja?" kini giliran Sehun yang terlihat cemas melihat Luhan yang menahan sakit. Tapi Luhan tersenyum dengan penuh ketegaran dan berulang kali berkata bahwa dia baik – baik saja.

Sehun hanya berdiri melihat Luhan yang bersusah payah berusaha berdiri dan mendapatkan keseimbangannya. Dengan satu senyum yang dipaksakan Luhan pamit untuk meninggalkan Sehun terlebih dahulu. Sehun sendiri masih diam tak bergeming pada posisinya saat ini, mata sipitnya terus memperhatikan bagaimana Luhan berjalan pincang dengan satu kakinya yang tak lagi sehat.

'sepuluh… sembilan… delapan…tujuh'

Sehun menghitung dalam hatinya, dia masih mencoba untuk tidak peduli pada apa yang dia lihat di depan matanya. Namun apa yang kepala Sehun inginkan berbanding terbalik dengan hati dan respon tubuhnya, karena saat ini Sehun masih terus menghitung sambil menatap langkah pincang Luhan

'enam… lima… empat'

Luhan sudah berhasil berjalan sejauh 20 meter di hitungan keempat sehun. Sehun menghitung dengan sangat lambat. Berharap bahwa hatinya bisa sedikit tega untuk tidak mengacuhkan Luhan.

'tiga… dua… satu…. Kau sudah gila, Oh Sehun!"

Sehun berjalan dengan langkah panjang menyusul Luhan di depannya. Satu tangan Sehun ulurkan untuk menghentikan langkah pincang penuh rasa sakit itu, ketika Luhan berhenti dan menatapnya, Sehun segera berjongkok di hadapan Luhan dan berkata,

"Naiklah…"

"Ng? Sehun-ah…"

"Cepat naik, akan aku antar kau pulang"

"Ta… tapi ini sudah malam, kau sebaiknya segera pulang dan beristirahat. Besok kau masuk sekolah!"

"Cepat naik!"

"Rumahku sangat jauh dari sini, jika kau mengantarku pulang kau bisa tiba di rumah tengah malam"

Sehun tidak mendebat Luhan dengan lidahnya, anak itu hanya membalikkan badan lalu menatap Luhan lekat – lekat dengan pandangan memaksa dan tak mau dibantahnya. Tatapan itu berhasil membuat Luhan agak sedikit takut pada Sehun, mata Sehun benar – benar punya sihir.

"Jika kau berjalan dengan pincang seperti ini juga, kau akan sampai di rumah saat tengah malam. Naik sekarang!"

Luhan mengerjapkan kedua mata rusanya dan memandang Sehun dengan tatapan imut. Tatapan mata itu adalah akar masalah dari tak beresnya degupan jantung Sehun saat ini. Sehun yang sudah di tolak berulang kali kemudian berdiri, anak itu kembali menatap Luhan dan

SRET

Dengan cepat Sehun menyaup tubuh mungil Luhan dan menggendongnya dengan kedua tangan. Luhan refleks mengalungkan kedua lengan rantingnya ke leher Sehun, kedua matanya terbelalak ketika mendapati tubuhnya kini ada dalam kungkungan Sehun.

"Ya… apa – apaan kau ini? Cepat turunkan aku!"

Sehun tak mengacuhkan Luhan yang meronta sambil memukul pelan bahunya, Sehun terus berkjalan menuju ke halte bus yang jaraknya sekitar 200 meter dari tempat mereka saat ini.

"Akh!"

Sehun meringis ketika Luhan memukul lengan kirinya, jujur saja, Lengan kiri Sehun masih terasa kebas akibat jatuh tadi.

"Ah mian… apa aku menyakitimu? Maaf… aku tidak sengaja" Luhan yang tadi memukul lengan Sehun kini malah mengelus lembut lengan dengan otot samar itu. Namun Sehun kembali memilih diam dan tak bergeming, kakinya terus berjalan menuju halte bus tanpa sepatah kata apapun. Luhan yang agak ketakutan dan merasa bersalah pada Sehun kini sudah tak lagi meronta minta di turunkan, dia hanya diam dan berusaha untuk meringankan badannya agar tidak semakin banyak menyusahkan pria yang lebih muda 4 tahun darinya itu.

