Prologue…

(..)

(..)

(..)

Tokyo. February. 2012

Laki-laki berpakaian seragam anti peluru serba hitam itu memasang sikap siaga, begitu melihat objek incarannya bergerak—menatap lensa yang tidak pernah lepas di depan mata orange-caramel tajamnya. Nafasnya tenang, berusaha untuk tidak bergerak banyak dan membuat pergerakannya lepas dari si mangsa. Tangan kanannya sudah siap di bidikan, tinggal menunggu perintah dari alat komunikasi yang terpasang di telinganya. Tidak lama lagi. Itu yang dia yakini. Sampai korban buruannya tiba-tiba bergerak tanpa terduga, menghilang di balik dinding. Laki-laki itu hampir saja menyumpah, namun dengan cepat ditahannya, sebelum dia merusak posisi senapan laras panjang yang sudah sangat hati-hati dia arahkan ke luar jendela—memantau si korban di bangunan seberangnya.

Matahari menghilang di balik awan hitam, membuat suasana kota Tokyo menjadi teduh dan terlindungi dari cahaya panas. Namun, tidak untuk si laki-laki yang sudah merasakan ketegangan seorang diri selama hampir satu jam lamanya. Tanpa perintah. Menjadi seorang sniper bukanlah hal yang mudah. Seharusnya dia tidak mengambil tugas sniper seperti ini, yang dia pikir ini adalah hal terkeren di sepanjang masa hidupnya. Seperti impian bocah bodoh yang terlalu banyak menonton film aksi para tentara ataupun mata-mata di balik layar. Ironis.

Laki-laki sniper itu mulai tidak sabaran, sifat alami dirinya. Dia bisa saja langsung menarik pelatuk beberapa menit yang lalu, sebelum si mangsa menghilang dari balik dinding gedung pertemuan itu. Sebelum dia kehabisan kesabaran dan mengeluarkan granat dari dalam tasnya—melemparnya begitu saja ke arah bangunan di depannya. Hal itu terlalu bodoh untuk dilakukan, bagi seorang professional seperti dirinya. Kau harus fokus…fokus…

"Berry, katakan posisimu sekarang." Suara di telinganya hampir membuat si sniper tersentak kaget. Akhirnya, seseorang menghubunginya sekarang—sebelum dia mengambil tindakan bodoh. Lalu, si sniper menyadari hal mengganjal barusan, sesuatu yang seharusnya dia sadari begitu rekannya memanggil namanya.

"Berry?! Kau tidak bisa mengatakan kode namaku dengan benar, botak?! Aku ini Zangetsu, bodoh!" desis si Sniper— code name : Zangetsu.

"Siapa yang botak, hah?! Kau sendiri saja salah mengatakan kode namaku, berr—"

"Sebaiknya kau minggir, botak!" kata seseorang yang mengambil alih pembicaraan, membuat Zangetsu menghela nafas lega. "Bagaimana posisimu, Zangetsu? Disini Fuji Kujaku."

Zangetsu kembali fokus pada lensa senapannya, sedikit lega begitu melihat si target kembali pada posisinya semula. "Target sempat menghilang tadi, tapi bisa kuatasi sekarang. Tinggal menunggu perintah darimu."

"Baiklah, pertahankan posisimu sekarang. Kami sudah mulai bergerak disini."

"Bisakah kau cepat sedikit?" gerutu Zangetsu yang mulai tidak sabaran. Alisnya terus berkerut tajam, memaksa untuk tetap fokus, sekaligus menahan amarah—menunggu ketidakpastian yang menahannya sejak tadi.

"Sabarlah sebentar! Kami sedang berusaha disini. Kapten sudah siap—Kapten?! Tunggu dulu!"

Keributan mulai memekikkan telinga Zangetsu, membuatnya mengernyit kesal. Dia mulai tidak tahan dengan kinerja anggota divisinya yang lambat, ditambah kaptennya yang selalu bertindak seenaknya.

"Zangetsu, posisi siaga!" perintah Fuji Kujaku, membuat Zangetsu kembali menegang. Dia mulai memegang senapannya pada posisi siap siaga, dengan sebelah tangannya yang siap menarik pelatuk—kapanpun. "Kami sudah mengepung target!"

