Paparazzi
Disclaimer : YuGiOh!! Belong to Kazuki Takahashi. I take no profit for this useless plot of mine!! Please believe me minna-san!! DX (dihajar)
Warning : Lack of reference, Language, Shonen Ai and possibly a YAOI. (Still 'possibly' though. I'm not sure yet. Rated T for now)
Okay, what are you waiting for?!! just read it already!! XDD (dirajam karena sok pake bahasa planet(?))
-------Chapter 1-------
The Biggest Challenge
Seorang pria terlihat mondar mandir di ruang kerjanya. Raut wajahnya terlihat serius memikirkan sebuah pemecahan untuk permasalahan yang menimpanya. Butiran keringat terlihat mengalir di keningnya. Sesekali ia duduk dan mulai melihat-lihat beberapa dokumen yang berserahkan di atas mejanya.
"brengsek!! Dalam sebulan ini bagaimana rating customer bisa menurun?!!!" pria tersebut terlihat emosi. Ia mulai melempar beberapa dokumen ke lantai. Sesaat setelah ia melempar dokumen ke lantai, seseorang terlihat memasuki ruangannya.
"wah.....wah, sepertinya kau adalah type orang yang mudah panik ya, Seto....."
Seorang wanita muda berambut pirang terlihat memasuki ruangan. Seto Kaiba pimpinan direksi dari 'Kaiba Press' agency warta berita lokal di Domino Jepang terlihat serius menatap seorang wanita yang baru saja memasuki ruang kerjanya.
"jika kau belum tahu asumsi masalahku sepenuhnya, sebaiknya kau diam saja.......Mai." mendengar hal itu, wanita pirang yang dikenal dengan nama 'Mai Kujaku' itu hanya bisa tersenyum dan mulai duduk tepat di atas meja kerja Kaiba. Dengan gaya elegant, ia mulai mengibaskan rambut pirangnya ke samping.
"ah, itukah caramu berbicara pada penasehatmu sendiri Seto? Tenang saja. Aku tahu sebab mengapa kau jadi serba panas seperti ini. itu karena rating customer kita menurun kan? Dan hal itu ada hubungannya dengan artikel yang dibuat oleh 'Isthar Press' musuh bebuyutan kita....." Mai mulai menatap Kaiba dengan pandangan sinis. Kaiba hanya bisa membuang muka mendengar hal itu.
"jika kau sudah tahu mengenai hal itu, sebaiknya segera temukan sebuah solusi agar customer bisa kembali tertarik dengan berita dan program-program media visual dari agency kita!!" ujar Kaiba dengan tegasnya. Mai terlihat melipat kedua tangannya dan mulai berfikir.
"hmm....semenjak kubu Isthar Press membuat sebuah berita mengenai skandal yang terjadi dalam pemerintahan khususnya yang lebih menjurus dalam spesifikasi kinerja para pejabat-pejabat kotor, kualitas pemasaran dan peredaran artikel serta berita-berita mereka mengalami peningkatan dalam jumlah peminat. Dukungan dari berbagai pihak terus berdatangan untuk mensupport kubu mereka. Bahkan Isthar Press memiliki banyak channel dari pejabat pemerintahan itu sendiri....." mendengar hal itu, Kaiba terlihat semakin emosi.
"jadi kau bilang para customer lebih tertarik dengan berita-berita pemerintahan yang sulit dikuak oleh pihak berwajib? Lalu apa bedanya dengan artikel dan berita yang kita hasilkan bulan lalu? Bukankah itu juga tak kalah menariknya daripada artikel yang ditulis oleh Isthar Press huh?" Mai mulai menautkan alisnya.
"maksudmu liputan mengenai perang monopoli perdagangan di negara tetangga? Khususnya Cina?"
"ya!! Apa bedanya? Bukankah direksi kita lebih dulu meliput berita itu? kita bahkan menjadi pemicu kubu media massa yang lain!!" Kaiba terlihat bersikeras. Mai mulai menatap pimpinan direksi itu dengan serius.
"jadi yang pertama bukan berarti menjadi yang terbaik Seto. Aku akui bahwa saat itu kita bisa berada dalam posisi puncak namun sepertinya para customer lebih tertarik dengan hal yang disebut 'sensasi'"
"sensasi?" Kaiba mulai mengernyutkan dahinya. Mai mulai menjelaskan perlahan-lahan.
