Second Life, With You
Disclaimer: Vocaloid © Yamaha, Fanfiction © I am XD
Rated: T
Genre: Romance & Spiritual
Summary: Rin membenci saudara kembarnya, Len. Ia sangat ingin mati dan pergi dari hadapan Len! Hingga suatu saat... keinginan itu terwujud. Ia mati ditabrak Truk. Namun.. 'seseorang' menghidupkannya kembali, karena iba pada Rin. Namun, ketika ia terjaga.. Len sama sekali tidak mengenalnya!
.
.
.
.
Len: Oii! bakAuthor!
Me: Apa, ShotaBoy?!
Rin: FF 1lagi kemanain?
Me: Masih lanjut kok! Update Every Day!
Len : Awas kalo lalai! 1 Lagi. JANGAN PANGGIL GUE SHOTA!
.
.
.
.
.
Normal POV
Gadis itu menghela nafas perlahan. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Ia kemudian melepaskan pita putih besar dari rambut honey blondenya perlahan. Kemudian mengambil karet oranye dan mengikat rambutnya berbentuk ponytails. Kini ia benar-benar mirip dengan saudara kembarnya, Len. Dia beranjak dari kasurnya dan berpindah menuju cermin rias.
"Aku benci kamu, Len! Kau selalu dapat tersenyum, hidup seperti tidak ada masalah, tidur dengan gadis-gadis sesukamu.. Kau.. pembohong! Kau bilang aku milikmu dan kau milikku, tapi... kenapa!" tangis Rin seraya menuding-nudingkan telunjuknya pada cermin, seolah Len- lah yang ada dihadapannya. Oke, cukup, dia lalu menggerai rambut honey blondenya itu. Tak lupa, menyeka air matanya.
.
.
.
"Aku pulang!" teriak seorang anak lelaki berumur 14 bernama Len.
"Kenapa kau pulang?" tanya Rin ketus.
"Hah? Ini kan rumahku"kata Len, heran.
"Kenapa.." Rin menekan perkataannya, "Kenapa kau tidak tidur di rumah pacarmu, hng.. Siapa itu.. ah..Meiko atau.. ada gadis baru untuk kau tiduri?" sindir Rin.
Len terdiam. Mata azurenya berkilat-kilat.
Plakk!
Pipi Rin ditampar. Perih. Namun tidak seperih hati Rin.
"Akh.. aku... " Len menyesali perbuatannya. Tapi sudah terlambat. Sangat terlambat.
"Baiklah, Aku mengerti. Kau pikir aku tidak tahu banyak sekali wanita yang kau tiduri?! Cukup. Tidak kau tidak ibu. Semua sama. Perlahan kalian pasti meninggalkanku. Aku benci kau Len!" teriak Rin. Ia berbalik dan segera meninggalkan Len sendiri.
Ya. Ibu mereka meninggal setahun yang lalu. Ayah mereka? Entahlah.
"Sial!" kata Len menghajar tembok yang asalnya putih berubah merah karena darah Len. Itu menandakan pukulannya begitu keras. Ia segera bangkit dan mengejar Rin.
Rin POV
Aku berlari terus menyusuri jalan, sekencang-kencangnya. Namun, saat kulirik, Len masih terus mengejarku. Mau apa dia? Minta maaf? Percuma saja.
"Tunggu Rin! Aku bisa jelaskan!" teriak Len yang samar-samar kudengar karena lariku sangat kencang.
"Diam! Aku tak butuh penjelasanmu! Pergi! Jangan ikuti aku! hiks.." kataku terisak, membuatku sulit bernafas.
Suaranya.. Kebaikannya.. Aroma pisang setiap pagi... Apa kau rela kehilangan semua itu?
Aku.. Ini salahku. Seharusnya aku tidak terlalu egois. Aku terlalu manja. Sebaiknya aku berbalik dan memeluknya. Apa dia mau memaafkanku? Aku...
Diinnnn!
Eh? Mataku membesar. Cairan kental membasahi kepalaku. Badanku kaku. Apa aku akan mati? Rasanya.. Ringan. Tidak, kumohon! Aku tidak mau!
"RIIIINNNNNNNNN!"
samar-samar kudengar Len. Menghampiriku. Dia memelukku. Senangnya.
"Rin.. Ketahuilah.. Aku—Aku.. Mereka semua hanya pelampiasan. Seseorang yang aku cinta hanyalah kau. Aku takut menghancurkanmu dengan tanganku sendiri, aku—aku tidak mau mencintai refleksiku sendiri!" kata Len terisak. Dia.. menangis?Aku tidak mengerti apa yang Len katakan. Tapi... matanya sangat sedih. Kumohon, biarkan aku bicara!
Ahh... Aku merasa semakin mengantuk. Ya... Ini waktunya..
"Le..en.. Da..i .suki.. Dayo.."
Aku tak dapat merasakan tubuhku... Dan hal yang terakhir kali kulihat.. Len menangis keras dan orang-orang mulai berkumpul.
"Daisuki dayo Rin. RIN?! RIIIIIIINNNNNNNNNNNNN!"
