Apa yang membuatmu ingin membunuh seseorang?

Itulah yang selalu dipikirkan Ino setiap kali dia melihat Sasuke, menurutnya karna Sasuke lah hidupnya jadi menderita. Semua perhatian yang dulu selalu menjadi miliknya kini tersedot oleh keberadaan Sasuke.

Ino membenci Sasuke, tapi dia tak berdaya melakukan apapun karna semakin dia melakukan sesuatu pada Sasuke bahkan hanya menjauhinya saja efek yang didapatkan Ino malah jauh lebih buruk, dan itu selalu membuatnya frustasi sejak kedatangan Sasuke lima tahun lalu.

Tak ada yang tahu apa yang membuat Ino kini semakin menutup diri, Ino yang dulu ceria dan berkilau dimanapun dia berada kini berubah menjadi Ino yang suram, murung, dan tertutup. Tapi Ino tahu semua itu karna Sasuke, karna Sasuke telah merebut semuanya dari Ino, namun meski Ino mengatakannya tak ada seorangpun yang percaya apalagi mendukungnya, yang ada semua orang justru semakin memojokkannya.

"Inooo cepat turun Sasuke menunggumu"

Ino mendengus mendengar teriakan ibunya dari bawah, lagi-lagi Sasuke batinnya. Gara-gara sepeda kakaknya rusak dia dipaksa berangkat bersama Sasuke karna sepedanya dipakai kakaknya bekerja.

"Sudah kubilang kan kita berangkat sendiri-sendiri saja"

"Tapi sepedamu sedang dipakai Deidara"

"Ck, aku bisa jalan kaki, kau tak perlu peduli padaku" bentak Ino mulai kesal, dia benar-benar tidak suka melihat Sasuke apalagi bicara dengannya.

"Aku memang tak peduli padamu, aku hanya peduli pada kata-kata ibumu"

"Dasar muka rubah, tapi aku tak mau ada orang yang melihat kita berangkat bersama, bukankah itu akan merusak reputasimu"

"Che, dasar bodoh reputasiku takkan hancur hanya karna orang lain melihatku berangkat sekolah bersamamu"

"O ya? Tapi aku tetap tidak sudi berangkat bersamamu, jadi pergi sana jauh-jauh dariku" Ino mempercepat langkahnya sebelum dia melihat Chouji dan memanggilnya.

"Chouji...aku ikut denganmu!" Tanpa menunggu izin dari Chouji Ino sudah berdiri dibagian belakang sepeda Chouji dan berpegangan pada pundak Chouji.

"Ayo jalan!" Seperti sebuah komando Chouji segera mengayuh sepedanya kembali dengan Ino dibelakangnya meninggalkan Sasuke yang masih mematung ditempatnya dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan.

Ino semakin sebal dengan Sasuke, karna Sasuke seolah tak terganggu dengan sikapnya yang sudah terang-terangan mengirimkan sinyal permusuhan disetiap kesempatan, dia selalu bisa berpura-pura baik pada Ino didepan orang-orang terutama keluarganya, tapi saat hanya bersama Ino dia akan menunjukkan kesombongannya, dan Ino sangat tidak menyukainya, Ino memang tak pernah mengakuinya tapi dia sangat benci dengan kekalahan apalagi dianggap kalah oleh lawannya, dan sayangnya itulah yang didapatkannya dari Sasuke, merasa kalah dan selalu dianggap kalah oleh Sasuke.