"memang berita yang kita berikan kepada para pelanggan adalah fakta tanpa ada sedikitpun konspirasi yang menguntungkan pihak tertentu. Namun sepertinya liputan atau artikel yang mengandung sensasi bahkan mengandung konspirasi sepertinya lebih diminati oleh mereka. Bahkan pejabat pemerintahan akan memilih media massa yang bisa diajak untuk bekerja sama demi kepentingan mereka......" Kaiba mulai emosi mendengar hal itu. ia mulai mengepalkan tangannya erat-erat.
"cih!! Apa masyarakat tak bisa melihat apa yang namanya fakta dan apa yang namanya konspirasi?!!! Kaiba Press akan selalu mengutamakan fakta dan obyektifitas!!! Aku tak akan membiarkan agencyku menjadi tempat berkonspirasi kotor untuk sebuah keuntungan Mai!! Kita adalah pihak bersih dan netral!!!" Kaiba mulai menatap penasehatnya itu dengan tajam. Mai hanya bisa tersenyum seraya melipat kedua tangannya.
"hah! Aku tahu kau akan selalu mempertahankan prinsipmu walaupun kau tahu konsekuensinya adalah fatal. Persaingan dalam dunia berita sangatlah sengit Seto......"
"tak perlu kau ingatkan pun, aku sudah tahu akan hal itu Mai!! Aku tak peduli dengan kubu media massa lain yang hanya mengincar keuntungan secara gila-gilaan!! Aku hanya ingin membuktikan bahwa fakta, obyektifitas dan non konspiratif sebenarnya bisa lebih unggul daripada sekedar 'sensasi'!!" Kaiba terlihat yakin dengan tekadnya. Mai lalu mulai beranjak dari meja kerja Kaiba dan mulai meletakkan beberapa dokumen yang ia bawa ke atas meja kerja Kaiba.
"berkas apa ini?" Kaiba mulai mengernyutkan dahinya seraya melihat-lihat beberapa lembar berkas di atas mejanya. Mai mulai melipat kedua tangannya.
"itu adalah data-data dari obyek narasumber kita minggu ini." Kaiba mulai menautkan alisnya saat ia melihat isi berkas yang diberikan oleh Mai.
"....'Hikari'....?"
"ya, Hikari. Sebuah band yang saat ini sedang naik daun di negara kita. Sebuah band yang fenomenal karena album pertama mereka yang langsung melejit dan meledak di pasaran. Sebuah band yang paling digemari oleh para remaja di Jepang saat ini......" mendengar hal itu, Kaiba mulai menatap Mai dengan ekspresi bingung.
"kau bermaksud untuk meliput mereka? Bukankah sudah banyak berita-berita tentang mereka yang disajikan oleh agency media massa yang lain? Buat apa kita meliput obyek pasar seperti ini?" Mai hanya bisa tersenyum melihat ekspresi kebingungan Kaiba.
"Seto.....Seto.....kau bilang bahwa kau ingin membuktikan jika fakta dan obyektifitas dalam suatu berita bisa menjadi lebih unggul daripada hanya sekedar sebuah sensasi bukan? Aku sengaja memilih obyek itu karena kebanyakan berita yang beredar mengenai mereka selalu diwarnai dengan sensasi yang berlebihan. Banyak sekali pihak-pihak yang memanfaatkan popularitas mereka untuk mendapatkan keuntungan. Menurutku, jika kita bisa menyajikan sebuah artikel, berita ataupun liputan yang bersih dan obyektif mengenai band mereka, aku yakin rating customer kita bisa kembali meningkat, Seto." Kaiba mulai terbelalak mendengar hal itu.
"tunggu dulu Mai!! Setahuku tak ada satupun agency media massa yang bisa meliput berita mereka secara obyektif dan clear sampai saat ini! Mereka dikenal tertutup dan penuh dengan misteri agar popularitas mereka selalu terjaga!! Sangat mustahil jika kita bisa menguak hal itu dari mereka!! Bahkan para paparazzi sangat sulit mendapatkan gambar mereka secara exclusive!!" Mai kembali tersenyum sinis mendengar hal itu.
"justru itulah kesempatan emas kita. Kita harus menjadi yang 'pertama' yang bisa menguak hal itu. aku tahu bahwa band mereka sangat amat sulit untuk diwawancara. Mereka selalu saja diwakilkan oleh manajer mereka saat mengadakan konferensi pers. Dan pihak media massa selalu saja melebih-lebihkan liputan mereka hanya dengan bermodalkan ijin dari manajer band. Menurutku sampai saat ini, para fans dari Band Hikari tidak bisa merasa menyatu dengan band idola mereka. Keterbatasan info dan berita yang hiperbola terkadang membuat berita mengenai band favorit mereka terkesan basi. Kita harus menjadi yang pertama yang bisa menyajikan 'The Real News' tentang Band Hikari khususnya dari sang vokalis......" Kaiba mulai menautkan alisnya.
