Berdasarkan karakter yang diciptakan Eichiro Oda
Dari manga populer yang tercepat mencapai angka penjualan 100.000 eksemplar dinegeri asalnya
Devill D. Jack mempersembahkan
Roronoa Zoro dalam
NAMAKU RORONOA!
Udara cukup dingin bagi penduduk kota air Water Seven untuk keluar rumah dimalam hari. Selain angin malam, para begundal dari kota belakang juga membuat para penduduk lebih memilih berselimut hangat dekat perapian daripada mencari bahaya dijalanan kota yang lengang. Water Seven dimalam hari lebih mirip kota mati. Kontras dengan semua keramaian yang dimulai sejak terbit matahari. Dari tiap dok galangan kapal milik Galley-La Company hingga stasiun kereta api.
Tapi malam yang sepi itu dipecah oleh suara iringan mobil yang baru saja keluar dari halaman gedung Galley-La yang merangkap sebagai kantor walikota. Setelah agak jauh, sebuah tawa yang congkak keluar dari mulut seorang pria parlente dengan sebuah topeng penahan wajah di jok belakang mobil kedua.
"Gya..ha..ha..ha..! Iceburg bodoh itu pasti akan berpikir 2 kali untuk menolak tawaran dari pemerintah gya..ha..ha..," tawanya tak berhenti.
"Fu..fu..tuan ketua memang hebat! Iceburg yang terkenal angkuh pada semua yang berkaitan dengan pemerintah pun menuruti permintaan anda," ujar salah seorang pengawal pria itu yang bertampang penjilat.
"Gya..ha..ha..mungkin sebentar lagi aku akan menjadi seorang Noble dan tinggal ditanah suci Marie Joa! Gya..ha..ha..," tawa pria itu makin keras begitu dipuji oleh anak buahnya yang ikut-ikutan tertawa. Tertawa untuk yang terakhir kalinya.
D.D.J
Seorang pria muda berambut hijau dengan 3 buah anting ditelinga kirinya berdiri di sebuah jembatan besar di pinggiran kota air water seven. Dari balik mantel hitam panjang yang yang ia kenakan, terselip 3 buah katana dipinggang kanannya. Sorot matanya tajam lekat menatap ujung jembatan. Ada yang ia tunggu disana.
Angin dingin yang menyapu jembatan tak ia hiraukan. Karena butuh lebih dari dinginnya malam yang menusuk tulang untuk merobohkan tubuh kekar berotot miliknya. Hasil latihan keras yang ia lakukan. Latihan yang apabila dilihat oleh orang biasa, bisa dibilang gila. Tapi semua itu ia lakukan hanya untuk sebuah janji.
Senyum kecil terhias dibibirnya ketika yang ia tunggu telah tiba. Sebuah iringan mobil berwarna hitam telah muncul diujung jembatan. Tapi ketika melihat ada seseorang yang menghalangi jalan mereka, 3 buah mobil itu seketika berhenti.
"Hei, kenapa kita berhenti?" teriak seorang pria parlente tak sabar.
"Sepertinya ada yang menghalangi jalan kita, ketua?" lapor salah seorang anak buah pria itu yang satu mobil dengannya.
"Apa? Siapa yang berani menghalangi jalanku? Mau cari mati?" teriak pria itu lebih kencang. Marah.
Anak buahnya lalu berbicara sebentar dengan temannya di mobil depan lewat Den-Den Mushi.
"A..anu ketua, y..yang menghalangi kita ter..ternyata bukan orang sembarangan. Dia si Pemburu Iblis!" lapor anak buah pria itu gagap ketakutan sambil bergidik ngeri.
"A..a..pa? Kau tak bercandakan?" anak buahnya menggeleng dengan muka pucat.
"Hii...Aku tak mau mati disini. Aku ingin jadi seorang noble! Aku ingin tinggal di Marie Joa! Aku belum mau mati!" racau pria itu sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangan.
"Cepat kalian habisi dia! Selamatkan aku!" perintah pria itu histeris.
Anak buahnya pun menuruti perintahnya. Dari mobil depan, 4 orang mengeluarkan sebagian tubuhnya melalui jendela mobil. Dengan sebuah pistol digenggaman, mereka melepaskan tembakan kearah pria muda itu.
"Dor..!"