Somebody POV
Seseorang mendekati dua orang remaja yang serupa dan yang lelaki terlihat sangat sedih. Ia berjongkok dan terlihat sangat tenang. Lain dengan orang orang yang sibuk mencari pertolongan.
"Dasar. Cari perhatian dengan mati segala." kata lelaki itu.
Ia mengelus rambut honey blonde itu. Dan melihat lelaki berparas sama sedang terisak.
"Kau lihat? Bukankah dia sangat menyayangimu?" dengus lelaki asing itu, "Dan berterima kasihlah, aku akan memberimu kesempatan kedua. Dan aku akan pertemukan kalian, tapi sisanya berusalah. Nah sekarang, bangun, puteri tidur!"
Rin POV
"minee!"
"Sadarlah!"
Eh? Aku membuka mataku.. Ini.. Dimana?
"Aku.. Dimana..? Kau siapa?"
"Jangan bercanda Rin! Ini, aku Meiko sahabatmu, ingat?" kata cewek itu. Wanita jalang itu, sahabatku? Mati saja, kau!
"Aku.. kenapa?" aku benar-benar bingung sekarang.
"Kau pingsan saat aku mengabsen tadi. Apa perlu aku antar ke UKS? " kata seorang wanita. Berambut merah .. dia.. Kasane ..
"Biar saya saja sensei!" kata seorang lelaki. Dia.. Len!
Kami-sama, dimana aku? Surga?
Len memapahku dan berusaha membuatku jalan. Jadi... aku mati.. hanya mimpii?!
Syukurlah. Aku dan Len telah sampai ke dalam UKS. Ketika Len hendak pergi.. Aku menarik lengannya.
"Len.. Maafkan aku.." kataku tulus.
Len POV
"Len maafkan aku.." kata Megamine-san.
"U..ntuk apa? Megamine-san?" kataku.
Dia terlihat kaget—bukan, shock ketika aku memanggilnya seperti itu.
"Aku... Ano.. Ini surga atau neraka? Aku sudah mati kan?" katanya memasang wajah innounce-nya. Tadinya kupikir dia hanya bercanda, namun tatapan polosnya itu..
"Ini.. Dunia kok. Aku tidak mengerti Megamine-san." kataku lembut.
"Dengar SHOTA, aku KAGAMINE RIN! Hentikan semua kegilaan ini! Aku adalah kembaranmu, bodoh!" teriaknya sembari menarik kerah bajuku. Menyebalkan. Dasar Fans Fanatik!
"Hei, aku tidak mengerti! Yang aku tahu aku ini tunggal! Dan apa kau tahu, telah berurusan dengan siapa?" kataku membalas perkataannya. Baru kali ini aku menemukan fans seaneh ini.
"Yang aku tahu kau adalah PISANG BODOH YANG MANJA PADA IBU!" katanya
Deg..
"Ibu..?" aku bergumam pelan.
"Kagamine Lily, ibu kita.." katanya menatap lurus padaku. Tatapannya.. mirip ibu...
.
.
.
.
BRAKK!
"MANA RIN-KUUUUUUUUU?!" teriak seseorang pada kami. Ah.. kalau tidak salah.. dia orang yang sering mengantar Megamine-san.
"Kau.. Siapa?" kata Megamine-san.
"Rinnn... kau kenapa?~" kata Rinto sambil memeluk Megamine-san.
Bukk! Aku hampir tidak percaya dengan apa yang terjadi—tapi, Megamine-san membanting Rinto!
"Jangan sentuh aku! Dasar mesum!" marahnya.
Aku hanya cengo melihatnya.
"Rin, kau kejam sekali sihhh~ Aku ini kakakmu!" kata Rinto-senpai.
Megamine-san hanya diam seperi kebingungan.
"Senpai, sepertinya dia hilang ingatan... dia.. tak tahu dirinya siapa" kataku yang sedari tadi diam.
"Rin.. Sebaiknya kita pulang, ya?" kata Rinto-senpai pada Megamine-san. Tapi Megamine-san melirik ke arahku.
"Kau butuh istirahat, pergilah!" kataku. Dia menurut.
Aku hanya menghela nafas dan tiba-tiba bel berbunyi. Aku harus cepat pulang. Aku harus berlatih lagu baruku. Aku hanya kepikiran denga bagaimana Megamine-san tahu tentang ibuku. Dan, secara fisik kami sama persis. Apa mungkin dia... Arghhh! Sudahlah.. aku hanya berani mengambil kesimpulan bahwa...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dia Fans Fanatik Yang Gila
Chapter One, Fin
Rin: Aku gila?! Ancur Nih FF!
Len: Hyih, sudi banget reviewnya juga.
Author: Namanya juga awaaal. Rin gK gila kok.. dia hanya hidup lagi(?)
Len&Rin: Mohon RnR supaya cerita gaje ini beres! Atau delete dah!
Author: Hssh. Chapter one gaje, chapther 2 dijamin jelas! mohonRnR supaya aku semangat!