"Siap," balas Zangetsu yang memperhatikan keadaan dari lensa jarak jauhnya. Targetnya masih belum bergerak risih, sepertinya dia belum menyadari bahwa dirinya sudah terkepung.

"Lantai enam belas sudah diamankan."

Zangetsu mulai menarik nafas dalam-dalam, sebelum menetralkan lagi nafasnya seperti semula. Tubuhnya mulai rileks, berusaha untuk tidak banyak melakukan gerakan tidak penting. Misi ini harus diselesaikannya sebaik mungkin, tanpa cacat sedikitpun.

"Lantai tujuh belas! Aman!"

Dirinya seperti sedang menunggu hitung mundur, menuju hukuman mati. Ah, tapi kali ini tidak. Dia tidak akan mati disini. Tapi, targetnya lah yang akan ma—

"Ingat Zangetsu, jangan bunuh target! Lumpuhkan saja dia!" Teriak Fuji Kujaku, seakan-akan bisa membaca pikiran Zangetsu.

Terserah kau saja…

"Lantai delapan belas! Semuanya, cepat ikuti kapten!"

Sepertinya kapten sudah bertindak terlalu jauh. Dia berhasil mengamankan tiga, ah bukan, empat lantai ya?

Tiba-tiba pergerakan target membuat Zangetsu siaga. Terdengar suara tembakan dari seberang alat komunikasi di telinganya. Penyerangan sudah dilancarkan dan sepertinya target tidak mau menyerah begitu saja. Mata Zangetsu menangkap target yang berdiri memunggungi jendela, mengeluarkan senapan sekaligus ponsel dari sakunya. Seperti yang diduga, dia sedang menghubungi seseorang—bala bantuan. Tidak! Tentu saja Zangetsu tidak akan membiarkan hal seceroboh itu terjadi. Dengan segera dia menarik pelatuk senapannya…dan..

"Meleset! Sial!" sumpah Zangetsu yang memukul lantai dibawahnya—dimana posisinya sedang berbaring di lantai dengan senapan laras panjang di tangannya. Si target terkejut dengan sesuatu yang melesat tajam di sampingnya, memecahkan kaca bangunan sekaligus membuat wajahnya terkena luka gores yang cukup dalam. Si target menoleh, mencari-cari sosok Zangetsu yang tidak bisa dilihatnya dari jarak pandang sejauh itu, tanpa bantuan lensa jauh. Tanpa pikir panjang, Zangetsu melancarkan serangan keduanya. Berharap kali ini tidak meleset.

Tiba-tiba pintu kamar di belakangnya terbuka paksa, membuat Zangetsu tersentak dan spontan menarik senjata cadangan di pinggangnya—pisau pendek. Seseorang, bukan, dua orang berbaju hitam formal menodongkan senapan ke arah Zangetsu—siap membidik. Dengan cepat Zangetsu melemparkan pisau di tangannya ke arah orang pertama, tepat di lehernya. Satu tumbang. Namun, seorang lagi tidak terkejut ataupun mundur begitu melihat rekannya sudah terjatuh. Dia menembak ke arah Zangetsu, tapi meleset begitu sesuatu mengenai tangannya dengan keras—jeruk?

Tanpa pikir panjang sebelum si musuh melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya, Zangetsu dengan gesit mengambil jeruk yang tertata rapi di atas meja kopi pendek di sampingnya dan melemparnya ke arah target kedua, sebelum peluru tajam melesat—membunuh Zangetsu. Cerdik? Tidak juga. Bahkan, Zangetsu pikir itu adalah aksi terbodoh yang pernah dia lakukan. Melempar jeruk ke arah lawan? Mungkin ini akan menjadi bahan olokan rekan-rekannya, mengingat dirinya memiliki sesuatu yang mirip dengan jeruk. Ya…warna rambutnya.

Begitu perhatian musuh teralihkan, Zangetsu dengan cekatan berdiri dan menendang lawannya hingga jatuh tersungkur. Dia langsung menggunakan kesempatan itu untuk menarik leher musuhnya dan memelintirnya. Begitu saja. Selesai.

"Zangetsu! Kau dimana?! Kami butuh bantuanmu segera!" Suara Fuji Kujaku kembali memekikkan telinganya, membuatnya kembali berlari menuju posisinya semula—sniper.