Awalnya Sasuke hanya anak dari teman dekat ayahnya sewaktu masih tinggal di kota yang beberapa kali datang berkunjung kerumahnya, saat itu dia masih bisa menerima Sasuke dengan baik sebagai teman bermainnya setiap kali keluarga Sasuke berkunjung, tapi kemudian setahun setelah kakak dan ibu Sasuke meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal yang sampai sekarang masih menjadi misteri, karna sampai sekarang tidak diketahui kenapa mobil yang dikendarai Itachi kakak Sasuke itu menabrak pembatas jalan dan jatuh dari lantai lima di area parkir salah satu gedung pusat perbelanjaan. Menurut cerita saat itu Ibu Sasuke mendadak lemas ketika sedang berbelanja lalu dia menelpon anak sulungnya Itachi untuk menjemputnya, karna ibu Sasuke tadinya membawa mobil maka terpaksa itachilah yang menyetir, akhirnya kasus itu ditutup dengan kesimpulan bahwa kejadian tersebut murni kecelakaan karna Itachi yang umurnya waktu itu memang belum diperbolehkan untuk membawa mobil belum mahir menyetir. Dan saat kejadian itu Sasuke sedang ada dirumah bersama pembantu mereka. Semua orang dari kerabat, teman dan tetangga merasa sedih atas kematian mereka, ayah sasuke bahkan sempat histeris saat upacara pemakaman berlangsung, dan Sasuke terus saja menangis selama proses pemakaman, saat itu Ino dan keluarganya juga ikut melayat dan Ino sempat menemani Sasuke untuk menghiburnya. Tapi itu dulu, karna semuanya berubah saat Sasuke mulai tinggal dirumah Ino.

Ino tak tahu kapan tepatnya dia mulai membenci Sasuke, yang Ino tahu dia benci saat semua orang dirumahnya memperhatikan Sasuke karna nasib yang dialami Sasuke, saat ayah dan ibunya sering memuji Sasuke yang pintar dan mandiri, kakaknya yang lebih sering mengajak Sasuke pergi keluar atau sekadar berkumpul dengan temana-temannya daripada dirinya, saat teman-temannya mulai mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Sasuke, yang kemudian berlanjut sampai SMP dimana setiap anak perempuan yang dia kenal pasti mengidolakan Sasuke dan yang paling parah dia sampai bertengkar dengaan teman baiknya Sakura yang ternyata diam-diam selama ini juga menaruh hati pada Sasuke.

Saat itu Ino menemukan surat Sakura yang ditujukan untuk Sasuke didalam buku Sasuke yang terpaksa dia pinjam. Ketika dia menanyakannya Sasuke malah menyuruh Ino untuk membeeri tahu Sakura agar berhenti mengiriminya surat karna itu mengganggu, tentu saja Inp tidak mengatakan apa yang dikaatakan Sasuke tapi Ino memang sempat menyampaikan kekecewaannya pada Sakura yang kemudian memicu kesalahpahaman antara dia dan Sakura.

"Berhentilah melibatkan orang lain untuk membenci Sasuke karna masalah pribadimu Ino, aku tidak seperti dirimu yang bisa membenci orang tanpa alasan yang jelas"

"Apa maksudmu Sakura? Apa kau pikir aku membenci Sasuke tanpa alasan yang jelas?"

"Kau pasti tahu apa maksudku Ino."

"kau salah Sakura, tentu saja aku punya alasan membencinya?"

"Benarkah? Tapi kau sama sekali tak pernah bisa memberitahuku apa alasanmu"

"Itu karna aku memang tak perlu memberitahumu dan seperti yang kau bilang aku tidak harus melibatkanmu dalam urusan pribadiku kan?"

"itu hanya alasan yang kau buat-buat saja karna nyatanya disini hanya kau satu-satunya orang yang bermasalah dengan Sasuke"

"Sudahlah Sakura, mulai sekarang merhentilah mengejar Sasuke" Ino memijit pelipisnya untuk menahan emosinya yang mulai naik keubun-ubun.

"Atas dasar apa kau menyuruhku berhenti?" Sakura mulai berteriak pada Ino, marah atas apa yang dikatakannya.

"tentu saja atas dasar persahabatan kita, aku tak ingin kau terluka karna Sasuke, apa kau tidak mengerti itu?" Balas Ino tak kalah kerasnya saat sakura mengangkat tangannya mengisyaratkan Ino untuk berhenti bicara lebih jauh.

"Diam Ino, jangan mengatasnamakan persahabatan demi keegoisanmu sendiri karna aku sudah muak denganmu, selama ini satu-satunya hal yang kau lakukan untukku hanya memaksakan pendapatmu sendiri, kau tidak pernah benar-benar peduli padaku kau bahkan tak pernah mau repot-repot untuk tahu apa yang kupikirkan dan bagaimana perasaanku, kau yang tidak mengerti Ino, bukan aku."

"A aku... Sakura..."