Sesampainya di halte bus, Sehun mendudukkan Luhan di bangku tunggu lalu berjalan ke pinggir trotoar dan satu taxi berhenti di hadapan mereka. Tanpa banyak bicara Sehun kembali menyaup Luhan dan mendudukkan gadis itu di jok belakang sebelah kiri dan setelah Luhan duduk dengan nyaman, Sehun juga masuk ke dalam taxi dan duduk di sebelah kanan.

"Katakan alamatnya" ujar Sehun dengan tatapan mata datar.

"Ah… Seouljin Apartment Gedung E"

Taxi mulai berjalan, nampaknya apartemen tempat Luhan tinggal tidak begitu jauh dari blok apartemen yang Sehun kunjungi barusan. Ditengah perjalanan Sehun dan Luhan hanya diam tanpa berkomunikasi namun sesekali Luhan membuka lalu mengatupkan bibirnya sambil menggelengkan kepalanya. Gadis itu bingung apa yang harus dia katakan pada Sehun untuk menghapus atmosphere janggal di dalam taksi itu.

"jika kau punya pertanyaan, tanyakan saja padaku" ucah Sehun membuka percakapan. Pasalnya Luhan sudah berulang kali ingin mengatakan sesuatu namun diurungkannya lagi.

Namun setelah mendapatkan ijin dari Sehun, gadis itu langsung saja bertanya, "Apa yang kau lakukan di apartemen itu?"

"Aku mengantar sahabatku pulang. Dia hampir saja kabur dan menginap di sauna!"

"Kenapa anak itu bisa kabur dan menginap di sauna?"

"Dia tidak suka tinggal di rumahnya,"

"Wae?"

"Appanya baru saja menikah lagi setelah bercerai dari ibunya, dia tidak suka punya ibu tiri!"

"Aaaah…"

Hening menyela percakapan mereka selama beberapa saat, namun Luhan yang lagi – lagi penasaran pada sosok Sehun itu kembali bertanya,

"Apa kau memang selalu menjawab setiap pertanyaan dengan singkat dan datar seperti itu?"

Setelah mendengar pertanyaan Luhan, Sehun langsung mengalihkan pandangannya dari jendela ke wajah penasaran Luhan. Luhan yang ditatap tajam lagi oleh Sehun hanya bisa menelan ludahnya untuk menahan kegugupan sambil menggerutu dalam hati.

'oh ya Tuhan memangnya siapa anak ini, kenapa dia bisa seenaknya saja membuatku gugup seperti ini… aish…'

"Apa jawabanku tadi kurang jelas?"

"Ani… hanya saja, caramu bicara terdengar sangat ketus dan tidak bersahabat,"

"Benarkah?"

Luhan mengangguk

"So deal with it! Aku memang orang yang seperti itu."

Luhan sukses dibuat menganga akan jawaban seenaknya dari Sehun itu. Lagi – lagi Luhan harus menelan kekesalan akibat jawaban ketus seorang Oh Sehun. Bagaimana bisa seseorang jadi begitu dingin, ketus dan datar seperti itu.

Taxi berhenti tepat di depan lobby apartment tempat Luhan tinggal. Luhan baru saja akan membayar taxinya namun Sehun mencegah tangan Luhan dan berkata, "Ahjusi, tunggu disini sebentar… aku tidak akan lama"

Sehun turun dari taxi itu terlebih dahulu lalu membukakan pintu taxi untuk Luhan dan membantu gadis itu untuk keluar dari taxi dan berdiri. Setelah Luhan bisa berdiri dengan baik, Sehun kembali berjongkok di hadapannya.

"Ayo naik!"

Luhan baru saja akan menolak namun pikirannya teringat kembali dengan bagaimana cara Sehun menyaupnya paksa ke dalam kungkungannya tadi. Luhan memilih jalan aman, gadis itu menuruti apa yang Sehun inginkan. Sehun menggendong Luhan di punggungnya dan berjalan memasuki sebuah gedung apartemen yang beberapa lampunya sudah mulai padam, tentu saja, ini sudah pukul setengah sebelas malam.