"dari sang vokalis? Maksudmu vokalis band Hikari yang juga seorang model sekaligus seorang The King of Game......Mutou Yugi?" Mai menganggukkan kepalanya.
"ya. Kita harus bisa mendapatkan liputan obyektif dari seorang Yugi Mutou. Vokalis yang saat ini menjadi idola nomer satu di Jepang...."
"tapi hal ini sangatlah sulit Mai!! Hampir semua media massa dari berbagai agency ingin menguak berita mengenai Mutou Yugi secara dalam. Yugi tak akan semudah itu membuka perjalanan hidupnya di hadapan media secara gamblang!! Tak ada satupun wartawan yang bisa mewawancarai dan menguak artikel mengenai dirinya secara langsung!! Hal itu terlalu mustahil!!" Kaiba terlihat bersikeras. Mai hanya bisa tersenyum dengan hal itu.
"tugas ini tidak akan bisa dilakukan oleh wartawan yang biasa saja. Hanya ada satu orang wartawan yang bisa melaksanakan tugas ini. Kita harus menggunakan senjata rahasia kita......." Kaiba mulai terdiam dengan hal itu sebelum pada akhirnya ia mulai menatap Mai dengan serius.
"apa kau yakin 'dia' bisa melakukannya?" Mai mulai tersenyum sinis mendengar hal itu.
"tentu saja. aku sangat yakin dengan kemampuannya karena 'dia' adalah seorang...........'Raja Wartawan'."
--------------
Dengan langkah yang tangguh, sesosok figur pria mulai berjalan dengan tenang menyusuri tiap ruang dalam gedung megah Kaiba Press. Dengan postur tubuhnya yang ideal dan eksotis, siapa saja pasti akan menyangka bahwa ia adalah seorang artis ataupun seseorang yang cukup terkenal. Figur itu membalut tubuhnya dengan sebuah pakaian yang cukup kasual. Sebuah kaos tank top berwarna merah darah dengan sebuah jaket kulit yang berwarna hitam sungguh terlihat rapi dan serasi. Celana kulit berwarna hitam pekat terlihat membungkus kedua kakinya dengan begitu sempurna dan ramping. Sebuah kamera dan kartu tanda pengenal terlihat menggantung dengan rapi dari leher menjurus ke dada. Ia bahkan memakai sebuah neckbelt kulit berwarna hitam di lehernya. Dengan style rambutnya yang memiliki tiga warna berbeda, Poni pirang dengan keseluruhan yang berwarna hitam dan juga warna magenta di setiap ujungnya, Style rambut natural tersebut sungguh terkesan gahar dan berani. Gaya rambutnya itu sungguh merupakan sebuah frame yang cukup sempurna untuk mengimbangi ketampanan wajahnya yang berparas bagai sang dewa itu. dengan tatapan tajam kedua matanya yang berwarna crimson yang setara dengan merahnya sebuah batu ruby, Figur itu terlihat cukup mendominasi dan terlihat begitu berwibawa. Setiap karyawan dan staff Kaiba Press yang melihat figur itu selalu berdejak kagum. Tak ada yang menyangka bahwa figur sempurna itu adalah seorang fotografer handal dan juga seorang wartawan dari agency Kaiba Press. Namun ia bukanlah wartawan yang biasa-biasa saja. Ia dikenal sebagai 'Raja wartawan'. Tak ada satu berita pun yang bisa luput dari pengawasannya. Segala macam tantangan dalam dunia jurnalistik bisa ia taklukan dengan mudah. Ia menjadi senjata rahasia andalan Kaiba Press jika Kaiba Press mengalami krisis. Ia adalah seorang mantan model sekaligus sepupu dari pimpinan direksi Kaiba Press, Yami Atemu.
"Hei Yami!!"
Yami mulai menghentikan langkahnya saat seseorang terlihat menghampirinya dari belakang. Tak lama kemudian seorang pria berambut pirang mulai menepuk bahunya dan terlihat mengatur nafasnya. Keadaan pria itu terlihat acak-acakan dan berantakan. Ia terlihat menggenggam sebuah kamera handycam di tangan kanannya dan kartu tanda pengenal seorang wartawan yang terlihat menggantung di lehernya. Yami mulai menautkan alisnya saat ia melihat sahabat sesama reporternya itu.