"Tadi ada gangguan! Bukankah sudah kuminta untuk mengamankan posisiku, selama aku bekerja?!" Zangetsu kembali fokus, mencari dan berusaha membidik target yang lepas dari pengawasannya barusan. Dan…nihil. Target menghilang.

"Aku sudah mengirimkan dua orang untuk menjaga posisimu!"

"Sialan! Apa yang mereka kerjakan sekarang? Apakah sudah tumbang karena dua orang yang kujatuhkan barusan?!"

"Zangetsu! Target berusaha lari! Ke atap! Sekarang!"

Ini benar-benar situasi yang membuat Zangetsu panik. Dan misinya terancam gagal sekarang. Dengan gerakan cepat, dia mengambil senapan laras panjangnya dan berlari keluar kamar hotel—tempatnya bersembunyi barusan. Langkah panjangnya teredam di karpet sepanjang lorong hotel, menuju ke tangga darurat. Dia harus segera mencapai atap hotel, sebelum si target kabur menggunakan helikopter.

"Kau ada dimana, Zangetsu?!"

"Di tangga darurat! Tunggu sebentar!" ucap Zangetsu tanpa kesulitan untuk bernafas, walaupun adrenalin mulai memacu jantungnya perlahan. Begitu mencapai pintu atap, dia mendorongnya sekuat tenaga dan segera berlari menuju pinggiran atap, membidik bangunan yang ternyata sedikit lebih tinggi dari bangunan tempatnya berpijak. Zangetsu mulai memosisikan senjatanya dengan hati-hati, sedikit miring ke atas dan ini membuatnya kesulitan untuk membidik. Seandainya si target menyadari kalau Zangetsu sudah menunggunya lebih dulu, kemungkinan besar misinya tidak akan berhasil kali ini.

Zangetsu segera melirik lensanya dan menemukan beberapa orang berlarian di atap bangunan, di seberangnya. Atap bangunan tanpa dinding batu pelindung di sekelilingnya, membuat Zangetsu bisa dengan mudah membidik siapa saja yang lewat. Namun, helikopter sudah siap sedia disana—yang sebentar lagi akan segera lepas landas. Dan keberuntungan sedang memihak Zangetsu sekarang, begitu melihat si target lari tergesa-gesa menuju helikopter, namun belum cukup cepat. Zangetsu melancarkan serangannya, dan kali ini tepat mengenai bahu si target. Serangan berikutnya mengenai kaki target, melumpuhkannya seketika. Sesuai perintah yang diberikan untuknya, agar tidak membunuh target lawan di depan matanya.

Beberapa orang membidik Zangetsu dari atap seberang, namun jarak yang memisahkan terlalu jauh untuk menyerang tanpa menggunakan senjata laras panjang. Zangetsu langsung melancarkan serangan berikutnya, melumpuhkan beberapa lawan berikutnya—sekedar mengamankan situasi, sebelum rekan-rekannya mencapai atap. Sebuah misi yang diluar dugaan, sedikit meleset dari harapan. Tapi, hal itu tidak menyurutkan kelegaan di hati Zangetsu—pria berambut jeruk itu. Senyum lebar terukir di wajahnya, menyadari apa yang dilakukannya sudah berhasil. Cukup sempurna.

"Mission accomplished!"

~0*0~

.0.

.0.

.0.

..~*~Black Rosette~*~…..

By: Morning Eagle

Disclaimer :: Bleach belong to Kubo Tite ::

Author's note:

Hi, minna-san! Ini fic multi-chap keduaku untuk fandom Bleach! Yeaaayy~ ^^ Genrenya sendiri berbeda dari fic sebelumnya (Four Seasons). Disini aku berusaha membuat suasana menjadi lebih menegangkan. Maaf sebelumnya kalau penulisanku belum sesuai dari harapan dan tidak mendekati suasana yang aku maksud T-T.. Tapi, aku akan berusaha sebaik mungkin. Maka dari itu, aku membutuhkan kritik saran dari kalian semua! Hihihhihihi XDb

This is just a prologue! Semuanya belum terbongkar disini..hihihihi.. Tapi, pasti udah bisa menebak siapa aja chara yang sudah muncul bukan? Hihihihihi..XDb maaf salah penulisan sebelumnya, harusnya prologue malah jadi epilogue...TAT.. terima kasih buat tamagochi!

See you in the next chapter…the beginning of the story….^^b