Luhan menekan tombol 9, lantai dimana flatnya berada dan begitu pintu elevator tebuka Luhan pun meminta untuk segera di turunkan.

"Turunkan aku, Sehun-ah… jaebal"

Sehun menghentikan langkahnya namun tak sama sekali bergerak untuk menurunkan Luhan. Sehun hanya memalingkan sedikit wajahya kemudian berkata,

"aku akan mengantarmu sampai pintu rumahmu terbuka"

"Ja… jangan… Papaku sangat galak"

"Maka dari itu aku harus bertemu dengan papamu"

"Ya! Untuk apa?!"

Sehun menarik napasnya dalam kemudian berkata, "Untuk menjelaskan kepadanya apa yang terjadi padamu!"

"Ani… aku bisa menjelaskannya sendiri, aku tidak perlu bantuanmu"

"Tetap saja, aku harus bertanggung jawab atas itu!"

"Wae?"

"Kau terluka karena kau mengikutiku mengantar temanku pulang, seandainya saja kau tidak menguntitku ke apartemen temanku itu kau pasti sudah ada di rumah sejak tadi dan tidak mendapatkan kaki yang terkilir seperti ini!"

Luhan tercekat, ternyata Sehun tau jika tadi dia menguntitnya. Luhan menghela napas kesal pada dirinya sendiri karena terlalu bodoh dan ceroboh.

"Ya… apa kau akan bilang bahwa aku menguntitmu?"

"Tergantung kebutuhan, ya… yang mana flatmu?"

"Yang nomor 2"

Sehun berjalan ke pintu bernomor 902. Di lantai itu hanya ada 4 flat, dua berjajar dan dua lagi saling berhadapan. Luhan mengulurkan tangan kanannya untuk memencet bel flat sementara tangan kirinya mencengkram erat kerah kemeja Sehun untuk melampiaskan kegugupannya.

Tak lama setelah bel di tekan, pintu flat terbuka dan menampilkan sesosok bocah imut berusia 14 dengan piama tidurnya berdiri di ambang pintu.

"Chenle… Apa papa sudah tidur?"

Luhan seperti mendapat harapan baru ketika melihat bocah itu yang membukakan pintu, bukan ayahnya.

"Papa? Masih di ruang tengah…. PAAA… PAPAAAAA LUHAN JIEJIE SUDAH PULANG DAN DIGENDONG SEORANG LAKI – LAKI ASING!"

"Yak! Chenle! Chenle! Lu Chenle!"

Bocah itu berlari menuju kearah ruang tengah rumahnya sambil berteriak memanggil sang ayah beserta sebuah pengumuman jika kakak perempuannya pulang larut dengan digendong oleh lelaki asing.

Tuan Lu datang dengan wajah ditekuk dan kening berkerut. Tak habis pikir kenapa puterinya pulang bersama lelaki asing dan di gendong pula.

"Annyeonghaseyo. Saya Oh Sehun, saya adalah putera dari Professor Oh, dosen Luhan seonsaeng di kampusnya, kebetulan mulai hari ini saya menjadi siswa les private Luhan seonsaeng, puteri anda. Saya mengantar Luhan seonsang pulang karena kakinya terkilir saat akan perjalanan pulang. Mohon maaf untuk ketidak nyamanannya"

Sehun bertutur kata begitu sopan dengan nada lembut dan senyum manis menjanjikan di wajahnya. Luhan bahkan sampai terbelalak karena dikejutkan oleh sikap ramah Sehun yang datangnya entah dari mana itu. Ayah Luhan pun yang tadinya bersiap untuk marah atau mungkin menjewer telinga Luhan langsung tersenyum ramah pada anak itu dan mempersilahkan Sehun masuk hingga membawa Luhan ke kamarnya.

Oh Sehun, adalah lelaki asing pertama yang bisa masuk ke dalam kamar Luhan. Bahkan Wu Yifan yang sudah bertahun – tahun menyandang status sebagai kekasih Luhan pun belum pernah masuk hingga ke kamar Luhan.