"Jou?" figur pria yang dikenal bernama Katsuya Jounouchi itu terlihat tersenyum menatap ekspresi bingung yang tergambar di paras tampan sahabatnya itu.
"hei kawan, bagaimana dengan misimu di amerika huh?" Yami mulai tersenyum mendengar pertanyaan itu. ia lalu mulai menjawab dengan santai.
"ternyata mewawancarai pejabat di sana tidak sesulit yang aku duga. Mereka bahkan banyak yang membujukku untuk berkonspirasi dengan partai mereka masing-masing. Hah! Sungguh taktik politik yang licik. Aku tak akan terjebak semudah itu dengan persuasif murahan mereka....." Yami mulai memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kulitnya. Ia lalu mulai berjalan perlahan-lahan menuju ke ruangan pimpinan direksi. Jou mulai mengikuti Yami di sampingnya.
"kau hebat sekali Yami.......jika aku yang mewawancarai mereka, aku pasti sudah diperalat habis-habisan disana agar mereka bisa menjalankan taktik licik mereka untuk merebut kekuasaan melalui media......" keluh Jou. Yami mulai menepuk bahu kawannya itu dan tersenyum. Kawan pirangnya itu sungguh seorang wartawan yang cukup polos.
"yang kau butuhkan adalah prinsip Jou. Jangan biarkan narasumber mengendalikanmu." Jou hanya bisa mengangguk mendengar saran kawannya itu. walau bagaimanapun juga, sahabatnya itu adalah seorang wartawan yang profesional. Segala saran yang diberikan olehnya selalu berguna untuk tugas Jou di kedepannya nanti. Ia selalu mengingat semua pesan dan saran yang diberikan sang raja wartawan itu padanya.
"kau mau menghadap pimpinan direksi ya?" tanya Jou.
"ya. Seto memanggilku hari ini....." jawab Yami singkat. Ia tahu jika sepupunya itu memanggilnya secara mendadak seperti ini, itu artinya Kaiba Press sedang mengalami krisis dan ia harus siap diluncurkan untuk melaksanakan misi yang tersulit.
"kau enak ya....tak pernah mendapat teguran dari Kaiba. Semua hasil kerjamu benar-benar mengagumkan Yami. aku malah sebaliknya. Tiada hari tanpa omelan....." keluh Jou lemas. Yami mulai menepuk bahu kawan pirangnya itu seraya tersenyum.
"jangan patah semangat Jou. Improvisasi membutuhkan sebuah usaha yang cukup keras. Tak ada segala sesuatu yang berjalan sempurna secara instant. Semua itu butuh proses....." Jou hanya bisa menganggukkan kepalanya mendengar hal itu.
Tak lama kemudian mereka berdua sudah tiba di depan pintu ruangan Kaiba. Yami mulai membuka pintu dan mulai melangkah masuk diikuti Jou dari belakang.
"ah, akhirnya kau datang juga. Duduklah Atem...." Kaiba mulai mempersilakan sepupunya itu untuk duduk. Tak lama Jou terlihat ikut berjalan masuk di belakang Yami. Kaiba mulai menatap tajam ke arah wartawan berambut pirang itu.
"jangan bilang bahwa kau kemari ingin memberitahu tentang kegagalanmu lagi Mutt!! Aku sudah bosan mendengar rendahnya kapasitas dan kualitasmu sebagai reporter!!!" Jou mulai mengernyit mendengar hal itu. perkataan bosnya itu selalu saja kasar dan keras seperti biasanya.
"uhh....sa...sabar dulu bos!! A...aku bahkan masih belum mengatakan apapun padamu!!" keluh Jou seraya melambaikan tangannya dan mengeluh. Kaiba hanya bisa menyangga dahinya dan menghela nafas.
"huh!! Cepat bawa bokongmu kemari dan segera duduk!!!" bentak Kaiba seraya menunjuk ke arah kursi di sebelah Yami. dengan pasrah, Jou hanya bisa menyanggupi hal itu dan segera duduk di sebelah Yami.
"jadi siapa dulu yang ingin melapor?" Yami mulai bertanya dengan tenang. Kaiba hanya bisa menghela nafasnya.
"sebaiknya aku langsung to the point saja padamu. Aku tak ingin menderita migrain karena melihat artikel jelek buatan Bonkotsu."