"...Lihatlah kau pasti tidak pernah tahu itu kan?"

"..." Ino kehilangan kata-katanya.

"Kenapa kau diam? Apa aku benar atau kau sedang kehabisan kata-kata untuk menyangkal semua itu? JAWAB AKU INO!"

"Maafkan aku Sakura, jika itu yang selama ini kau rasakan aku benar-benar minta maaf, tapi aku serius memberitahumu untuk berhenti mengejar Sasuke"

"Cukup Ino, kali ini aku yang memutuskan bukan kau" lalu Sakura mulai beranjak dari tempatnya, namun sebelum dia menjauh Ino mengatakan hal yang kemudian akan disesalinya sampai sekarang.

"Tapi Sasuke tidak menyukaimu Sakura" langkah Sakura berhenti dan berbalik menghadap Ino kembali.

"kau...bagaimana bisa kau mengatakan itu padaku Ino?" Sakura menggeleng tak percaya pada Ino yang mulai panik karna Sakura terlihat sangat kecewa padanya.

"Mulai sekarang kau bukan temanku lagi Ino, selamat tinggal"

Ino mulai putus asa saat Sakura mulai beranjak lagi meninggalkannya.

"Sasuke sendiri yang bilang, dia memintaku untuk memberitamu agar kau berhenti mengiriminya surat karna menurutnya itu mengganggu, aku tidak bohong Sakura, percayalah padaku Sakura!..." Ino berusaha keras meyakinkan Sakura tapi dia terus melangkah meninggalkaan Ino dengan tangis penyesalannya yang mulai pecah.

Setelah hari itu Ino menangis hampir tiap malam selama beberapa minggu, dan buntutnya dia semakin membenci Sasuke setiap kali melihat atau mendengar namanya disebut seolah nama Sasuke adalah sebuah kutukan yang akan membuatnya sial, meskipun Sasuke tinggal disebelah kamarnya tak sedikitpun Ino peduli dengan keberadaan Sasuke, Ino bahkan lebih senang menganggap keberadaan Sasuke tak pernah ada dengan mengabaikan, menghindar dan menutup diri.

"Ada apa Ino?" Chouji membuka Suaranya untuk bertanya.

"Tidak ada apa-apa"

"Memangnya dimana sepedamu?" Tanya Chouji.

"Dibawa kakakku"

"Jadi itu sebabnya kau berangkat bersama Sasuke tadi?"

"Aku tidak pergi bersamanya, dan tidak akan pernah"

"Apa kau tidak lelah membencinya terus Ino?"

"Tidak ada yang bisa membuatku lebih baik selain membencinya, kau harus tahu itu Chouji"

"Itu karna pilihanmu sendiri Ino, karna kau memilih membencinya daripada menerimanya"

"Apa kau berencana memperburuk moodku Chouji?" Ino melingkarkan salah satu lengannya pada leher Chouji dan menekan sebelah bahu Chouji dengan sikunya, tanda dirinya mulai kesal.

"Aw aaww...itte tte itte, baiklah baiklah maafkan aku..."

"Apa...? Aku tidak dengar"

"Maafkan aku Ino-Sama"

"Bagus kalau kau mengerti, sekarang diamlah dan kayuh lebih cepat aku tak mau kalau sampai si brengsek itu menyusul kita" seperti sebuah titah raja Chouji pun semakin mempercepat kayuhannya dengan sekuat tenaganya.

"Chouji, apa kau nanti ada kegiatan klub?"

"Aku ada latihan judo" meski memiliki tubuh gempal, Chouji tidak kalah gesit dalam urusan bela diri sejak kecil, bisa dibilang dia jagoan dalam bidang ini sebab dulu saat masih SD dia sering dijahili dan dipalak teman-temannya karna dianggp lemah, sejak itulah begitu masuk SMP dia mengambil kelas judo tiap pulang sekolah untuk mencegah hal itu terulang kembali, sejak saat itu tak ada lagi yang berni mengganggu Chouji.

"Apakah lama?"

"paling cepat jam setengah lima baru selesai"

"Haaaahh...ya sudah, trimakasih atas tumpangannya Chouji, aku ke kelas dulu" Ino sudah hampir melangkah saat Chouji memberikan saran padanya.

