"Kami sangat lelah, Tuan Muda. Biarkan kami istirahat sebentar─"

"Diam dan lari saja di posisimu, Eren!"

"Kakiku terasa membunuhku, gyaaaa!"

"Pelayan muka kuda, aku akan menyuruh Levi membunuhmu jika kau berani menghentikan larimu!"

.

.

.

The Butlers © Cherry-Sakura05

SnK © Isayama Hajime

Tidak ada keuntungan material yang diambil dari fanfiksi ini.

.

.

.

Bang bang bang bang!

"Armin-samaaa! Sejak kapan kau belajar menggunakan senjata berbahaya seperti itu?!" seorang pemuda berambut cokelat dan mengenakan tuxedo hitam, lari tunggang-langgang menghindari sabetan peluru dari paruh tokalev sang majikan. Sementara rekan seperjuangan yang berada di sebelahnya sudah lupa bagaimana caranya mengeluh dan memilih nyawanya sendiri sebagai prioritas utama.

"Lari lebih cepat, pelayan-pelayan lemah sialan! Masih untung aku tidak memerintahkan Levi untuk menceburkan kalian ke danau Maria sesampainya di rumah nanti!" sang majikan yang masih berumur belasan, memegang tali kekang yang mengikat kedua pelayannya yang lugu dengan geram dan mencambuki mereka berdua tanpa belas kasihan.

"AMPUUUUUN, ARMIN-SAMA!"

Tanpa sadar, kedua pelayan itu sempat ngompol di celana.

.

"Ah, Armin-sama, selamat datang!" seorang tukang kebun berkepala plontos menghentikan kegiatannya sejenak, demi sekedar membungkuk hormat ke arah junjungannya yang tidak menoleh─bahkan tidak tahu bahwa ia berada di sana. Yah, sudah menjadi resiko keberadaannya di rumah besar keluarga Arlelt hanya sebagai pajangan saja.

Sesampainya di depan pintu rumah, kedua 'kuda' kereta kencana langsung menghempaskan pantat mereka ke tanah.

"Baru lari begitu saja sudah tumbang, dasar payah!" maki bocah bersurai pirang sembari berpangku tangan angkuh.

'Dasar anak kecil rempong, menyusahkan saja,' ujar Eren dan Jean balas memaki majikan mereka di dalam hati.

"Welcome, Botchan," sesosok lelaki berambut gelap dan berpakaian formal menyambut hormat dengan sedikit membungkukkan badan tepat di pintu masuk.

"Levi, ingatkan Eren dan Jean untuk membereskan kandang kuda dan membersihkan cerobong asap setelah mereka membersihkan diri," Armin melepas topi dan jaketnya dan melemparnya begitu saja ke arah lelaki minim tinggi tersebut.

"Ya, Botchan. Mereka dipenuhi kuman dan bakteri. Saya pastikan mereka tidak akan memasuki rumah sebelum badan mereka higienis,"

Armin menyeringai senang. "Bagus. Siapkan cemilan untukku. Chocolate Gateau dengan taburan La Madeline au Truffle yang dihiasi Italian Hazelnut di atasnya," sepasang kaki mungil itu melenggang santai menuju koridor.

Levi menaruh tangan kanannya di dada kiri─sedikit membungkuk hormat. "Yes, My Lord,"

"KAMI PROTES, ARMIN-SAMA!" pemuda berambut almond dan pemuda berambut cokelat terang berdiri berpangku tangan di mulut pintu.

"Apa lagi mau kalian?" tantang Armin sambil menyunggingkan seulas senyum remeh.

"Gaji kami sudah menunggak tiga bulan. Kami menuntut apa yang menjadi hak kami!" Jean mengacungkan sehelai kertas struk gaji miliknya yang kosong tak berisi dengan raut jengkel.

Armin tertawa. "Kukira kalian mau bilang apa. Fuh," Dikibaskannya untaian surai keemasan itu dengan pose elegan. "Cuci dulu 2000 piring di dapur dan permaklah rumah ini. Pelayan yang bertugas di dapur sedang cuti sebulan sehingga piring-piring teronggok begitu saja,"

"Maaf?" Eren menganga.