"hei!! i...itu sangat menyinggung sekali tahu!!!" gerutu Jou kesal. Ia hanya bisa kesal karena Kaiba selalu saja menghina hasil kerjanya. Padahal ia sudah berusaha dengan keras. Setidaknya berikanlah sedikit rasa penghargaan, ia juga manusia yang memiliki perasaan. Sungguh tidak empati sekali sang pemimpin direksi itu.
"umm.....baiklah, kali ini tugas apa yang ingin kau berikan padaku?" Yami mulai bertanya dengan tenang. Kaiba lalu mulai meletakkan berkasnya di atas meja. Yami mulai membuka berkas itu. Jou juga ikut melihat berkas itu.
"....'Hikari'....?"
"ya. Itulah obyek narasumber kita minggu ini. Status prioritasnya adalah siaga darurat....." jelas Kaiba. Yami mulai menautkan kedua alisnya mendengar hal itu. status siaga darurat adalah status prioritas yang paling tinggi. Hal itu biasanya karena faktor waktu yang mendesak maupun ancaman krisis yang hendak melanda eksistensi Kaiba Press. Yami mulai bersandar di kursinya dan mulai menyilakan sebelah kakinya ke atas. Cara duduk seperti itu memang sangat terkesan tidak sopan. namun mengingat status Yami adalah sebagai sepupu dari pimpinan direksi itu sendiri maka, hal itu tak pernah menjadi masalah.
"hmm....Band Hikari. Sebuah band yang sedang naik daun di negara kita. Band ini beranggotakan Yugi Mutou pada Vokalis sekaligus gitaris, Akefia Bakura pada gitaris, Ryou Bakura pada keyboard sekaligus backing vokal, Ryuuji Otogi pada Bass dan Malik Isthar pada drum." jelas Jou seraya melihat berkas itu lebih teliti. Yami mulai menatap ke arah sepupunya.
"buat apa kau memilih obyek pasar Seto? Kupikir kau tak suka membuat sensasi......" Kaiba hanya bisa menghela nafas mendengar hal itu.
"hah! Kupikir kau sudah tahu betul pemikiranku Atem. tak kusangka kau terpengaruh oleh paradigma paparazzi lain....."
"apa maksudmu?" Yami mulai menautkan alisnya. Kaiba hanya bisa tersenyum sinis.
"walaupun yang kupilih adalah obyek pasar, bukan berarti aku menginginkan berita yang juga pasaran. Aku ingin kau menjalankan misimu. Misimu untuk dapat menguak dan menulis sebuah berita yang benar-benar obyektif dari band ini." Jou mulai terkejut mendengar hal itu. Yami mulai menampakkan ekspresi serius.
"berita.....obyektif?"
"tu...tunggu dulu!! Apa kau serius menginginkan berita yang benar-benar obyektif dari band ini? Hal itu sangat tidak realistis tahu!! Sudah banyak media massa dan paparazzi yang mencoba hal itu tapi mereka semua selalu gagal!! Tak ada yang berhasil!!" Jou terlihat bersikeras dengan argumentnya. Kaiba mulai menepuk dahinya dan mulai mengeluh.
"kau pikir aku tak tahu mengenai hal itu? tentu saja aku tahu Mutt!! Itu sebabnya aku menerjunkan Atem!!" Jou hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya mendengar hal itu.
"ta...tapi ha...hal ini sungguh mustahil!! Aku yakin jika di dunia ini ada agency media massa yang dapat menguak berita obyektif band ini, agency itu akan berada di puncak popularitas....." gumam Jou. Yami terlihat berfikir keras sebelum pada akhirnya, ia membuat sebuah keputusan.
"hmm.....cukup menarik. Aku terima tantangan ini Seto...."
"hah?!! Ka...kau serius Yami?!!" Jou terlihat sangat terkejut. Kaiba hanya bisa tersenyum dingin dengan acuhnya.
"apa kau yakin ingin menjalankan tugas ini Atem?"
"ya. Lagipula, aku bergelar raja Wartawan bukan tanpa alasan kan? Aku ingin menguji kemampuanku dan ingin membuktikan apa aku bisa menaklukan tantangan kali ini atau tidak. Kupertaruhkan gelarku untuk misi ini...." Yami terlihat sangat yakin. Kaiba kembali tersenyum dengan sinis melihat tekad sepupunya itu.
"aku tahu kau tak akan lari dari tantangan Atem. Baiklah, spesifikasi misimu kali ini adalah.......mewawancarai pusat popularitas dari band Hikari yakni.......'Mutou Yugi'."
"Mutou.....Yugi?"
