The Guardians

Chapter 1

Disclaimer: Hetalia Axis Powers © Hidekaz Himaruya

Manusia memiliki sifat negatif di dalam dirinya.

Sifat-sifat dan semua aura negatif itu terlepas dari diri manusia dan tak hilang begitu saja.

Semua energi negatif itu akan di serap oleh alam..

Dan energi itu akan berubah menjadi sosok berbahaya…

…yang disebut dengan 'Heartless'

Sore hari itu tampak tenang. Matahari tenggelam perlahan, burung-burung di udara tampak berpulang ke sarang.

"Ludwig! Ludwig!"

Eh Sepertinya sore itu bukanlah benar-benar sore yang tenang. Setidaknya itu bagi seorang pria Jerman.

"Benarkah 'itu' akan muncul di sini? Kapan? Berapa lama lagi?" Seorang pria berambut cokelat dengan kriwil di telinga kirinya tampak bersemangat. Matanya bersinar-sinar. Tangannya sibuk mengangkat kamera dan memotret ke sana-sini sementara dengan berisiknya ia terus bertanya pada rekannya yang berambut pirang, orang Jerman itu. Ya, si rambut cokelat tampak sangat sibuk, tak peduli dengan tujuan sebenarnya mereka ada di sana.

Ludwig, sang pria Jerman, berusaha sabar. Ia sudah biasa menghadapi kelakuan Feliciano, rekannya itu. Tapi…

"Berisiiiikkk! Tak bisakah kau tenang sedikit?" serunya kemudian. Akhirnya kesabarannya habis juga.

Feliciano pun terdiam. "I…iya," sahutnya. "Tapi aku benar-benar penasaran. Kali ini wujudnya seperti apa ya? Kuat atau tidak ya? Ah, tapi sekuat apapun itu, kita pasti bisa mengalahkannya! Ya, kita berdua, sedangkan dia kan datang sendirian. Pasti bisa kita kalahkan dengan cepat."

Mendengar itu, aura suram muncul di kepala Ludwig.

"Kau tahu.." katanya dalam hati. "…setiap ada kamu, aku justru mengalami hal buruk."

"Ah, tapi lama sekali dia muncul! Padahal pemberitahuan dari pusat sudah lama sejak tadi. Aku benar-benar tak sabar jadinya, kenapa ia tak cepat datang saja sehingga kita bisa membereskannya." Feliciano mulai mengoceh lagi.

Ludwig hanya bisa mengurut dada mendengarnya. "Semoga tugas ini cepat berakhir," pikirnya.

Dan mendadak… hawa jahat itu mucul.

"Tiarap!" seru Ludwig pada Feliciano.

Feliciano tersentak. Tiba-tiba saja ia merasa sesuatu hendak menyambar dirinya. Namun refleks ia segera menunduk. "Huuuaaaaaaaa!" serunya kencang.

"Akhirnya muncul juga." Ludwig tersenyum puas. Dikeluarkannya sebuah pistol dari sakunya.

Sosok misterius itu kini semakin jelas. Tampak seperti seekor burung besar seukuran manusia dengan sayap lebar. Sosok itu berwarna hitam gelap dan bermata putih bersinar.

"I…i….itu Heartless nya…vee.." Feliciano menatap sosok itu dengan gemetar. "Hiiii…kenapa sebesar itu…"

"Akan kuakhiri secepatnya." Ludwig bersiap menembak. Dalam hatinya ia merasa heran juga. Heartless kali ini memang sedikit lebih besar dari yang biasa dilihatnya.

"Ck…energi negatif manusia semakin bertumpuk rupanya," katanya dalam hati. "Sekarang ini yang harus kulakukan." Ludwig membidik sang Heartless.

Namun…

"Toloooongggg!" Feliciano berteriak. Mendadak sang Heartless meluncur ke arahnya! Feliciano pun berlari ketakutan. "Toloooonngggg! Tolong aku! Toloooonggg!" Sang Heartless mengejarnya dengan cepat

"Aaku aku akan melakukan apa sajaaaaa! Jangan kejar akuuuuu! Aaaaaa tolooongggg!" seru Feliciano ketakutan, membuat Ludwig terbengong-bengong.

"Da…dasar Italia bodoh!" kata Ludwig geram. "Kalau dia berlari seperti itu, bagaimana aku bisa menembak Heartless itu?"

"Aaaaaaaaaa!" Feliciano semakin ketakutan. Heartless itu semakin mendekat.

"Ck…Kenapa aku harus satu tim dengan orang seperti ini?" gerutu Ludwig. Ia ikut berlari mengejar Heartles dan Feliciano sambil bersiap menembak. "Oi, berhenti!" serunya.

Feliciano tak mendengarnya. Ia terus berlari kencang. Sang Heartless pun tampaknya tak mau berbalik. Ia tetap mengejar Italia malang itu.

"Hentikan, jangan mengejarkuuuu! Aku menyerah! Aku menyeraaahhh, vee~!" seru Feliciano.

Tapi Heartless tak memiliki hati ataupun perasaan. Mereka tak tahu apa arti kata menyerah. Sosok itu pun terus mengejar.

"Kubilang berhenti!" seru Ludwig kesal. Sejak tadi ia ingin menembak sang Heartless. Tapi dengan berlari begini?

Ludwig mulai kehilangan kesabaran. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menembak secara beruntun ke arah makhluk itu.

Terdengarlah suara tembakan berkali-kali.