"Kayaknya kupingku ada yang salah, nih." ujar Jean mengorek kupingnya.

"Tidak, tidak. Aku bicara cukup keras dan jelas. Kalau kalian rajin, siapa tahu, 'kan, tiba-tiba aku jadi baik dan menaikkan gaji kalian,"

Telinga kedua remaja tanggung itu bergerak-gerak antusias. Berhubung mereka bokek berat sampai-sampai tidak bisa naik becak ke pasar (padahal becak adalah transportasi termurah saat itu), mereka pun menyanggupi perintah Armin dengan mantap−namun, tak lama kemudian menyesalinya.

"Seumur hidup baru kali ini aku diperlakukan seperti ini!" omel Jean sambil menyabuni piring-piring kotor menggunakan perasan jeruk nipis−karena si bocah majikan itu kehabisan sabun cuci dan dia terlalu malas untuk membeli lagi. Di sebelahnya, Eren terlihat memasang muka sedih meratapi nasib sembari merendam piring.

"Siapa tahu si Arlelt itu ketawa-ketiwi sekarang ini melihat kita menderita. Dasar bocah gila!" terdengar bunyi derak dari piring yang digenggam pemuda Perancis tersebut.

"Hati-hati menyebut nama 'Arlelt', Jean. Aku tidak mau mengotori nama keluarga Tuan Besar hanya karena ulah seorang pangeran manja berumur 15 tahun," Eren berujar pelan namun tajam. Jean terdiam. "Lagipula kita tidak punya uang untuk mengganti piring yang kau pecahkan nanti jika Armin-sama tahu peralatan makannya ada yang cacat,"

Sebuah tangan menepuk pundak Eren keras. "Eren,"

"Ah, Sir Levi,"

Iris oniks Levi melirik sedikit ke arah cucian kotor yang sedang ditangani Eren dan Jean. Ekspresinya agak berjengit jijik. "Habis ini bersihkan loteng. Jean, kau pergi ke kandang kuda. Boulevard sudah tiba sore ini dari klinik hewan. Kurasa kuda itu membutuhkan penanganan darimu," titahnya sembari menggigit sarung tangan yang ia pakai, berupaya melepasnya.

"Yes, Sir!"

"Malam ini kita kedatangan tamu. Tunangan Botchan, Annie Leonhardt akan datang berkunjung," pemilik tinggi 160cm itu berjalan menuju rak-rak peralatan masak. "−kepala keluarga Smith juga akan datang kemari,"

Eh.

Kegiatan Eren terhenti. Secepat kilat ia menoleh ke arah Levi untuk memastikan apa yang didengarnya.

"−Erwin Smith. Dia... berkunjung−malam−nanti," ulang Levi meyakinkan.

Eren dan Jean berpandangan syok. Erwin Smith. Pengusaha Belanda yang kaya dan terkenal. Tipe idaman para wanita untuk dijadikan suami. Bahkan Lady Zoe, tetangga sebelah yang eksentrik pun tertarik akan pesona terlarang lelaki berambut blonde tersebut. Sudah jadi rahasia umum kalau pria yang telah memasuki usia kepala tiga itu menaruh hati pada Tuan Muda mereka. Tapi−astaga Gusti, kerasukan apa majikan mereka sampai tega menolak seorang kepala keluarga Smith tanpa basa-basi?

Tunangan dan pihak ketiga. Jamuan makan malam macam apa ini.

"Bersiaplah," Levi menyeringai aneh. "Kelihatannya akan ada badai malam nanti,"

.

.

.

.

.

.

TBC


A/N: Lagi-lagi fic Armin haha /larilari

Gue gak ngerti lagi ini kenapa jadi 'Seorang anak lelaki bangsawan yang telah bertunangan mengundang orang ketiga bertemu calon isterinya."

Fine. Gue gagal paham lagi sama fic sendiri /pelukguling

Yang penting hepi ye~

Ada yang ingin meninggalkan jejak di Review?

Yang Review orang baik~ XD