"Kalau kau mencari tumpangan, kau bisa coba tanya pada si koala Shikamaru"

"Oh iya, kau benar juga kalau begitu kita langsung ke kelasmu saja sekarang" kemudian Ino langsung menarik tangan Chouji begitu melihat Sasuke sampai diparkiran sepeda dekat Chouji menaruh sepedanya.

"Kita sudah jauh darinya kau bisa melepaskan tanganku sekarang Ino" Chouji terlihat agak ngos-ngosan karna dipaksa berjalan cepat mengkuti langkah Ino yang menariknya setelah sebelumnya sudah memaksanya mengayuh sepeda lebih cepat n berat dari biasanya sehingga menghabiskan lebih dari setengah sarapannya pagi itu.

"Eh, kenapa memangnya? Apa kau malu kalau aku menggandengmu seperti ini?" Ino sengaja merepatkan badannya untuk menggoda Chouji karna dia tahu dibalik kehebatannya dalam bermain judo Chouji tetaplah seorang pemalu jika berurusan dengan perempuan termasuk Ino, dan Ino sangat menikmati ekspresi malu dan tidak nyaman diwajah Chouji yang menurutnya menggemaskan.

"Ne ne Chouji, kau sangat imut saat malu-malu seperti itu hahaha..." Ino lalu melepaskan tangannya dari lengan Chouji begitu mereka mencapai pintu kelas Chouji.

"Ck...sialan, awas kau Ino, akan kubalas nanti"

"Uuuu...takuuutt hahaha...weeekk"ً

selanjutnya Ino sudah melesat kearah Shikamaru duduk meninggalkan Chouji yang masih menggerutu dan mencoba menetralkan debaran jantungnya dan rona merah diwajahnya, Ino benar-benar selalu bisa menggodanya bahkan hanya dengan caranya tertawa.

"Shikamaru kuuuunn...banguuun!"

"Hn, kali ini perlu apa lagi?" Shikamaru sudah hafal tabiat Ino yang akan memanggilnya dengan suffix -kun setiapa kali membutuhkan sesuatu darinya karna mereka adalah tetangga sekaligus teman masa kecil sama seperti Chouji, mereka berdua adalah budak Ino bahkan sampai sekarang, karna entah kenapa melihat Ino yang menyebalkan dan merepotkan seperti ini membuat mereka bertiga terutama diriny merasa lega daripada harus melihat Ino yang murung dan suram.

"Mmmm...apa sepulang sekolah nanti kau ada kegiatan klub?"

"Tidak, kenapa?"

"Yess, bagus kalau begitu"

"Dia mau minta tumpangan pulang Shika" Chouji mengambil alih Ino untuk menjawab, sedangkan Ino hanya mengangguk-angguk dan menunjukkan cengirannya.

"Memangnya sepedanya kemana?"

"Sepedanya dipakai kakaknya"

"Iyaa, jadi sepeda Deidara sedang diperbaiki makanya dia pinjam sepedaku untuk pergi kerja" terang Ino meyakinkan.

"Hn, baiklah nanti kita bertemu di gerbang sekolah"

"Siiip...oke!" Ino melingkarkan jarinya membentuk tanda oke didepan matanya lalu segera beranjak menuju kelasnya sendiri karna bel masuk telah berbunyi.

"Apa tadi dia berangkat bersamamu Chouji?"

"Begitulah, sepertinya Sasuke mengajaknya berangkat bersama tapi saat aku lewat dia malah memanggilku" jelas Chouji sambil mengangkat bahunya dan mulai membaca bacaan favoritnya manga.

"Sebenarnya aku masih tidak mengerti kenapa dia sangat membenci Sasuke, padahal kulihat Sasuke mencoba memberi perhatian padanya" ucap Chouji pada Shikamaru, seperti biasa guru mereka Kakashi terlambat masuk ke kelas lagi.

"Apa kau bodoh?"

"Apa maksudmu?" Chouji menoleh kearah Shikamaru karna merasa terganggu dengan kata-katanya.

"Jelas-jelas itu karna Ino iri pada Sasuke" Shikamaru menjawab sambil memainkan game ponselnya.