"ya. Idola nomer satu di jepang saat ini. Selain ia menjadi vokalis dari Band Hikari, ia juga berprofesi sebagai model dan ia juga memegang gelar 'The King of Game' dalam dunia permainan. Baik itu gamble maupun permainan lain. Ia sungguh seorang Idola yang memiliki banyak bakat dan talenta." jelas Kaiba. Yami lalu mulai melihat berkas yang di lihat oleh Jou dan membuka lembar halaman kedua. Di halaman itu terdapat gambar Mutou Yugi dengan data-data umum berupa biodata.
"jika dilihat-lihat, Si Yugi ini benar-benar mirip denganmu Yami." ujar Jou singkat. Yami mulai memperhatikan berkas itu lebih teliti. Di berkas itu terlihat foto Yugi yang sedang berdiri di tengah-tengah altar panggung. Walaupun gambar itu diambil dari sudut jarak jauh, Ia sungguh terlihat begitu memukau dan mempesona. Cahaya lampu hanya fokus menyinari tempatnya berdiri. Ia terlihat begitu anggun dan menganggumkan. Ia benar-benar seorang bintang yang luar biasa. Namun di mata Yami, ada satu yang kurang di dalam foto itu. ia tak dapat melihat jiwa Yugi yang sesungguhnya. Ia tak dapat menginterpret sebuah kesempurnaan yang terpancar melalui gambar itu. ia seperti melihat sebuah kepalsuan. Sebuah kamuflase yang cukup semu.
"ia memang terlihat sempurna dan sangat cantik tapi.......ini hanya persepsiku saja atau bukan ya? Menurutku di gambar ini, ia seperti bukan dirinya yang sesungguhnya....." gumam Yami seraya terus memperhatikan foto Yugi di berkas itu. Kaiba mulai fokus menatap sepupunya itu.
"itu memang bukan hanya persepsimu saja Atem. Aku juga berpikiran sama denganmu. Selama ini tak ada satupun paparazzi yang dapat memancarkan kesempurnaan Yugi melalui gambar. Yugi adalah seorang idola yang terlalu sempurna. semua kelebihan yang ada dalam dirinya sungguh tak dapat diabadikan dalam sebuah gambar maupun deskripsi. Ia terlalu sempurna untuk menjadi nyata. Ia bahkan dianggap sebagai malaikat karena kesempurnaannya itu. tak ada media yang sanggup mengimbanginya......" Yami mulai menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan sepupunya itu.
"jadi sebenarnya dimana letak kesulitan dalam misiku kali ini?" Kaiba mulai serius mendengar hal itu.
"Yugi di kenal sebagai orang yang sangat benci dengan media. Ia sangat anti dengan wawancara. Ia sangat menjaga privacynya. Saat ini ia menjadi obyek berita tersulit dan paling diincar oleh media. Ia benar-benar magnet paparazzi." Yami mulai mengerti alur pembicaraan yang akan disampaikan oleh sepupunya itu. Ia lalu mulai meletakkan berkasnya ke atas meja dan kembali berekspresi serius.
"yang kau inginkan adalah......."
"yang kuinginkan adalah......ungkap sedalam-dalamnya dan kuak seobyektif mungkin sisi seorang Mutou Yugi. Tak ada konspirasi dan tak ada sensasi yang dibuat-buat. Aku hanya ingin kau meliput berita yang benar-benar murni darinya. Deskripsikan kesempurnaannya itu ke dalam sebuah artikel. Sebuah artikel yang dapat menampung dan mengimbangi seluruh kelebihan yang ia miliki. Dan juga, aku ingin kau mendapatkan sebuah gambar yang dapat memancarkan semua kesempurnaan Yugi.......sebuah gambar yang memiliki jiwa......"
Yami mulai mengangguk serius. Hal itu memang bukanlah sebuah misi yang sangat gampang. Selain ia harus membuat sebuah artikel yang begitu berbobot dan berkualitas, ia juga harus mendapatkan gambar Yugi. sebuah gambar yang penuh dengan jiwa dan kesempurnaan. Tugas paparazzi maupun wartawan memang sangatlah tidak mudah. Namun sesulit apapun tugasnya itu, sang raja wartawan itu tak akan pernah menyerah sebelum ia mendapatkan sebuah hasil yang memuaskan. Ia akan mempertahankan prinsipnya. Sebuah prinsip untuk tak akan pernah lari dari tantangan. Sesulit apapun itu.
"aku mengerti akan hal itu. lalu deadlinenya?"
"seminggu dari sekarang....." Yami mulai menghela nafasnya dan mulai menganggukkan kepala tanda mengerti.