Mendengar itu Feliciano berlari sambil melompat-lompat. "AAAAAA…Tidaaaaakkkk! Toloooonnnggg!" serunya. Ia takut peluru Ludwig nyasar mengenainya.

"Huh, matilah kau!" seru Ludwig. Ia mengganti pelurunya dengan….misil ?

Dooorrr! Ludwig menembak.

Sedetik kemudian terdengar suara ledakan dahsyat di sekitar sang Heartless. Melihat itu, Feliciano langsung berbalik dan berlarian ke arah Ludwig.

"Aaaaa…Ludwiggg!' serunya lega dengan berlinangan air mata. Feliciano langsung memeluk Ludwig erat-erat.

"Hei hei!" Pria Jerman itu kesal dan meronta-ronta ingin melepaskan diri.

"Hueeeee…terima kasih~ aku tertolonggg~" kata Feliciano padanya.

"Iya terserah! Tapi lepaskan aku, bodoh!" seru Ludwig.

"Hueeeee…" Feliciano seolah tak mendengar dan terus menangis di pundak Ludwig.

Pria Jerman itu semakin kesal. Minggir kau!" serunya sambil mengesampingkan tubuh Feliciano.

Dan mendadak ia terkejut melihat apa yang ada di depannya. Heartless tadi belum mati. Dan kini meluncur ke arah mereka berdua dengan cepat.

Craaakkkk…

"Mereka TER-LAM-BAT!" Seorang pria Inggris mendadak memukul meja dengan kesal. Ia bangkit berdiri dengan penuh amarah. "Padahal katanya ini pertemuan penting antara semua anggota Guardians. Tapi kenapa…. Kenapa jam segini… BELUM ADA YANG DATANG?" serunya kesal sambil menatap ketujuh kursi kosong di sekitar meja berbentuk bundar itu. "Kemana si Perancis, Amerika, Italia, Jerman, Cina , Jepang dan Rusia itu?"

Orang itu adalah Arthur Kirkland, seorang pria berkebangsaan Inggris yang merupakan salah satu dari The Guardians.

The Guardians?

Hm… tadi kita membicarakan tentang kemunculan Heartles bukan? Heartless itu adalah makhluk berbahaya. Mereka muncul dan hanya bergerak untuk menghancurkan. Mereka berbahaya dan bersifat merusak.

Untuk itulah The Guardians dibentuk.

Mereka adalah sekumpulan orang dari berbagai negara dengan berbagai kemampuan untuk melenyapkan Heartless dan menjaga perdamaian di bumi.

Hari ini sebenarnya mereka ada pertemuan penting. Pertemuan ini diadakan di sebuah negara di Asia Tenggara. Tapi…benar… hanya wakil dari Inggris yang baru datang, Arthur Kirkland. Kemana yang lainnya?

Ng…entah… Mari kita lihat!

Ludwig tak sempat bereaksi. Heartless telah meluncur ke arah mereka.

Mendadak…

Craaakkk…

Sebilah pedang membelah Heartless itu jadi dua. Dan kemudian sang Heartless lenyap seketika.

Seorang pria Asia tampak di belakang sosok monster tadi, sedang menyarungkan pedangnya.

"Ki…Kiku?" Ludwig masih terbengong, menatap pemuda itu tanpa bergerak.

"Kiku? Hueeeee…Kikuuu!" Feliciano tampak gembira. Air mata haru kembali berlinangan di wajahnya.

"Anda berdua baik-baik saja?" tanya pemuda bernama Kiku itu.

"Ah, iya. Terima kasih," sahut Ludwig sambil mendorong Feliciano agar menjauh darinya. "Aku sedikit lengah tadi."

"Vee~ Tadi Heartless itu menyeramkan! Ia mengejarku kemanapun aku berlari! Aku takut, Vee~!" kata Feliciano.

Ludwig malah menatapnya tajam dengan pandangan 'Ini semua gara-gara kamu'

"Ng…karena sudah beres, bagaimana kalau kita segera ke pertemuan sekarang? Kita pasti sudah ditunggu di sana." Kiku mengalihkan pembicaraan sebelum terjadi perang (?) antara kedua orang itu.

"Oh pertemuan?" Ludwig kaget dan melihat jam tangannya. "Kau benar, kita sudah terlambat! Heartless itu muncul lebih lambat dari yang diperhitungkan" katanya.

"Eeh…sudah jam segini? Feliciano ikut kaget melihat jam tangannya. "Memang pertemuan itu jam berapa ya?" sambungnya kemudian yang membuat kedua temannya sweatdrop.

Akhirnya perlahan mereka berbalik, hendak berjalan menuju tempat pertemuan.

Akan tetapi…

"Sepertinya kita masih belum boleh bersantai," kata Ludwig. Ia berbalik lagi, diikuti oleh Kiku.

Feliciano menatap mereka dengan panik dan gelisah. "Ada apa? Ada apa?" tanyanya.

"Jangan jauh-jauh dari kami, Feliciano-san," kata Kiku padanya. Ia bersiap menarik katananya.

Ludig juga telah menggenggam pistolnya.

Hawa jahat mulai terasa di sekitar mereka bertiga. Semakin kuat dan semakin nyata.

"A…aaaaah…" Feliciano gemetar.

Tiba-tiba kabut hitam mengelilingi mereka. Semakin lama semakin tebal. Kabut itu perlahan berkumpul di beberapa titik, dan memunculkan beberapa Heartless dalam waktu bersamaan.

Ludwig tersenyum dengan penuh kewaspadaan. "Mereka datang," katanya kemudian.

TO BE CONTINUED