"Iri? Ken➖"

"Yo... Selamat pagi anak-anak" dan pembicaraan mereka tentang Ino pun harus berakhir karna guru mereka telah masuk.

.

.

.

Suara bisik-bisik memenuhi ruang kelas Ino, pelajaran pertama pun terinterupsi karna hadirnya anak baru yg datang bersama Temari sensei ke kelas itu, namun entah kenapa perkenalan yang harusnya singkat itu berubah menjadi sesi tanya jawab antara fans Dan manajer idolanya, Ino memutar matanya bosan saat menyadari bertambah lagi spesies sejenis Sasuke dikelasnya yg membuat Temari sensei begitu semangat memperkenalkan anak baru itu, dan dia sangat tidak menyukainya. Ino mengalihkan matanya ke arah langit di luar jendela, melihat langi biru dengan sedikit awan dan burung-burung yang terbang kesana kemari membuatnya mendadak damai.

Namun entah setan apa yang merasukinya tepat saat Temari sensei menyuruh Gaara si anak baru itu duduk Ino mengacungkan tangannya.

"Ya Ino...?"

"Emmm...boleh saya tanya kenapa sensei begitu semangat memperkenalkan dia, maksud saya apa kalian memiliki hubungan kerabat atau semacamnya?"

Hening.

Tak ada yang mengira Ino berani bertanya demikian, Temari sensei adalah guru yang paling keras setidaknya dalam membangun image disiplinnya, jadi dalam hal ini semua orang menatap Ino horor karna mengira dia sudah bersikap lancang pada temari sensei, tapi beberapa menganggukkan kepalanya membenarka pertanyaan Ino sehingga berikutnya tatapan penghuni kelas itu mengarah pada Temari sensei menuntut jawaban.

"Err...itu karna dia...dia ada―" Temari sensei agak tergagap karna kehilangan kat-katanya, namun segera diputus oleh jawaban mendadak Gaara.

"Aku adiknya" Gaara memberi tatapan tajam pada Ino saat dia berjalan ke arah bangkunya yang ada di belakang Ino, namun Ino justru membalas gumaman

"Oh, kupikir itu cukup menjelaskn kenapa tadi kau tak menyebutkan nama belakangmu" gumam Ino saat Gaara sampai didekatnya sebelum kemudian menempatkan dirinya dibelakang Ino, masih dengan tatapan membunuhnya pada Ino mengabaikan tatapan heran penghuni kelas lainnya.

"Ehmm...seperti yang sudah kalian dengar aku adalah kakak Gaara tapi itu bukan berarti aku akan memperlakukannya berbeda jadi aku minta kerja sama kalian jika Gaara melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, apa kalian mengerti?!"

"Haaai" beberapa anak hanya menjawab dengan gumaman dan anggukan membuat Temari sensei gagal menyembunyikan kecanggungannya. Ino berseringai mewakili sorak sorai kemenangan hatinya karna berhasil membuat Temari sensei mati gaya di hadapan murid-muridnya.

Jangan heran Ino menaruh benci pada Temari sensei karna guru itu secara tidak sadar sering memuji Sasuke didepan Ino tepatnya didepannya, bahkan sambil sesekali menyindir Ino tiap kali Ino melakukan kesalahan pada sikap atau pekerjaannya. Itu karna semua orang sudah tahu bahwa Sasuke tinggal dirumah Ino sebagai kerabat sehingga banyak orang yang tanpa sadar sering membanding-bandingkan Ino dengan Sasuke, dan itu membuat Ino makin jengkel.

Kini hari-hari Ino mungkin akan makin menjengkelkan karna akan ada dua idola yg mendiami kelasnya, ini bukannya pujian atau hiperbola Ino saja tapi hanya dengan melihatnya sekilas Ino sudah dapat memprediksi bahwa Gaara sebentar lagi akan menjadi the new prince charming disekolah itu yg akan menjadi bahan perbincangan selama beberapa minggu atau bahkan bulan kedepan hanya dari reaksi dan tatapan memuja teman-teman perempuannya dikelas.

Benar saja perkiraan Ino, begitu Temari sensei keluar semua teman perempuannya berebut untuk berkenalan dengan Gaara, diikuti beberapa anak lelaki, bahkan Naruto yang seharusnya berada dikapal yang sama dengannya, kapar Sasuke haters, juga tertarik untuk berkenalan dengan Gaara. Dasar penghianat, rutuk Ino dalam hati.

Sasuke masih tak habis pikir kenapa Ino sebegitu bencinya pada dirinya, Sasuke sudah tahu permasalahannya dan bukannya tak mau berusaha tapi Sasuke sudah tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan untuk membuat Ino berhenti membencinya, dia sudah mencoba bicara dan bersikap baik pada Ino tapi Ino tak pernah menghiraukannya, dia juga sudah mencoba menghentikan orang-orang berhenti mengagumi dan memujanya dengan bersikap dingin pada orang-orang itu, tapi bukannya berkurang jumlah murid-murid yang mengidolakannya justru bertambah karna mereka menganggap sikap dingin Sasuke malah membuatnya semakin keren hingga memberinya julukan the lovely Ice prince, berbanding terbalik dengan yang didapatkan Ino meski dia termasuk siswi paling cantik disekolah.

Pernah satu kali Sasuke mencoba bersikap ramah pada Ino disekolah berpikir dengan begitu mungkin orang lain juga akan mengikutinya, namun bukannya mendapat perlakuan baik Ino justru mendapat cibiran dan pembulian dari beberapa siswi yang menganggap Ino sebagai musuh karna membenci dirinya, hal itu sukses membuat Ino malah semakin menjauh dan membencinya, setelah itu sasuke berhenti melakukan sesuatu untuk Ino bukan hanya karna penolakan Ino tapi juga karna reaksi negatif dari para fansnya yang menganggap Ino sebagai musuhnya justru akan memperburuk keadaan.

.

.

.

Bel istirahat berbunyi, Ino sudah akan keluar ke kelas Shikamaru dan Chouji untuk makan siang bersama namun sebelum sempat beranjak dari bangkunya Gaara sudah berdiri disampingnya.

"Apa?" reflek Ino berkata ketus melihat Gaara.

"Gaara, siapa namamu?" Ino mendengus keras menatap tak suka pada Gaara sambil mengeratkan genggamannya pada kotak bento ditangannya membiarkan tangan Gaara menggantung diudara.

"Hei Ino, Gaara bertanya namamu, cepat jawab!" Tegur Karin padanya, Ino memberi tatapan membunuh pada Karin lalu kembali pada Gaara, dan dia masih enggan menjabat tangan Gaara, sungguh sikap yang kekanakan dan tidak jelas pasti tapi Ino tak bisa menyembunyikan ekspresinya.

"Sudah dengar kan namaku Ino, Ino memalingkan wajahnya menghindari tatapan heran teman-temannya atas sikapnya pada Gaara.

"Apa kau punya masalah denganku?" Ino hanya dia, Gaara sudah menarik tangannya saat dirasa Ino tak akanmenyambutnya.

"...atau dengan Temari sensei?"

"Tidak"

"Lalu?" Gaara mencondongkon tubuhnya pada Ino, mencoba mengintimidasi.

"Minggirlah aku mau lewat!" Ino langsung berdiri bersiap untuk pergi, tak ingin marah lebih dari ini.

"Apapun masalahmu dengan Temari jangan libatkan aku"

"Cih, seperti kau penting untuk dilibatkan saja" gumam Ino pelan.

"Kau bilang apa?"

"Minggiiirr...!" Ino bersaha mendorong Gaara untuk lewat kamu Gaara enggan mengalah. Tidak, Gaara tidak pernah mengalah pada siapapun, karna dia memang tidak pernah kalah sampai ayahnya memutuskan untuk menikah lagi hingga hidupnya yang sempurna harus dirusak oleh kedua kakak barunya dan berakhir disini, jadi dia tak mau menahan kekesalannya lagi hanya karna ini hari pertamanya.

"Coba saja kalau kau bisa" tantang Gaara, sudah lama dia tidak bersenang-senang.

"Sudahlah Gaara, Ino memang begitu, kau tak perlu menanggapinya serius" tiba-tiba Naruto datang dari belakang Gaara dan merangkul pundaknya, mencoba mencairkan suasana, beberapa anak masih menonton pergumulan mereka tanpa ada yg berniat menengahi.

"Apa maksudmu Naruto"

"Wow...wow...wow...tenanglah Ino Gaara ini anak baru"

"Iya benar, cobalah bersikap baik padanya, ini hari pertamanya memangnya dia salah apa padamu? Dasar aneh..." bela Karin kemudian.

"Ada apa ini?" Sasuke yang entah datang darimana ikut menengahi percekcokan mereka.

"biasa lah Sasuke-kun, Ino cari gara-gara lagi" Tayuya memperkeruh suasana.

"Ck..." Lagi-lagi aku yang salah, batin Ino makin kesal, Ino yang hampir meledak kemudian segera pergi dari tempat itu. Sepertinya rencana untuk makan siang dikelas Chouji dan Shilamaru harus batal karena dia butuh meledakkan emosinya ditempat yang sepi.

"Aaaaaaaaaaargh..."

Ino kesal sekali, Gaara malah lebih menyebalkan dari yang dia lihat. 'Sial sial siaaall...' umpat Ino dlam hati sambil menendang nendang pohon maple dihalaman belakang sekolah.

"Hah...hhaah...aaaarrrrgh...Sabaku brother sialan"

Kruyuuuukk

Ino masih ingin melanjutkan kemarahannya saat tiba-tiba dihentikan dengan suara perutnya yang lapar.

"Ck, cikusho..." Untungnya dia tidak lupa membawa bekalnya keluar kelas tadi.

"Marah-marah akan membutmu cepat lapar"

"Uhuk uhuk...hokk hookk..." Ino tersedak makanannya sendiri saat mendengar suara orang lain disebelahnya.

"Hei...kau tak apa-apa... Ini air, minumlah...pelan-pelan saja"

Setelah reda dari tersedaknya Ino menatap horor pada pemuda didepannya, sejak kapan dan bagaikan bisa dia ada disini? Tanyanya dalam hati.

"Kau, mau apa kau kesini?" Tiba-tiba suara Ino menjadi dingin tapi kepalanya kini tertunduk.

"..."

"Apa kau ingin menertawakanku?" Ino melirik sekilas kearah Ssuke sebelum kemudian memilih untuk membuang muka.

"Belajarlah untuk mengontrol emosimu Ino dan..." Kalimat Sasuke terhenti meneliti reaksi Ino.

"Dan apa?" Tanya Ino lirih, mencoba menahan getaran suaranya, entah kenapa tertangkap basah saat meluapkan emosinya yang meluap-luap apalagi oleh orang yang paling tidak ingin dia lihat membuatnya merasa campur aduk hingga tak bisa mengeluarkan kata-kata.

"Berhentilah membenciku"

Mata Ino sudah serasa ditusuk-tusuk ribuan jarum, panas dan berkabut.

"huhuuuhugshugs...huwaaaa...aku...hugs...benci...hugzhuhugz...kau...huhuuuuu..." Ino mengucek matanya menahan lelehan air matanya yang tak terbendung, dia benci situasi ini, dia benci Sasuke, dia benci dirinya sendiri yang seperti ini menangis seperti bayi tanpa bisa dia cegah.

"Ino..." Sasuke sudah akan meraih tubuh Ino yang lebih pendek darinya, tapi baru saja dia mencapai pundak Ino sudah menepis tangannya menjauh.

"Semua ini gara-gara kau" tuduh Ino masih dengan tangisnya yang masih belum berhenti.

Sasuke tidak tahu lagi harus berkata apa, dia sendiri juga kesal kenapa Ino jadi seperti ini, dan kenapa dirinya tak bisa berhenti peduli dengan gadis ini.

"Jangan bersikap seperti anak kecil, kau sudah tahu bahwa ini bukan salahku, kau hanya mencari kambing hitam untuk membenarkan kebenciantu atas ketidakmampuanmu mengungguliku"

"Ap...apa kau bilang?"

"Kau hanya pecundang Ino"

"Tidak...tidaak, aku bukan pecundang..." Ino menutup matanya menggelengkan kepalanya sambil berjongkok dan berteriak pada Sasuke.