"berjuanglah Yami!! aku yakin kau pasti bisa!!" Jou mulai menepuk bahu raja wartawan itu dan melayangkan senyum padanya. Namun belum sempat Yami merespon, Kaiba mulai menepuk meja kerjanya dengan keras.
"hei Mutt!! kau pikir hanya Atem saja yang melaksanakan tugas ini? Kau juga harus ikut dengannya untuk meliput Yugi, Anjing kampung!!!"
"heh?!! A..apa?!!" Jou benar-benar terkejut mendengar hal itu. Kaiba mulai melipat kedua tangannya dan mulai bersandar di kursinya.
"dengan kau kutugaskan bersama Atem, aku harap kau bisa mempelajari cara-cara yang benar dalam menjadi seorang wartawan yang profesional!! Aku harap kau bisa belajar dari Atem. Jika kau masih saja gagal, aku tak akan segan-segan untuk memecatmu Mutt!!" Jou hampir saja mendapat serangan jantung mendengar hal itu. ia hanya bisa tergagap-gagap bak ikan yang berada di darat.
"a...aku me...mengerti bos!!"
"baguslah, nanti malam band Hikari akan mengadakan konser di jantung kota Domino. Aku harap kalian berdua bisa mendapatkan sebuah hasil minimum setidaknya sampai nanti malam. Mengerti?"
"aku mengerti. Aku akan berusaha untuk memaksimalkan hasil yang terkecil sekalipun." jelas Yami singkat. Jou hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan gaya robot. Ia masih shock dengan ancaman pemecatan yang dilayangkan oleh pimpinan direksinya itu.
"ah, kau kasar sekali Seto......tenanglah sedikit....." seorang wanita mulai terlihat berjalan memasuki ruang kerja pimpinan direksi. Kaiba hanya bisa kusut menatap penasehatnya yang kembali masuk ke dalam ruangannya itu.
"halo Yami......Katsuya....." Mai terlihat mengedipkan sebelah matanya saat melihat kedua wartawan itu. Jou hanya bisa melayangkannya senyum canggung. sedangkan Yami hanya menganggukkan kepalanya perlahan-lahan.
"lama tak jumpa. bagaimana kabarmu Mai?" Yami hanya bertanya dengan singkat. Mai mulai mengibaskan rambut pirangnya dan mulai duduk di atas meja kerja Kaiba.
"tidak berubah. Masih tetap menjadi satpam untuk berjaga-jaga jika penyakit Psycho sepupumu ini kambuh lagi....." Kaiba hanya dapat mendengus kesal dan memalingkan wajahnya mendengar hal itu. Yami hanya bisa menyimpulkan sebuah senyuman sinis.
"ah, aku mengerti maksudmu....."
"hahaha!! Psycho? Aku setuju denganmu Mai-san!! Bos memang Psycho!!!" Jou mulai tertawa terbahak-bahak sambil menepuk-nepuk meja. Kaiba mulai melotot ke arah wartawan berambut pirang itu.
"jaga bicaramu Mutt!!! Beraninya kau berkata seperti itu di hadapan bosmu sendiri!! Kau ingin kupecat hah?!!" dengan kasar, Kaiba kembali menepuk meja kerjanya dengan amat keras. Jou kembali mematung dengan mata yang terbelalak lebar.
"ma...maaf atas perkataanku bos....." keringat dingin mulai keluar dari tubuh Jou. Ia harus bisa mengendalikan diri untuk tidak berbicara secara blak-blakkan dihadapan seseorang yang kedudukannya lebih tinggi darinya. Ia bahkan heran mengapa Kaiba tidak memecatnya dari dulu. Sampai saat ini, Ia masih saja bisa bertahan bekerja disini. Sungguh sebuah keajaiban.
"sebaiknya kita bergegas menuju ke tempat konser narasumber kita Jou. Aku masih membutuhkan beberapa informasi dari petugas disana agar aku bisa mengatur strategi untuk mewawancarai Yugi dan mengambil gambarnya." jelas Yami seraya berdiri dan beranjak menuju pintu keluar. Jou mulai menganggukkan kepala dan mulai mengikuti raja wartawan itu dengan cepat. Ia hanya ingin berada sejauh mungkin dari pimpinan direksinya yang super galak itu.
"semoga berhasil!!" Mai mulai melambaikan tangannya ke arah dua orang wartawan itu. setelah dua orang itu sudah tak terlihat lagi di ruang kerja, Kaiba mulai menghela nafas dan menyangga kepalanya. Nasib Kaiba Press sungguh bergantung pada dua orang bawahannya itu.