"Ya! Sebenarnya kau ini orang yang seperti apa sih? Tadi pagi kau begitu sombong dan galak, lalu kau juga jadi singkat dan dingin dan barusan… kau jadi begitu ramah pada papaku!"

Luhan mengomel dengan nada rendah ketika Sehun kembali menegakkan tubuhnya setelah Luhan sudah terduduk di atas tempat tidur single di kamar yang tak begitu luas naun tak juga terlalu sempit itu.

"Saat ini, lebih baik kau jangan menebakku. Aku adalah orang yang tak mudah ditebak. Tapi jika kau tetap ingin menebakku, maka bersiaplah…kau akan mendapatkan banyak kejutan"

Sehun menutup bisikan lembut dengan wajah misterius dilengkapi dengan tatapan mata penuh daya magis yang begitu saja bisa menyihir Luhan keluar dari akal sehatnya. Luhan tidak mengerti, bagaimana bisa seorang Oh Sehun selalu membuatnya penasaran dan selalu ingin membuatnya menbak segala hal tentang anak itu.

Tak berapa lama, tatapan mata Luhan dan Sehun terputus karena tuan Lu masuk ke kamar Luhan bersama Chenle yang mengekkor di belakang.

"Apa kakinya terkilir cukup parah?" tanya tuan Lu agak khawatir semenatara Chenle, si bocah itu turut mengintip apa yang terjadi pada sang kakak di belakang ayahnya.

"Maaf saya tidak sempat memastikannya," Sehun sedikit membungkuk dan jawaban Sehun ditanggapi anggukan oleh sang ayah.

"Chenle, bangunkan mamamu untuk menyiapkan minyak papa akan memijat jie jie mu ini" Tuan Lu memerintahkan si bungsu yang dengan segera dituruti tanpa ada bantahan

"Terima kasih karena telah mengantar puteri kami pulang, sampaikan maaf juga dariku untuk Professor Oh karena Luhan sudah merepotkan. Luhan ini memang anak yang ceroboh."

"Ah… tidak masalah, kalau begitu… saya permisi dulu Tuan, ini sudah larut dan saya harus segera kembali pulang"

Tuan Lu dan Sehun keluar dari kamar Luhan, menyisakan Luhan dengan keningnya yang berkerut. Tak pernah sebelumnya dia merasa penasaran pada seseorang. Tak satupun orang bisa membuatnya penasaran seperti segala sikap Sehun yang cepat berubah dan tak mudah di tebak.

"Saat ini, lebih baik kau jangan menebakku. Aku adalah orang yang tak mudah ditebak. Tapi jika kau tetap ingin menebakku, maka bersiaplah…kau akan mendapatkan banyak kejutan"

Kata – kata Sehun kembali terngiang di telinga Luhan. Sehun melarang Luhan untuk menebaknya, namun larangan itu justru membuat Luhan semakin ingin tau tentang sosok Sehun dibalik mata berkekuatan sihir yang selalu mampu membuatnya menuruti apa mau anak itu. Luhan juga mulai penasaran. Luhan ingin sekali mencari jawaban akan satu pertanyaan, orang yang seperti apa Oh Sehun itu?

Dan sebagaimana pepatah mengatakan bahwa apa yang membuatmu mencari adalah apa yang hatimu inginkan. Mencari jawaban dari pertanyaan itu, apakah lebih sulit ataukah lebih mudah dari mencari jawaban pada soal – soal fisika yang ia kuasai diluar kepala itu? Menuntaskan rasa penasarannya pada Sehun, akankah semudah memecahkan sebuah teori fisika? Adakah teori yang akan membuat Luhan mengerti akan sifat absurd Sehun yang membuatnya setengah mati penasaran?

Tanpa Luhan sadari, Luhan telah membuka pintu dalam hidupnya untuk mencari sebuah teori, teori tentang segalanya yang bisa menjelaskan semua rasa ingin taunya tentang Sehun. Seorang Oh Sehun yang absurd.

.

.

.

The Theory of Everything – HunHan Version

.

.

.

.

.

.

.

Author Corner.

Annyeonghaseyo! YO! YO! YO!