"Kalau begitu kenapa kau tak bisa membuang kebencianmu padaku?" Sasuke masih meneruskan konfrontasinya.

Ino mendongak menatap marah pada Sasuke lalu bangkit dan meraih kerah Sasuke, mengguncangnya dan meluapkan kembali amarahnya.

"kau...kau yang datang dan merebut semuanya dariku, kau yang membuatku seperti ini, kau yang bersalah, kau yang pecundang..." Ino memukul mukul tubuh Sasuke, terus meraung dan bergumam tak jelas, Sasuke hanya menerima perlakuan Ino, dia ingin Ino mengeluarkan semuanya pada dirinya, dia rela menjadi satu-satunya objek kemarahan Ino asal itu bisa membuat peri kecilnya kembali.

"Aku membencimu Sasuke...hugz...hugz...sangat membencimu hugz..." Ino tertidur didada Sasuke karna kelelahan, nafasnya sudah lebih teratur meski masih sesekali diselingi sesenggukan. Sasuke memegangi tubuh Ino dengan satu tangannya agar tideak jatuh, sementara tangannya yang lain membelai kepala Ino yang ditutupi surai pirang dengan lembut dan sayang.

"Sas...Inoo..." Suara terkejut Shikamaru membuat sasuke menoleh.

"Sssstt..." Sasuke memberi isyarat pada Shikamaru untuk menekankan suaranya.

"Apa yang kau lakukan disini, dia kenapa?" Tanya Shikamaru heran.

"Dia tertidur karna kelelahan" jawab Sasuke sambil merubah posisi tidur Ino menjadi berbaring dipangkuannya.

"Tapi bagaimana bisa dia bisa bersamamu?"

"Haaahhh..." Sasuke menghela nafas panjang

"Seperti biasa dia marah padaku"

"Kali ini apa lagi?" Shikamaru mengikuti Sasuke untuk duduk.

"Entahlah, mungkin karna dia sudah terlalu membenciku" Sasuke masih belum berhenti membelai rambut Ino lebih seperti memainkannya.

"Apa kau baik-baik saja?" Sasuke memberi tatapan tak mengerti pada Shikmaru.

"Maksudku, tinggal dirumahnya?" Lanjut Shikamaru sambil merebahkan tubuhnya, dia berencana membolos sampai jam terakhir sendirian untuk tidur, tapi sepertinya itu tidak mungkin.

"Menurutmu?"

"Aku juga tidak tahu, kenyatannya kau bisa bertahan sampai sekarang dengan kebencian dan kemarahan Ino yang meledak-ledak"

"Apa itu sebuah pujian?" Sasuke melirik kearah Shikamaru dengan senyum miringnya.

"Mungkin"

"..."

"Ino itu gadis yang sulit ditangani, aku sendiri tidak yakin mampu bertahan jika berada diposisimu"

Hening, percakapan mereka terhenti beberapa saat membiarkan semilir angin menjelang musim panas membelai wajah mereka menikmati pikiran masing-masing, dengkuran halus Ino semakin memperdalam tidur lelapnya.

"Menurutmu, apa sebaiknya aku pergi saja?" Suara Sasuke memecah keheningan diantar mereka.

"Tanyakan pada dirimu sendiri, apa yang kau rasakan sekarang?"

"Aku juga tidak mengerti"

"Apa kau benar-benar ingin pergi, kau trlihat sangat peduli padanya"

"Aku memang peduli padanya, tapi aku merasa tak enak dengan paman dan bibi"

"Kalau begitu pergilah, mungkin itu lebih baik"

"Kau benar, jadi apa kau bisa membantuku?" Sejenak Shikamaru menaikkan alisnya.

"Tidak trimakasih, akan sangat merepotkan jika dia sampai menganggapku sebagai pengkhianat" jawab Shikamaru sambil menunjuk kearah Ino.

"Tenang saja, kau tidak harus menampungku"

"Lalu?"

"Bantu aku mencari tempat tinggal"

"Aku tidak janji"

"Aku akan mengntarnya ke UKS, jangan lupa jemput dia nanti"

"Aku tahu, pergilah aku mau tidur"

Sasuke mulai berdiri dan membawa Ino dalam gendongannya.

.

.

.