"Dor..!"
"Dor..!"
mereka menembak dengan membabi buta. Berharap sasaran mereka segera roboh. Tapi sepertinya pria muda itu tak gentar sedikitpun. Dia mencabut 2 buah katana miliknya. Lalu dengan kecepatan penuh, dia malah menyongsong hujan peluru yang mengarah ketubuhnya.
Deru angin dari sabetan 2 buah katana, membuat tak satupun peluru berhasil melukai tubuh kekar pria muda itu.
Melihat hal tersebut, pria-pria dimobil terdepan pun tak mau kalah, mobil mereka pun melaju dengan cepat kearah pria muda yang entah bagaimana caranya tak tersentuh oleh peluru yang mereka lepaskan.
Ketika hampir satu meter jarak diantara mereka, pria muda itu menyabetkan 2 buah katana ditangan.
"ONI GIRI!" teriaknya. Sabetan itu cukup membuat mobil sedan hitam itu terbelah dua yang masing-masing bagian terbang ketiap sisi jembatan. Lalu terjun bebas kesungai besar dibawahnya.
Dengan kecepatan yang sama, tanpa merasa terganggu dengan rintangan yang tadi, pria muda itu menuju mobil kedua. Tempat targetnya.
Tapi lagi-lagi, dia dihadang barisan pengawal dari mobil ketiga yang telah berjejer didepan mobil kedua. Kali ini bukan hanya pistol, tapi juga senjata semi otomatis yang diarahkan kepadanya. Hujan peluru pun kembali menyambutnya.
Walaupun begitu, peluru-peluru yang dilepaskan hanya ia anggap seperti angin lalu. Tatapan matanya tetap tajam, raut mukanya tak berubah dan para pengawal itu pun terbang menyusul rekan-rekan mereka karena terkena sabetan angin dari katana dikedua tangannya.
Kemudian ia ayunkan sekali lagi kearah mobil didepannya. Membuat atap mobil mewah itu juga menyusul mobil pertama. Disana, dijok belakang, pria parlente itu mengkeret ketakutan karena anak buahnya telah dilumpuhkan.
Pria muda itu kini berdiri diatas kap mobil. Pandangannya tajam kearah pria menyedihkan dihadapannya yang bahkan tak pantas untuk mati. Tapi tugas tetaplah tugas.
"A..aku akan membayarmu lebih tinggi jika kau tak membunuhku sekarang!" tawar pria parlente itu sambil terkencing-kencing. Berharap dia masih bisa menghirup udara lebih lama. Tapi sayang, hanya gelengan kepala dari pria berambut hijau yang ia dapat. Sekarang, ujung katana hanya berjarak beberapa inchi dari wajahnya. Membuat muka yang tertutup topeng itu makin pucat.
"JIKA KAU MEMBUNUHKU, SELURUH DUNIA AKAN MEMBURUMU!" entah bagaimana caranya pria itu
memperlihatkan keberanian yang sudah lama hilang dari hatinya. Kini dia berdiri menantang pria muda kekar berotot yang menjelma menjadi malaikat maut dimatanya.
Pria muda itu hanya menyunggingkan senyum dibibirnya.
"Salahkan nasib burukmu karena bertemu denganku, Roronoa Zoro!" katanya datar. Lalu ia ayunkan katana untuk menebas leher targetnya.
Yang terakhir terdengar di jembatan besar dipinggiran kota air yang indah itu, hanya teriakan tak jelas tentang noble, marie joa dan pemerintah. Sebelum diakhiri oleh jatuhnya sebuah kepala dengan penutup muka diwajah yang terlepas dari badan. Lalu suasana pun kembali sepi yang ditandai langkah pria muda bernama Roronoa Zoro yang pergi menjauh.
Esoknya, semua orang gempar membaca halaman muka tiap surat kabar. Disana tertulis besar-besar:
"KETUA AGEN RAHASIA PEMERINTAH, SPANDAM,
TEWAS DIBANTAI KAWANAN LAPPAN"
D.
D.
J.
A/N: Aku tahu fic ini masih terlalu 'kasar'(emangnya batu?). Belum bisa dibilang layak publish(tuh nyadar). Mau dikritik atau flame, aku terima.
In the end, would you review my story? ( angkat bahu sambil menggerakan alis naik turun)