Pertama – tama Aruna mau mengucapkan Merry Chirstmast buat readerdeul yang merayakannya. Dan kedua – dua, Aruna mau minta maaf kalo lagi – lagi aruna akan membawa FF baru ke dunia FanFiction yang fana ini. Ah, masalah FF Aruna yang sisa dan nanggung itu, aruna akan mengklarifikasinya. Aruna akan menamatkan beberapa FF saja, dan beberapa FF lagi terpaksa Aruna cabut dari publikasi dan akan aruna re publish lagi di lain waktu. Karena Aruna ngerasa beberapa FF ada yang benar – benar perlu perbaikan. Entah kenapa, Aruna merasa beberapa FF itu ada yang sudah tidak lagi sesuai dengan karakter Aruna sekarang. Aruna tau, tulisan Aruna sama sekali jauh dari kata bagus. Maaf banget ya readerdeul… nah, beberapa FF yang akan Aruna tamankan segera adalah: Ex-husband Next Door (END), How I Met Your Mother – HunHan Version (HIMYM), A Letter to Remember dan The Heirs EXO version (karena banyak yang minta). Selain keempat FF itu, Aruna akan cabut publikasinya.

Oh ya,… Aruna gak pernah aktif di Wattpad ya guys! Jadi kalo ada orang yang mempublikasi FF Aruna di Wattpad, itu sama sekali bukan Aruna dan Aruna tidak merasa mengijinkan siapapun untuk merepostnya kembali. Karena kemarin ada yang kasi tau kalo FF Aruna yang We Got Married KaiSoo version itu ada yang re-upload ke Wattpad. Ah… siapapun kamu, kok kamu seenaknya aja sih mencuri karya orang?!

Okay… itu tadi klarifikasi Aruna. So… sekarang kita bahas tentang The Theory Of Everything – HunHan version ini. Sama seperti The Heirs dan How I Met Your Mother, Aruna menggunakan judul dari film atau drama yang aruna suka untuk aruna buatkan satu cerita baru yang sudah pasti jalan ceritanya berbeda banget dengan yang asli. Ini adalah cerita cinta segitiga antara Sehun, Luhan dan Yifan. Luhan itu adalah perempuan yang percaya kalo semua hal dalam hidup ini ada teorinya dan semua teori yang ada itu punya penjelasan, gak ada satupun hal yang gak bisa dijelaskan. Kepercayaan itu Luhan pegang teguh sampai akhirnya dia ketemu sama Sehun yang sikapnya absurd banget. Segala hal tentang Sehun itu seperti gak bisa dijelaskan dengan teori apapun dan akhirnya membuat Luhan makin penasaran dan mencari tau tentang Sehun, gak peduli kalo dia harus belajar semua teori kehidupan bahkan teori tentang segalanya untuk mencari jawaban dan penjelasan dari segala perasaannya ke Sehun. Sementara Sehun, Sehun adalah anak yang punya sikap absurd dan gak mudah ditebak. Sehun menyukai Luhan karena Luhan selalu berkahir mengikuti permainannya meskipun Luhan menolak untuk ikut pada awalnya. Sehun tau kalo Luhan sudah punya Yifan di sampingnya, tapi itu gak membuat Sehun mundur untuk memperjuangkan perasaan Sehun ke Luhan. Sehun adalah orang yang keras kepala dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, dan yang jadi masalah adalah cara absurd Sehun untuk mendapatkan hati Luhan. Sehun juga percaya pada satu teori kehidupan yang asalnya dari seorang ilmuan fisika bernama Stephen Hawking. Teori tentang waktu. Nah, apakah kaitan teori tentang waktu dan kepercayaan Luhan akan teori tentang segalanya dengan hubungan Sehun, Luhan dan Yifan? Apakah yang sudah waktu rahasiakan dalam teori tentang segalanya dalam kehidupan Sehun, Luhan dan Yifan?

Apakah cerita ini cocok untuk dilanjutin? Please kasi review, kritik dan sarannya di kolom review ya… terima kasih atas perhatian dan permakluman kalian ke aruna selama ini readerdeul. Gomawoyo…. Mianhaeyo… Auuu… ah Saranghaeyo!

Aruna Wu,
xiugarbaby