"aku harap mereka dapat menyelamatkan eksistensi agency kita Mai....." keluh Kaiba. Mai hanya dapat tersenyum seraya melipat kedua tangannya.
"jangan khawatir Seto, percayakan saja pada mereka berdua. Aku yakin mereka pasti dapat melakukannya...."
--------------
"apa semuanya sudah beres Jou? Kita akan berangkat sekarang." Yami terlihat mulai memeriksa kameranya. Ia harus mempersiapkan diri agar ia bisa mendapatkan foto narasumbernya dan juga mempersiapkan beberapa pertanyaan untuk bahan wawancaranya dengan Yugi nantinya. Itupun jika ia berhasil menemui Yugi. sedangkan Jou terlihat mempersiapkan perlengkapannya.
"alat perekam, microphone mini, catatan laporan, jurnal, handycam, kartu tanda pengenal semuanya lengkap!!! Beres!!" dengan cepat Jou segera memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dan mulai menaiki sebuah mobil Kaiba Press yang dikemudikan oleh Yami.
"sesampainya disana, aku akan menyusun sebuah rencana agar aku bisa langsung berkonfrontasi dengan Yugi. aku harap sebuah kerja sama darimu Jou. Aku tak akan bisa melakukan hal ini sendiri." Jou hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepala mendengar permohonan dari raja wartawan itu. bekerja sama dengan seorang raja wartawan seperti Yami merupakan suatu kebanggaan untuknya.
"sama-sama kawan. Bekerja sama denganmu merupakan kebanggaan untukku!!" Yami hanya bisa tersenyum mendengar hal itu. ia lalu mulai menyalakan mesin mobilnya dan mulai melaju ke jantung kota Domino dengan kecepatan standart. Setiap detik berlalu, keyakinan dan tekadnya pun semakin kuat. ia semakin terpanggil untuk mendalami sosok seorang Mutou Yugi yang sesungguhnya. Ia semakin ingin mengenal lebih jauh sosok idola nomer satu di Jepang itu.
'kita lihat, sesempurna apa dirimu Yugi.......'
To Be Continued........
Author : T_T huee.....fic My housemate is like a hell belum selesai, saya malah ngeluarin fic ini. Teddaaaakkkksss!!!! TT-TT (langsung head bang di planet mars)
Yami : (sweatdrop) sarap….. -_-'
Yugi : O.O btw, kok fic ini yang di publish? Yang dua fic polling waktu itu kemana?
Author : hehe, saya sedang tidak mood untuk membuat fic yang super duper double triple increadible unbearable dan unforgettable Angst dengan drama yang super sappy, lebay, lebar x panjang x luas x tinggi dibagi diameter lingkaran yang sudah diakar kuadratkan setelah itu dikalikan dengan pangkat terkecilnya yang lalu difaktorkan dan.....(dihajar karena lebay) Ntar aja habis fic ini selesai, pasti yang lainnya saya publish!! XDD
Yami : -_- pasti lama tuh. Keburu karatan.....
Yugi : (sweatdrop)
Author : (berubah mood lagi) hehe, oh ya!! fic ini tidak akan saya update sebelum my housemate tamat. Karena prioritas saya adalah namatin fic saya sebelumnya XDD (di tampol) saya harap para reader berkenan dengan fic gaje ini. Saya bukan seorang reporter maupun orang yang terjun dalam dunia jurnalistis jadi maaf jika banyak sekali hal gaje di sini. Fic ini hanya bermodalkan referensi yang saya tahu. Dan itupun referensi parsial XDD (dirajam reader pake beton) Jika ada kesalahan ataupun tambahan baik itu yang menyangkut elemen-elemen dunia paparazzi ataupun yang lainnya, jangan segan-segan untuk memberitahukan pada saya XDD saya sangat membutuhkan sekali hal itu.
Yami : perlu para reader ketahui bahwa fic ini terinspirasi dari lagu Lady Gaga yang berjudul Paparazzi.
Author : walaupun begitu, dimohon untuk memberikan pendapat melalui review. Haruskah saya melanjutkan fic gaje ini setelah my housemate tamat ataukah tidak? XDD (tampoled)
Yami : say yes to constructive critism and say no to flame!! Remember that!!
Yugi : semua pertanyaan juga akan diterima dengan senang hati oleh Author ^__^
Author : wokeh, bye!! XDD (langsung kabur ngelanjutin fic yang sebelumnya)
