Bab 1: Prolog

Aku melihat cahaya di sebelah kanan tempat tidurku. Cahaya itu menyilaukan, sangat terang hingga aku tidak bisa melihat apa-apa. Aku merasakan diriku ada di dalam suatu lorong waktu, yang sempit. Lalu dalam sekejap, aku mendapati diriku berada dalam suatu kamar, kamar tua… yang sepertinya bukan kamarku. Kamar itu mengerikan, seperti habis terkena bencana banjir atau apa. Aku duduk dan menginjakkan kakiku ke lantai. Betapa terkejutnya aku, ternyata ada air, ya air yang menggenangi kamar tersebut. Dengan hati-hati aku melangkah ke luar kamar untuk memastikan sesuatu yang baru saja terjadi sampai-sampai aku bisa berada dalam kamar mengerikan ini.

Anehnya, aku hafal semua lorong dan seluk-beluk rumah itu… aku dapat menentukan ruangan apa yang akan kumasuki dan apa yang akan kutemui.

Aku melangkah keluar dari rumah tua itu dan mendapati diriku sendirian di tengah perumahan bekas tsunami iu…. Kalau aku boleh tebak. Aku sendirian… tidak ada satu orang pun di tempat aneh yang mengerikan lagi. Yang anehnya lagi, seluruh jalan-jalan dan nomor-nomor rumah di tempat itu, terasa sangat familier bagiku. Aku merasakan sesuatu hal yang aneh… sepertinya aku kenal tempat ini entah bagaimana.

Sebelum aku hendak melanjutkan penelusuranku, aku mendapati sebuah benda yang aneh… berbentuk silinder, dengan tombol dan lampu yang aku kira hanya senter. Aku menekan tombol misterius itu, tiba-tiba lampu itu mengarah padaku, menyinari mataku dengan sinar merah yang mencolok. Aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu.