Warning ! Yaoi Area
Chanbaek
Chanyeol - Baekhyun
My Rich Boyfriend
By : pcy-bee
Sorry For Typo
Happy Reading !
.
.
Note :
Bacanya pelan-pelan saja...soalnya ini lumayan panjang, meski tak sepanjang anunya bapak Ceye :)
.
.
"Yaakk! kalian mau membawaku kemana?! yakk! lepaskan aku!?"
Park Chanyeol berteriak sekeras yang ia bisa kala dua orang berbadan dan berpakaian serba hitam menyeretnya dengan paksa untuk masuk dalam sebuah mobil mewah.
Niat awal yang akan pergi mengambil ponselnya yang tertinggal di bengkel tempat ia bekerja urung karena tiba-tiba di hadang di tengah jalan oleh dua orang tak dikenal dan kini malah menjadikannya sebagai korban dari sebuah aksi penculikan.
Kejadian yang begitu cepat dan malam yang terlalu larut membuat aksi penculikan tersebut tak memiliki kendala yang berarti karena memang tak ada satu orangpun yang tengah berlalu lalang disekitar sana.
Bugh!
Tubuh jangkung Chanyeol terhempas di jok belakang mobil dengan keras. Sementara itu dua orang berbadan besar tadi duduk menghimpitnya kanan kiri. Sang supir yang memang sudah menunggu di dalam mobil langsung menancapkan pedal gas begitu di rasa seluruh penumpang sudah duduk nyaman di kursi masing-masing.
"Yakk! kenapa menculikku?! jika kalian menginginkan tebusan uang, maka kalian salah orang! aku hanya orang mis_"
"Diam atau kurobek mulutmu!" Salah satu pria berbadan besar yang menghimpitnya memotong kalimat Chanyeol dengan keji, membuat lelaki bermarga Park itu diam seketika.
Keringat dingin mengalir deras dengan jantung yang berpacu serasa ingin meledak. Apa dia akan dibunuh? tapi kenapa mereka ingin membunuhnya? Chanyeol merasa hidupnya tak pernah bermasalah dengan siapapun, tapi kenapa tiba-tiba ia di culik? apa mereka akan mengambil organ tubuhnya dan dijual ke pasar gelap?
Dalam hati Chanyeol melantunkan doa kepada Tuhan agar Tuhan mau berbaik hati menyelamatkan nyawanya. Setidaknya biarkan dia melepaskan keperjakaannya dulu sebelum dia benar-benar dibunuh dan dimutilasi.
Lima belas menit berlalu tanpa suara dan akhirnya mobil yang di tumpangi Chanyeol berhenti di sebuah tempat yang Chanyeol sendiri tidak mengetahui dimana ia berada sekarang.
Kembali tubuh jangkung Chanyeol diseret keluar mobil dengan kedua lengan yang dihimpit oleh dua orang berbadan besar tadi. Mereka kemudian berjalan menuju pintu masuk sebuah rumah besar.
Chanyeol menjatuhkan rahang takjub. Di hadapannya saat ini tengah berdiri sebuah rumah mewah nan luas yang bahkan seratus kali lebih besar jika di bandingkan rumah reotnya. Astaga! apa ini istana?
Matanya tak berhenti berbinar kagum setelah berhasil menginjakkan kaki di dalam rumah mewah yang bahkan ia tak tahu milik siapa.
Chanyeol akui jika ia memang kampungan, jelas saja jika selama ini dia hanya tinggal di kawasan kumuh jauh dari kata layak huni. Makan dan kebutuhan sehari-harinya saja harus bergantung pada gaji yang ia dapat saat bekerja di bengkel milik Oh Sehun.
Meski hidup jauh dari kata berkecukupan dan tak memiliki orang tua, Chanyeol tetap mensyukuri apapun yang ia miliki saat ini. Terlebih lagi dia memiliki tubuh yang sehat dan hal itu sudah lebih dari cukup untuk dia bertahan hidup di tengah kemiskinan yang melanda.
Terlalu sibuk membanding-bandingkan hidup, hingga membuat Chanyeol tak menyadari jika mereka sudah sampai di ruang tamu rumah itu.
"Duduklah, tuan muda akan segera turun."
Meskipun di penuhi dengan ribuan pertanyaan yang berputar di kepala namun Chanyeol tetap menuruti yang diperintahkan si manusia berbadan besar. Ia mendudukkan diri di sebuah sofa panjang yang ada di sana dengan hati berdebar menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi.
Ini tidak seperti kasus penculikan yang biasa ia tonton di TV. Jika ia menjadi salah satu korban sindikat perdagangan organ tubuh, bukankah seharusnya Chanyeol dibawa ke sebuah gudang yang gelap dan pengap. Lalu kenapa ia malah dibawa ke tempat yang lebih layak disebut istana seperti saat ini?
"Oh, hyung sudah datang?!"
Sebuah suara lembut menyapa gendang telinga Chanyeol dan menemukan sosok remaja laki-laki berbadan mungil melangkah kearahnya. Cantik, meski Chanyeol yakin bocah itu adalah seorang laki-laki sama sepertinya. Kulitnya putih dengan rambut pirang yang tak begitu terang semakin membuat anak itu terlihat bersinar. Tubuh bocah itu tergolong mungil jika dibandingkan dengan Chanyeol yang memiliki badan berotot serta tinggi yang menjulang.
Untuk yang kesekian kalinya Chanyeol di buat takjub atas makhluk indah yang kini telah duduk di sisinya serta jangan lupakan senyuman manis yang Chanyeol yakin bisa membuat gula iri saking manisnya.
Apa ini tuan muda yang si badan besar tadi maksudkan? kenapa tuan muda mereka cantik sekali? lalu kenapa bocah cantik itu memanggilnya hyung? apa mereka saling kenal? tapi Chanyeol yakin bahwa ini untuk pertama kalinya mereka bertemu muka.
"K-kenapa kau menculikku?" Chanyeol bertanya sedikit gugup, tentu saja gugup karena kini si mungil nan cantik itu tengah bergelayut manja di lengannya.
"Menculik?" Si mungil bertanya dengan wajah mendongak ke atas menatap pada Chanyeol, masih dengan tangan yang melilit lengan berotot milik si tampan Park.
Chanyeol bersumpah, wajah kebingungan milik makhluk cantik di hadapannya ini adalah wajah paling mengemaskan yang pernah ia temui selama duapuluh lima tahun hidupnya di dunia.
"Ya-ya...bukankah kau menyuruh mereka untuk menculikku?" Chanyeol menunjuk pada dua manusia berbadan besar yang tadi telah berjasa membawannya kerumah besar ini, namun kini mereka sudah sibuk beralih tugas untuk berjaga didepan pintu masuk.
"Kenapa hyung berfikir begitu?"
Sekali lagi Chanyeol dibuat serangan jantung mendadak kala mendapati wajah mengemaskan itu lagi.
"K-karena mereka menyeret dan membawaku dengan paksa ke tempat ini."
Si cantik menatap Chanyeol lagi dan semakin menempelkan badannya pada lengan berotot Chaneyol. "Apa mereka melukaimu? aku akan memecatnya jika benar begitu."
"Tidak, tidak...mereka sama sekali tidak melukaiku. Hanya saja apa tujuanmu menculikku? aku bukan orang kaya dan kau tak akan mendapatkan apapun meskipun kau memeras darahku." Chanyeol berujar sambil sesekali mencuri jarak dengan cara beringsut sedikit menjauh dari bocah yang tidak ia kenali itu.
"Aku tahu~" bukannya mengerti akan kerisihan yang Chanyeol alami, bocah cantik itu malah kembali mengikis jarak mereka sehingga badan mereka kembali menempel bak di lem.
Chanyeol mengernyitkan alis bingung saat mendapatkan jawaban itu. "Kau tahu? jika kau tahu aku orang miskin, kenapa masih saja menculikku?!"
"Hei, sudah ku bilang ini bukan penculikan. Aku hanya meminta mereka untuk membawa hyung kemari."
"Kenapa harus dengan kekerasan bukankah lebih baik memintaku secara baik-baik?"
"Apa jika orang asing memintamu untuk bertemu kau akan menurut begitu saja? yang ada kau akan curiga dan melarikan diri, benar bukan?"
Yang di katakan si mungil ada benarnya juga. "Jadi untuk apa kau membawaku kemari? kau akan membelah tubuhku dan mengambil ginjalku? sayangnya aku tak pernah makan dengan baik, jadi percuma saja mengambil organ tubuhku. Aku sendiri tak yakin, apakah mereka baik-baik saja di dalam sana."
Yang lebih kecil mendengus kasar lalu melepaskan belitan tangannya dari lengan Chanyeol sekedar memberi waktu untuk yang lebih tua agar bisa duduk nyaman. "Sebelum aku menjawab apa tujuanku membawamu kemari. Tidakkah hyung penasaran denganku?"
Demi belalai gajah Sinchan! tentu saja Chanyeol penasaran, tapi tak ada gunanya untuk sekarang ini jika pada kenyataannya dia tak akan bernafas lebih lama lagi didunia ini.
"Penasaranpun tidak akan ada gunanya jika sebentar lagi aku akan mati."
"Tapi setidaknya hyung harus tahu nama pacar hyung sendiri." kata bocah itu dengan enteng, seolah mengatakan bahwa besok Chanyeol akan mendapatkan bonus gajian.
"Pacar?"
"Ya, pacar. Kau dan aku. Park Chanyeol dan Byun Baekhyun, mulai hari ini adalah sepasang kekasih." Yang baru saja memperkenalkan diri sebagai Byun Baekhyun menunjuk pada dirinya sendiri dan Chanyeol bergantian.
Mata Chanyeol yang sudah lebar semakin melebar saat mendengar jawaban menyimpang dari bocah bernama Baekhyun tersebut.
"APPAAA!"
"Aish, kenapa berteriak? hyung mau membuat pacarmu ini tuli, ya?" Baekhyun mengorek kupingnya yang terasa berdengung menggunakan jari telunjuk.
"Astaga! apa-apaan ini? jika kau sedang ingin bermain-main, bermainlah dengan anak seusiamu! aku sudah terlalu tua untuk bermain pacar-pacaran dengan bocah SMP sepertimu." protesan pertama Chanyeol lontarkan.
"Hyung, aku ini siswa SMA~! aku serius dan tidak sedang mengajakmu bermain pacar-pacaran." sekali lagi Baekhyun membelit lengan Chanyeol penuh manja.
Yang lebih tua mendengus kasar, tangannya ia bawa untuk melepaskan belitan tangan Baekhyun yang melingkar pada lengannya.
"Baekhyun-ah, kita tidak saling kenal sebelumya dan lagi aku hanyalah manusia miskin yang tak pantas menjadi kekasih orang kaya sepertimu. Jadi izinkan aku pulang dan kita jalani hidup masing-masing seperti sebelumnya, oke."
Chanyeol sudah berdiri dan mulai berjalan menjauh namun belum sempat ia mengambil lima langkah, sebuah suara menginterupsinya dan membuat ia kembali berbalik menghadap Baekhyun.
Crek!
Hal pertama yang Chanyeol dapati adalah Baekhyun yang tengah merobek kaosnya sendiri. Bukan hanya itu saja karena kemudian Chanyeol kembali di kejutkan dengan aksi Baekhyun yang mengacak-acak rambut dan menggigit ujung bibirnya sendiri hingga berdarah.
"Jadi kekasihku atau hyung akan aku laporkan pada polisi atas tuduhan pemerkosaan."
Chanyeol hampir menjatuhkan rahang kala mendengar ancaman si tuan muda Byun. Apa-apaan ini, siapa yang memperkosa siapa?
Tak berhenti sampai disitu karena kini Baekhyun telah menunjuk pada dua orang berbadan besar yang entah sejak kapan telah kembali menahan masing-masing lengan Chanyeol.
"Jadi mana yang hyung pilih? menjadi kekasihku atau aku akan menyuruh mereka menyeretmu ke kantor polisi sekaligus menjadi saksi atas tindak pemerkosaan yang hyung lakukan padaku."
'Astaga! dosa apa aku hingga bisa terjebak dengan bocah tengik dan sialnya sangat cantik ini?' jerit Chanyeol dalam hati.
Tapi sekarang Chanyeol bisa apa selain menuruti ajakan berkencan si mungil, itu lebih terdengar manusiawi jika di bandingkan mendekam dalam penjara atas tuduhan pemerkosaan yang bahkan tak pernah ia lakukan.
Tapi memperkosa Baekhyun sepertinya bukan ide yang buruk, bukan?
"Ya, ya aku menyerah. Lakukan saja sesukamu tuan muda Byun." akhirnya Chanyeol memutuskan untuk menyerah.
"Yeyyy~~ jadi sekarang kita adalah kekasih?" Baekhyun bertanya dan setelah itu tersenyum lebar sambil melonjak-lonjakkan kaki di atas sofa.
"Bukankah itu yang kau mau?"
Baekhyun tak segera menjawab, karena kini ia telah sibuk berlari dan berhambur pada pelukan Chanyeol.
"Terima kasih~"
.
.
Untuk kesekian kalinya Park Chanyeol harus menghembuskan nafas kasar tanda menahan diri untuk tidak memakan orang hidup-hidup.
Bagaimana tidak jika siang ini dia selalu saja dibuntuti oleh manusia mungil semacam Byun Baekhyun. Tidak masalah jika ini dirumah atau di tempat yang lebih pantas, tapi ini ditempat kerja, men. Chanyeol kan jadi tidak enak sendiri pada sang bos, jika ketahuan bekerja di tunggui pacar.
Oh, apakah Chanyeol baru saja mengakui Baekhyun sebagai pacar?
Setelah semalam Baekhyun menculik dan memaksanya menjadi kekasih si tuan muda Byun, kini Chanyeol harus merelakan diri diikuti kesana kemari oleh sang kekasih. Bahkan Baekhyun tak melepaskan sedikitpun pandangan matanya dari Chanyeol yang tengah sibuk memperbaiki mobil dibengkel tempatnya bekerja.
"Hyung, kau berkeringat." Baekhyun bangun dari duduknya dan mendekati sang kekasih yang telah selesai memperbaiki mobil. Tangan mungilnya terulur untuk mengusap dahi dan pelipis Chanyeol yang di basahi peluh menggunakan sapu tangan yang dia genggam.
"Baekhyun-ah, tak bisakah kau pulang saja? Ini sudah sore omong-omong. Kau bahkan belum menganti seragammu, setidaknya pulanglah dulu setelah selesai sekolah dan ganti baju, oke."
Chanyeol menasehati pada yang lebih muda karena sepulang sekolah tadi Baekhyun tak langsung pulang kerumah dan malah menghampirinya ke bengkel dengan seragam SMA yang masih lengkap.
"Tapi aku masih rindu~. Lagi pula tidak ada yang menungguku dirumah." kata si mungil dengan nada merengek dan jangan lupakan kedua tangannya yang melilit manja lengan berkeringat milik Chanyeol.
"Lepaskan tanganmu, Baek. Aku kotor dan juga berkeringat, nanti kau jadi ikut-ikutan bau." Chanyeol berujar dengan tangan yang sibuk mendorong si mungil agar menjauh.
Alih-alih peduli, Baekhyun malah semakin erat melilit. "Tak apa~ aku suka dengan baunya Chanyeol hyung. Jadi biarkan seperti ini, oke."
Mungkin awalnya Chanyeol sedikit risih dengan keberadaan Baekhyun yang selalu ada disekitarnya, namun lama-lama dia mulai terbiasa karena Baekhyun itu ternyata anak yang riang dan banyak bicara sehingga kecanggungan di antara mereka tidak terlalu terasa meski baru semalam bertemu muka.
Walaupun sudah sedikit merasa nyaman dengan adanya Baekhyun sebagai kekasihnya. Tak lantas membuat Chanyeol memperlakukan si cantik layaknya orang saling mencintai karena memang Chnayeol belum merasakan hal itu untuk kekasih mungilnya. Tapi bukan berarti Chanyeol memperlakukan Baekhyun dengan buruk, jadi untuk kenyamanan bersama si marga Park lebih memilih menganggap Baekhyun seperti adiknya sendiri.
"Astaga! baiklah, tapi setidaknya biarkan aku ganti baju dulu dan kita pulang bersama, hm."
Dan pernyataan Chanyeol kali ini sukses membuat Baekhyun melepaskan belitannya. "Apa hyung sudah selesai bekerja?"
"Ya. Jadi bisakah aku ganti baju sekarang juga?"
"Hm, cepat ganti baju. Aku akan menunggu hyung disini dan kita pulang bersama."
.
My Rich Boyfriend
.
"Tunggu disini, aku akan mencarikan baju ganti untukmu dan setelahnya kau bisa pergi mandi, oke." Chanyeol berujar sambil menekan lembut bahu Baekhyun agar duduk disofa ruang tamu rumah reot miliknya.
Setelah mendapatkan anggukan dari Baekhyun maka Chanyeol melangkah menuju ke dalam kamarnya untuk mencarikan baju ganti bagi sang kekasih.
Saat ini mereka memang tengah berada dirumah Chanyeol. Baekhyun yang ngotot tidak ingin pulang membuat Chanyeol mau tak mau membawa kekasihnya itu pulang kerumah.
Sempit dan juga berantakan, begitulah pikir tuan muda Byun. Namun harum jantan khas Chanyeol membuat Baekhyun ingin sekali berlama-lama disana meskipun rumah yang ia kunjungi saat ini jauh dari kata setara dengan rumahnya sendiri.
Tak butuh waktu lama untuk Baekhyun menunggu karena nyatanya kini Chanyeol telah kembali dengan sepasang pakaian di tangannya.
"Pakailah ini, mungkin terlalu besar untukmu. Tapi itu lebih baik daripada memakai seragam sekolah terus menerus." Chanyeol menyodorkan kaos putih polos beserta celana kolor berwarna hitam ke arah Baekhyun dan di terima dengan baik oleh si mungil.
"Mandilah dulu, kamar mandi ada disana." sambung Chanyeol lagi sembari menunjuk pada sebuah ruangan di salah satu sudut rumah.
"Hyung, tak bisakah kita mandi bersama?" kata Baekhyun dengan wajah memelas bagai anjing kecil yang tidak di ajak main majikannya.
Chanyeol memerah untuk alasan yang tak pasti kala kalimat polos itu terlontar dari belah bibir merah muda milik Baekhyun. Mandi bersama? yang benar saja! bisa gila jika Chanyeol menuruti keinginan kekasihnya. Yang ada dia akan menerkam Baekhyun hidup-hidup, melihat pantat padat Baekhyun saja sudah membuat Chanyeol menelan liur susah payah.
"Ti-tidak, Baek. A-aku harus mempersiapkan makan malam untuk kita. Bukankah kau lapar?" gugup yang lebih tua.
"Ah, tidak bisa ya. Baiklah, aku akan mandi dulu kalau begitu." setelah menyelesaikan kalimatnya, Baekhyun beranjak dari duduk dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang Chanyeol tunjukkan tadi.
Sementara menunggu Baekhyun mandi, sang tuan rumah bergegas membawa kakinya menuju dapur bersiap membuat makan malam.
Dasarnya orang miskin, maka yang Chanyeol buat hanyalah dua mangkok ramen beserta kimchi dan air putih saja. Berharap Baekhyun tak keberatan memakan makanan khas orang miskin seperti yang tengah disajikannya saat ini.
"Hyung, apa kau tak memiliki celana lain? celana ini terlalu besar untukku."
Suara yang tiba-tiba terdengar membuat Chanyeol yang tengah minum air putih berbalik arah pada sumber bunyi.
"Uhuk- Uhuk..." Chanyeol tersedak air putih yang belum sempat ia telan kala melihat pemandangan mengoda di hadapannya saat ini.
Bagaimana tidak jika Baekhyun tengah berdiri dengan hanya mengenakan kaos kebesaran miliknya yang menutupi sebatas paha sementara bagian bawahnya telanjang tak terhalang apapun. Chanyeol menatap intens bagian paha mulus milik Baekhyun yang tidak tertutupi, terlihat begitu halus bahkan tanpa dia sentuh sekalipun.
"Hyung kau mendengarku?"
Suara Baekhyun menyadarkan Chanyeol dari pikiran kotornya yang ingin mengusap dan mencumbu paha itu. Dengan antara sadar dan tidak, Chanyeol menatap berdosa pada sang kekasih. Ya, berdosa karena ia baru saja memiliki pikiran mesum yang iya-iya.
"Ah, tapi itu adalah celana paling kecil yang aku punya, Baek."
"Ya, sudah...kalau begitu aku tak pakai celana saja. Celana ini bahkan melorot saat sampai dipingangku." kata Baekhyun lalu melemparkan celana Chanyeol sembarangan ke atas sofa.
"Tak apa, kau kan sudah memakai celana dalam. Lagipula kaus itu juga sudah cukup menutupi bagian bawahmu."
"Tapi aku juga tidak sedang pakai celana dalam, hyung." kata Baekhyun sambil melirik bagian bawahnya sendiri sedikit memalu.
Chanyeol sudah akan kembali tersedak air liurnya sendiri kala mendapatkan jawaban polos dari sang kekasih. "Kenapa tidak pakai?"
"Hyung kan tidak memberiku celana dalam."
"Kau kan bisa pakai celana dalammu yang tadi pagi."
"Eieww...itu jorok, hyung." kata Baekhyun sambil mengernyit jijik. Memakai celana dalam bekas tadi pagi bukanlah gayanya.
Jika dipikir-pikir yang dikatakan Baekhyun ada benarnya juga. Tapi bukankah itu lebih baik dari pada tidak pakai celana apapun. Begitulah pikir Chanyeol.
"Untuk malam ini saja, dari pada kau masuk angin dan bagian bawahmu kedinginan." kata Chanyeol namun malah mendapatkan gelengan dari si mungil.
"Tidak! biarkan saja, penisku akan gatal jika memakai celana dalam bekas dan jika aku kedinginan, kan ada hyung yang bisa menghangatkan." Ujar si mungil sambil tertunduk malu menyembunyikan rona merah yang menjalari pipinya.
Kembali Chanyeol di buat tak berkutik dengan jawaban dari yang lebih muda. "Ekhem..." berdehem sejenak guna mengurangi rasa gugup yang mendera. "...duduk dan makanlah dulu. Maaf aku hanya bisa memberimu makan semangkuk ramen."
Baekhyun menurut dan berjalan menuju kursi meja makan di seberang Chanyeol. Lalu menyantap makanan di hadapannya dengan suka cita, tak mengeluh sedikitpun meski hanya masakan apa adanya dan hal itu membuat Chanyeol bersyukur dalam hati.
"Hyung, bolehkah aku menginap? ini sudah terlalu larut untukku pulang kerumah." Baekhyun bertanya setelah menyelesaikan makan malamnya.
"Tentu, kau bisa tidur dikamarku dan aku akan tidur di sofa."
"Kenapa tidak tidur bersama saja? maksudku ini pertama kalinya aku menginap disini jadi aku sedikit takut jika harus tidur sendirian ditempat asing."
Yang lebih tua mencoba mengerti dan memahami, jadi Chanyeol memilih mengangguk tak keberatan. Lagi pula dia akan merasa tidak nyaman jika harus tidur disofa yang sempit sementara tubuhnya saja menjulang bak raksasa.
"Baiklah, kau tunggulah dikamar. Aku akan mandi dulu." kata Chanyeol dan diangguki oleh Baekhyun.
.
.
Lama Baekhyun habiskan untuk menunggu didalam kamar Chanyeol tapi nyatanya sang kekasih tak juga menampakan batang hidungnya. Takut jika Chanyeol terpeleset dikamar mandi lalu pingsan, maka Baekhyun memilih untuk bangkit dari atas ranjang dan berjalan keluar kamar.
Tok tok tok
Baekhyun mengetuk pintu kamar mandi tempat Chanyeol sedang membersihkan diri. "Chanyeol hyung~! apa kau masih lama didalam?"
Cklek!
Pintu kamar mandi terbuka dengan Chanyeol yang menampakan wajah berbusanya. Hanya sekitaran dagu dan bawah hidung karena ia tengah berniat untuk bercukur.
"Apa kau takut dikamar sendirian? tunggulah sebentar lagi, aku sedang akan bercukur." kata Chanyeol lembut. Saat ini ia hanya memakai celana sebatas lutut sementara tubuh bagian atasnya telanjang menampakan perut berotot yang terlihat keras meski tak terlalu berbentuk.
"Bolehkah aku membantumu? aku bosan dikamar sendirian." si mungil menawarkan diri dan langsung diangguki oleh yang lebih tua.
Chanyeol membuka pintu kamar mandi lebar-lebar agar Baekhyun bisa masuk kedalam. Kemudian ia menyodorkan alat cukur pada kekasihnya. "Nah, kau bisa melakukannya sekarang."
"Hyung, bisakah kau mencuci wajahmu dulu? busa itu menyulitkanku omong-omong."
Chanyeol tak menjawab, karena sekarang dia memilih untuk menuruti Baekhyun dengan mencuci bersih wajahnya.
"Duduklah disini. Hyung, terlalu tinggi untukku." perintah Baekhyun sambil menepuk dua kali kloset duduk kamar mandi dan sekali lagi Chanyeol hanya menurut.
Setelah dirasa Chanyeol duduk nyaman diatas kloset, Baekhyun tak segera melakukan tujuan awalnya dan kini malah mendudukkan diri dipangkuan Chanyeol dengan wajah mereka yang berhadap-hadapan.
"B-baek...apa yang kau lakukan?" Chanyeol bertanya gugup kala merasakan pantat empuk Baekhyun yang berada diatas pahanya.
"Ini lebih nyaman untukku membantumu bercukur, jadi hyung diam saja, oke." kata Baekhyun sambil mengenggam lembut dagu kekasihnya menggunakan sebelah tangan sementara sebelahnya lagi ia gunakan untuk memulai kegiatan bercukur.
Seperti yang Baekhyun perintah, maka yang dilakukan Chanyeol saat ini hanya duduk diam sembari mengamati wajah serius yang lebih muda.
Baekhyun itu cantik. Amat sangat cantik, entah itu dalam keadaan berceloteh, mengomel, merengek ataupun serius seperti saat ini. Semua sama-sama cantik dimata Chanyeol, tapi sayang Chanyeol hanya menganggap perasaan Baekhyun padanya hanyalah sekedar main-main belaka.
"Arghhh..." Chanyeol memekik tertahan kala pisau cukur itu mengores ujung dagunya dan hal itu membuat si mungil dalam pangkuannya panik.
"Astaga! Hyung, maafkan aku...aku tidak sengaja... Ya tuhan! Bagaimana ini? Ini berdarah, haruskah kita pergi kerumah sakit..." Baekhyun menatap cemas pada Chanyeol dan tanpa sengaja pantatnya menekan penis si marga Park yang masih terbungkus celana.
Chanyeol berusaha sekuat tenaga menahan erangannya kala belahan pantat Baekhyun semakin menekan juniornya. Tak tahukah Baekhyun jika penis itu sudah mulai bangun dari tidurnya?
"Hei! Tak apa, ini hanya luka kecil Baek. Dan ku mohon jangan terlalu banyak bergerak, oke."
"Ta-tapi_"
"Sungguh, aku baik-baik saja. Jadi bisakah kau berdiri sekarang... Ugh~" Yang lebih tua tak mampu lagi menahan erangannya kala penis yang mulai bangun itu terus bergesekan dengan pantat si mungil.
"Wae? wae? apa ada yang sakit selain didagu?" Bukannya bangun dari pangkuan Chanyeol, Baekhyun malah menangkup wajah sang kekasih mengunakan kedua telapak tangannya.
"Aniya! tak ada yang sakit hanya saja yang dibawah sana mulai membengkak karena kau terlalu banyak bergerak." Chanyeol berkata jujur, berharap si cantik mengerti dan segera berdiri dari pangkuannya. Namun harapan tinggal harapan karena tangan Baekhyun kini tengah bertenger nyaman diatas penis tegangnya.
"Apa yang hyung maksud adalah ini?" kata Baekhyun dengan wajah polos membuat keringat dingin mulai membasahi pelipis Chanyeol tanda ia benar-benar berusaha sekuat tenaga menahan birahinya sendiri.
"Ughh~ Baek, kenapa kau meremasnya?" sekali lagi Chanyeol melengguh nikmat saat tangan jahil Baekhyun mulai menekan penisnya menggunakan tangan.
"Bukankah rasanya enak?" remasan Baekhyun semakin menjadi membuat Chanyeol mengigit bibir susah payah meredam erangannya.
Tidak! ini terlalu jauh. Mereka tidak dalam hubungan yang harus melakukan hal seintim ini, jadi kembali pada akal sehatnya. Maka Chanyeol memilih untuk mengangkat Baekhyun untuk berdiri dari pangkuannya dan menatap menusuk pada si cantik.
"Berhenti dan kembalilah kekamar." final Chanyeol.
.
My Rich Boyfriend
.
Dua manusia berbeda usia itu berbaring tak nyaman diatas ranjang milik Chanyeol. Saling berpunggungan dengan Baekhyun yang menghadap tembok dan Chanyeol yang berada di tepi ranjang hampir jatuh karena memang ranjangnya itu sempit, hanya muat ditempati satu orang saja.
"Apa hyung masih keras?" Baekhyun bertanya pada orang dibelakangnya dengan badan yang masih setia menghadap tembok.
Chanyeol tahu kemana arah pertanyaan sang kekasih. Keras? tentu saja jika rasa dari belah pantat Baekhyun saja masih tertinggal di otaknya. Tapi Chanyeol mencoba menahan diri, tak ingin berbuat yang macam-macam pada anak orang.
"Tidurlah, Baek. Tak usah memikirkanku, nanti dia juga tidur sendiri."
Si marga Byun akhirnya berbalik dan membawa tubuhnya menatap pada punggung lebar yang lebih tua. Telunjuk lentiknya terulur untuk membentuk pola abstrak pada punggung sang kekasih.
"Kenapa?" tanya Baekhyun dengan nada sendu yang kentara.
Chanyeol mengerutkan dahi bingung saat mendengar pertanyaan yang lebih muda. Tubuh jangkungnya dia bawa berbalik untuk sekedar menatap wajah Baekhyun. "Kenapa apanya."
Baekhyun mendongak untuk membawa mata mereka bertemu. Jarak mereka yang dekat dan didukung oleh sempitnya ranjang membuat dua manusia itu bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.
"Kenapa hyung tidak mau menyentuhku? apa aku tidak menarik?"
Fuck! demi kemiskinan yang ia rasakan selama 25 tahun hidupnya, Chanyeol berani bersumpah bahwa Baekhyun adalah satu-satunya makhluk paling mengoda dan mengemaskan yang pernah ia temui.
"Bukan begitu, aku hanya tidak bisa melakukannya. Ini terlalu cepat untuk kita yang bahkan baru kemarin bertemu."
"Bukankah lebih cepat lebih baik?" kata Baekhuyun lagi dengan masih menatap sendu pada yang lebih tua.
Chanyeol menghembuskan nafas sebentar sekedar bersiap untuk berucap, tangannya mengelus lembut pipi merona milik Baekhyun. "Tidak untuk saat ini. Maafkan aku jika hal ini membuatmu tersinggung, tapi sungguh aku tak bermaksud menolakmu atau semacamnya. Kita lakukan lain kali saja, oke."
"Apakah tidak juga untuk sebuah ciuman?"
Katakan jika Baekhyun gila karena demi apapun, dia sangat ingin disentuh oleh Chanyeol malam ini juga meskipun hanya sebuah ciuman. Biarkan saja Chanyeol menganggapnya murahan, lagipula apa salahnya menjadi jalang untuk kekasihnya sendiri. Perasaanya tulus untuk Chanyeol, dia sudah bertekat dalam hati untuk menyerahkan hati dan tubuhnya untuk Chanyeol seorang.
Yang lebih tua tak menjawab karena kini tengah sibuk mengikis jarak yang tersisa diantara mereka hingga bibir tebal Chanyeol berhasil menyentuh lembut bibir tipis Baekhyun. Hanya sesaat menempel dan nyatanya itu membuat Chanyeol menyesali tindakannya.
Bibir Baekhyun sangat manis dan ia menyesal karena hanya berani memberikan kecupan beberapa detik. Harusnya Chanyeol melumat bibir itu sedikit lebih lama atau mungkin sampai ia puas.
"Apa yang tadi itu adalah ciuman?" tanya Baekhyun.
"Huh?"
"Aku bertanya apa yang tadi itu yang namanya ciuman? tapi kenapa tidak seperti yang ada dalam film-film yang pernah aku tonton?"
Penjelasan polos dari Baekhyun membuat perasaan Chanyeol tiba-tiba menjadi buruk. "Apa maksudmu? jangan katakan kau tak pernah berciuman."
"Memang belum pernah. Tapi setahuku jika yang difilm yang aku tonton, mereka seperti akan memakan bibir satu sama lain. Tapi kenapa bibir hyung hanya menempel saja."
Chanyeol dibuat bingung harus menjawab apa. Yang jelas otaknya serasa blank dengan kenyataan bahwa dia baru saja menodai kesucian bibir seorang tuan muda Byun.
"Sebenarnya yang tadi itu bukan ciuman. Mungkin kau bisa menyebutnya sebuah kecupan?" jujur yang lebih tua.
"Lalu ciuman itu yang seperti apa?" tanya Baekhyun dengan tatapan penasaran pada kekasihnya.
Chanyeol bimbang, haruskah dia mempraktekan bagaimana ciuman yang sebenarnya pada kekasih mungilnya? dia masih waras untuk tidak menodai otak polos si cantik meski sebenarnya dia sendiri juga ingin. "Lain kali aku akan menunjukannya pad_"
"Tunjukkan sekarang!" potong Baekhyun.
"Tidak, Baek. Ini sudah terlalu malam dan besok kau juga harus seko_"
Chup~
Sekali lagi kalimat Chanyeol terpotong, tapi kali ini dengan sebuah bibir basah nan manis yang membungkam bibir tebalnya.
Ya, Baekhyun tengah menciumnya. Bocah itu menciumnya tiba-tiba dan membuat Chanyeol melebarkan mata terkejut. Hanya ciuman polos, menempel dan sama sekali tidak bergerak dengan manik cantik yang terpejam.
Lima detik berlalu dengan bibir yang masih saling menempel polos, tapi nyatanya hal itu mampu membuat Chanyeol mengangkat tangan menyerah.
Pertahanan Chanyeol akhirnya runtuh, maka sepersekian detik kemudian ia mulai mengerakkan bibirnya diatas bibir Baekhyun. Sangat lembut dan berhati-hati seolah menikmati manis yang terkecap pada lunaknya. Tak bertahan lama karena nyatanya Chanyeol menginginkan lebih, maka tautan bibir itu semakin menuntun dan dalam.
Chanyeol melumatnya atas bawah bergantian, semakin panas ketika si mungil juga ikut mengerakkan bibirnya meski kaku dan berantakan. Tubuh Chanyeol tanda diperintah kini telah menindih tubuh mungil sang kekasih dan entah sejak kapan selimut yang mereka gunakan telah tergeletak nyaman diatas lantai kamar.
Tangan Baekhyun mengalung indah pada leher lelaki yang ada diatasnya membuat penyatuan bibir mereka semakin intim. Lain halnya dengan tangan kanan Chanyeol yang kini mulai lancang masuk kedalam kaos si mungil dan tanpa aba-aba meremas pantat kenyal tak bercelana itu.
"Agkhhhh~" Baekhyun memekik nikmat kala pantatnya di remas gemas oleh Chanyeol. Dan hal itu membuat Chanyeol tak menyia-nyiakan kesepatan dengan melesakkan lidahnya kedalam mulut Baekhyun.
Ciuman mereka amat sangat basah, liur mereka saling bercampur karena lidah keduanya masih sibuk berperang saling membelit didalam mulut Baekhyun.
Chanyeol yang sudah hilang akal kini menyingkap kaos yang dikenakan Baekhyun hingga sebatas dada. Tangan yang tadinya sibuk meremasi pantat si cantik kini beralih bermain pada puting tegang Baekhyun.
Baekhyun sudah telanjang jika saja tak ada kaos yang menyangkut di sekitaran dadanya. Wajahnya memerah antara malu dan bernafsu disela-sela ciuman bibir dan pelintiran Chanyeol pada putingnya.
"Eungh~"
Desahan dari Baekhyun membuat yang lebih tua menghentikan ciumannya dan mengangkat badan guna melihat bagaimana pasrahnya sang kekasih saat ini.
Pemandangan Baekhyun yang terbaring dengan tubuh yang hampir telanjang membuat Chanyeol yang tadinya masih tegang semakin tegang. Indah sekali, bagaimana tubuh putih bak perselen itu berteriak minta dicumbu dan bagaimana mata sayu penuh hasrat itu memohon untuk segera disentuh. Semua tergambar jelas pada tubuh Baekhyun saat ini.
Namun sekali lagi Chanyeol disadarkan pada kepolosan si mungil, maka saat itu juga Chanyeol memilih untuk bangkit dari acara menindihnya dan kembali pada tempat awal. Berbaring di samping Baekhyun
Baekhyun yang bingung karena Chanyeol tiba-tiba menghentikan kegiatan panas mereka kini membawa tubuh hampir telanjangnya untuk menghadap Chanyeol. "Hyung, kenapa berhenti?"
"Maaf." sesal Chanyeol dengan membawa mata mereka bertemu.
Baekhyun tak segera menjawab, tangan mungilnya terulur untuk mengusap lembut pipi sang kekasih. "Kenapa minta maaf?"
"Karena aku hampir hilang kendali untuk menyetubuhimu." jujur Chanyeol dengan tangan yang mengenggam tangan Baekhyun yang berada di pipinya. Tanpa ia sadari, kini ia membawa tangan mungil itu untuk di kecupi.
"Lakukan saja. Setubuhi aku, hyung." Baekhyun berujar dengan senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya.
Chanyeol menggeleng dua kali. "Tidak, Baek. Kau terlalu berharga untuk sekedar disetubuhi lelaki miskin sepertiku."
"Tapi aku juga menginginkannya. Tak masalah asalkan itu dengan Chanyeol hyung." sendu Baekhyun.
Alih-alih menjawab, kini Chanyeol bangkit dari tidurnya dan berjalan untuk mengambil selimut yang tadi tergeletak dilantai. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, ia kemudian kembali lagi mendekati ranjang.
Selimut di tangannya ia bawa untuk menutupi tubuh telanjang Baekhyun dan tubuhnya sendiri. Badannya beringsut mendekati si mungil dan memeluk pinggang sempit itu dengan lembut.
"Tidurlah." bisik Chanyeol dengan kecupan kupu-kupu yang ia sematkan pada puncak kepala sang kekasih dan mengeratkan pelukannya.
.
.
"Jadi kau yang namanya Park Chanyeol?" seorang lelaki yang Chanyeol yakini adalah ayah Baekhyun bertanya padanya.
Untuk yang kedua kalinya Chanyeol kembali menginjakkan kakinya dirumah mewah milik keluarga Byun. Bukan Baekhyun yang membawanya sampai ke tempat ini, namun itu atas perintah sang tuan besar yang menyuruh anak buahnya menyeret Chanyeol kemari.
"Ya, saya Park Chanyeol, Tuan."
Chanyeol sebenarnya gugup dan tegang berhadapan dengan ayah dari kekasih yang selama satu bulan ini ia pacari. Namun ia mencoba untuk baik-baik saja meski tatapan penuh intimidasi menusuk tepat kearahnya.
"Punya apa kau hingga berani mengencani anakku?" tuan Byun menatap meremehkan pada Chanyeol.
Kabar anaknya yang berpacaran dengan seorang pemuda miskin membuat ayah itu murka. Tentu saja, mereka adalah keluarga kaya dan berkencan dengan orang miskin adalah sebuah penghinaan untuknya.
"Maaf tuan. Maaf karena lelaki miskin seperti saya bertindak lancang dengan mengencani putra anda. Tapi sungguh, saya tidak bermaksud untuk mempermalukan keluarga anda. Saya memang tidak memiliki apapun untuk menjamin kebahagian putra anda, tapi setidaknya saya tulus untuk menjaga dan mencintai putra anda."
Chanyeol tak bohong tentang ia yang mencintai Baekhyun. Satu bulan menyandang status sebagai sepasang kekasih dan menghabiskan banyak waktu bersama tuan muda Byun, nyatanya membuat Chanyeol jatuh cinta pada remaja cantik itu. Perasaannya tulus setulus rasa cinta yang juga Baekhyun tunjukkan padanya.
Meski berawal dari pemaksaan tapi Chanyeol tak menyesal pernah diculik oleh seorang Byun Baekhyun. Baekhyun itu hangat meski terkadang manja, Baekhyun itu menyenagkan meskipun terkadang menyebalkan, Baekhyun itu cantik meskipun hobi mengomel, Baekhyun itu lucu apalagi saat merengek. Dan Baekhyun itu polos membuat Chanyeol harus berusaha sekeras hati menahan diri untuk tidak memolosi anak itu.
Chanyeol menyukai semua yang ada dalam diri Baekhyun. Entah itu kelebihan atau kekurangannya. Chanyeol jatuh cinta pada Baekhyun dan begitu pula sebaliknya.
"Cinta? alasan klasik. Berapa yang kau inginkan agar aku tak melihatmu lagi dekat-dekat dengan putraku?"
Chanyeol meremat tangannya menahan marah. Meski Chanyeol miskin, tapi bukan berarti jika ia gila harta dan uang. Baginya Baekhyun lebih berharga di atas segalanya. "Saya tidak ingin apapun, tuan. Hanya restui kami dan itu sudah lebih dari cukup untukku."
"Cih, mimpi saja kau, nak. Tak ada orang tua yang akan merelakan anaknya bersama gembel sepertimu. Sadar dirilah, kau dan Baekhyun itu bagaikan langit dan bumi." ejek si tuan besar.
Tuan Byun benar tentang Chanyeol yang harusnya sadar diri. Dia dan Baekhyun terlalu berbeda, ibarat siang yang merindukan malam dan itu telalu mustahil untuk saling bersatu. Apakah ini saatnya Chanyeol untuk menyerah?
"APPA!"
Sebuah teriakan menginterupsi pembicaraan serius dua orang lainnya. Itu Baekhyun, orang yang tengah menjadi topik utama perdebatan panas saat ini.
Baekhyun berjalan mendekati ruang tamu tempat dimana sang kekasih dan ayahnya duduk berhadap hadapan. Ia masih memakai seragam lengkap karena memang ia baru saja pulang sekolah.
"Apa yang tengah kalian bicarakan? Appa mengancam Chaneyol hyung untuk meninggalkanku?" Baekhyun menatap marah pada ayahnya. Tak harus di jelaskan pun ia sudah tahu kenapa Chanyeol tiba-tiba ada dirumahnya.
"Appa tidak. Appa hanya mencoba membangunkan kekasih miskinmu itu dari mimpinya, sayang. Bukankah bermimpi itu terkadang harus tahu batasnya?"
"APPA, jangan menghina kekasihku jika appa tak tahu apapun tentangnya."
"Tentu saja appa tahu. Dia..." tuan Byun menunjuk pada Chanyeol yang tengah tertunduk lesu.
"...pemuda hina yang berambisi memiliki tuan muda kaya agar bisa mengangkat statusnya yang miskin menjadi terpandang. Dia hanya memanfaatkanmu, nak! jangan tertipu dengan akal bulusnya. Kau terlalu polos dan terlalu mudah untuk dipermainkan olehnya."
"Chanyeol hyung bukan orang yang seperti itu! appa tidak berhak merendahkan kekas_"
"CUKUP!" kalimat Baekhyun terpotong ketika Chanyeol berteriak nyaring.
"Aku mohon hentikan semua ini." sambung Chanyeol dengan menatap Baekhyun dan tuan Byun bergantian.
"Hyung..." Baekhyun mendekati sang kekasih dengan tatapan sendu. Kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi buruk.
"Mari akhiri semua ini, Baek..." kata Chanyeol dengan mata menatap penuh sesal pada Baekhyun.
"Hyung..." panggil Baekhyun lagi dan kini tangannya terulur untuk mengenggam tangan dingin kekasih tampannya.
"...ayahmu benar. Kita tak ditakdirkan untuk bersama. Kau adalah mimpi indah untukku, sudah saatnya aku harus bangun dan mulai menjalani hidup yang semestinya." kata Chanyeol dengan menatap mata berkaca-kaca kekasih cantiknya.
Chanyeol tersenyum manis dan mencium puncak kepala Baekhyun berharap perasaan tulusnya tersampaikan untuk yang terakhir kali.
"Terima kasih karena pernah menemani hari-hari lelaki miskin sepertiku."
Itu adalah kata terakhir yang Baekhyun dengar karena kini Chanyeol telah berlalu meninggalkan kediaman keluarga Byun.
Baekhyun berbalik ingin mengejar meski dengan wajah yang berlinang air mata, namun sebuah suara menahannya untuk tetap di tempat.
"Byun Baekhyun ! tetap disana atau appa akan menyuruh orang untuk menghancurkan lelaki miskinmu itu!"
.
.
Satu minggu terlewati dengan Baekhyun yang mengurung diri didalam kamar dan bahkan hanya ia habiskan untuk menangis. Tubuhnya yang kurus semakin kurus karena tak ingin makan apapun selain minum air putih, dia hanya makan jika ayahnya memaksa dan mengancam akan melukai Chanyeolnya saja.
"Makan Byun, atau kau ingin lelaki miskin itu tinggal nama saja."
Selalu seperti ini, ayahnya selalu melemparkan alasan yang sama agar Baekhyun mau membuka mulut menerima suapan makanan.
"Wae? kenapa appa tidak mengizinkan ku bersama Chanyeol hyung?" akhirnya suara Baekhyun keluar juga setelah selama satu minggu ini tertutup rapat.
"Karena appa menginginkan yang terbaik untukmu. Orang kaya tak semestinya bersama dengan orang miskin, Baek." tuan Byun menjawab dengan tangan yang mengusap sayang rambut putranya.
"Tapi orang miskin itu nyatanya adalah orang yang menolongku hingga aku bisa menemui Eomma di saat-saat terakhirnya, appa." kata Baekhyun lagi dengan menatap penuh air mata pada sang ayah.
"A-apa maksudmu."
"Chanyeol hyung adalah orang baik hati yang memperbaiki mobilku saat mobilku macet satu tahun lalu. Hari itu appa menelpon untuk segera pulang karena sakit eomma kambuh, jadi aku memutuskan untuk bolos sekolah dan segera pulang kerumah. Tapi ditengah jalan tiba-tiba mobilku mogok. Aku tak tahu harus berbuat apa dan hanya bisa menangis diluar mobil, tak ada yang peduli padaku selain pemuda miskin itu..."
Baekhyun menjeda untuk melihat perubahan ekspresi wajah sang ayah.
"...Chanyeol hyung datang dan menawarkan bantuan untuk memperbaiki mobilku. Dan karenanya aku bisa melihat eomma disisa terakirnya meski setelah itu eomma harus pergi meninggalkan kita."
Tuan Byun masih di sana, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut sang putra. Ia ingat hari itu, hari dimana istrinya meminta untuk bertemu dengan putra mereka sebelum benar-benar pergi jauh. Saat itu Baekhyun memang hampir terlambat datang namun untungnya itu tak benar-benar terjadi karena sang istri nyatanya bisa mengucapkan salam perpisahan terakhir untuk putra mereka sebelum akhirnya menutup mata.
"Appa, Chanyeol hyung tak seburuk yang appa pikirkan dan putramu ini telah jatuh cinta padanya."
Sebenarnya tuan Byun juga menyadarinya dari tatapan tulus yang Chanyeol berikan pada Baekhyun satu minggu lalu. Tapi saat itu keegoisan dan harga dirinya menolak untuk kalah, namun tidak lagi untuk kali ini. Jadi yang ia lakukan adalah mengecup sayang puncak kepala Baekhyun dan tersenyum hangat ke arah putranya.
"Pergilah, kejarlah cintamu, nak~! appa merestui kalian."
.
My Rich Boyfriend
.
Malam telah datang ditemani dengan guyuran hujan yang tercurah dari atas langit. Namun hal itu sama sekali tak menyurutkan niat si mungil untuk mengejar cintanya.
Maka disinilah Baekhyun sekarang. Berdiri didepan pintu rumah reot Chanyeol dengan tubuh yang basah kuyup karena hujan. Tangannya terulur untuk mengetuk tiga kali pintu dihadapannya.
Ceklek!
Pintu terbuka dan Chanyeol berdiri mematung di balik pintu tersebut. Terkejut karena ia tak menyangka Baekhyun akan bertamu kerumahnya saat malam serta hujan yang melanda.
"Ba-baekhyun." gagapnya.
Grep!
Rindu tak dapat lagi Baekhyun bendung kala seseorang yang ia cintai kini telah berdiri tepat dihadapannya. Jadi remaja cantik itu memilih untuk memeluk erat tubuh besar yang lebih tua. Sangat erat hingga rasanya Chanyeol hampir tak bisa bernafas.
"Aku rindu...hiks...sangat rindu...dan ini membuatku sesak..." isakan si mungil terdengar beserta kalimat curahan hati yang terlontar manis dari bibirnya.
"Hei! jangan menangis, nanti cantikmu hilang." Chanyeol menangapi dengan tangan yang kini ikut memeluk tubuh basah si mungil tak peduli jika kini bajunya juga ikut kuyup karena pelukan erat mereka. Dia juga rindu, bahkan mungkin rindunya lebih besar dari rindu Baekhyun untuknya.
"Jangan pergi lagi~!" Baekhyun merengek disela-sela pelukan mereka.
"Inginnya juga begitu, tapi appa mu tidak merestui kita, Baek. Tidak baik membina hubungan tanpa mendapatkan restu orang tua."
"Tapi appa sudah tidak keberatan lagi, hyung." adu Baekhyun.
Mendengar pernyataan mengejutkan dari Baekhyun sontak membuat Chanyeol melepaskan pelukan mereka. "Jangan bercanda."
"Aku serius. Aku sudah menjelaskan semuanya pada appa dan apa telah merestui kita. Jadi jangan tinggalkan aku lagi...hiks...aku sangat mencintai Chanyeol hyung...rasanya seperti ingin mati saja karena tidak bisa bertemu denganmu satu minggu ini."
Sementara itu Chanyeol hanya membalas dengan kembali memeluk tubuh basah nan mungil tersebut. Dalam hati dia tersenyum lega karena telah mendapatkan restu dari calon mertua.
"Kenapa kau semakin kurus?" Chanyeol bertanya penuh perhatian kala merasakan tubuh dalam dekapannya tak semontok satu minggu lalu.
"Karena aku tidak sempat makan, waktuku habis hanya untuk merindukan hyung saja."
Chanyeol melepaskan pelukan mereka dan menatap cemas pada sang kekasih, tangannya terulur untuk menghapus jejak air mata yang membasahi wajah cantik itu. "Jangan lakukan lagi. Mulai sekarang aku akan selalu ada disisimu, jadi kau tidak perlu menghabiskan waktumu untuk merindukanku saja, oke."
Baekhyun mengangguk dua kali dengan mata yang masih berkaca-kaca.
"Ayo masuk. Kau harus segera menganti bajumu sebelum kau sakit." kata Chanyeol sambil menarik tangan Baekhyun untuk masuk ke dalam rumah.
.
.
Baekhyun duduk di tepi ranjang milik Chanyeol dengan mengenakan kaos kebesaran milik sang kekasih. Chanyeol berbaik hati untuk meminjaminya baju lagi karena baju yang ia kenakan tadi telah basah oleh air hujan.
Jemarinya dia mainkan seperti anak kecil saat menunggu Chanyeol yang juga tengah menganti baju di kamar mandi.
Cklek!
Pintu terbuka dan Chanyeol berjalan masuk mendekati kekasih mungilnya. "Ayo tidur. Besok aku akan mengantarmu pulang."
Baekhyun menurut dan beringsut mencari posisi nyaman diatas ranjang. Tubuh mungil itu berbaring hampir berbarengan dengan tubuh bongsor sang kekasih. Chanyeol menarik selimut guna menutupi tubuh keduanya dan mulai memeluk pinggang ramping Baekhyun berharap bisa sedikit memberikan kehangatan disela-sela dinginnya malam yang melanda karena diluar hujan masih turun dengan deras.
"Apa masih dingin?" tanya Chanyeol ketika merasakan tubuh menggigil dalam dekapannya.
"Hm." Baekhyun hanya mengumam dan hal itu membuat yang lebih tua semakin mengeratkan pelukannya.
Beberapa menit berlalu dengan sia-sia karena nyatanya tubuh mungil itu masih bergetar kedinginan dalam dekapannya.
Chanyeol melepaskan pelukan mereka dan bangun dari tidurnya. Menatap khawatir pada Baekhyun dengan Baekhyun yang juga sedang menatapnya sayu.
"Lepaskan bajumu." kata Chanyeol dengan tangan yang sibuk melepaskan kaosnya sendiri.
"Huh?" Baekhyun menatap bingung pada Chanyeol. Apa Chanyeol baru saja menyuruhnya melepaskan baju, tapi untuk apa?
"Lepaskan bajumu, Baek. Tubuh telanjang yang saling berpelukan jauh lebih hangat jika dibandingkan hanya sekedar pelukan biasa."
Baekhyun mengerti akan maksud yang coba Chanyeol jelaskan jadi kini ia juga ikut bangkit dan melepaskan kaos kebesaran milik Chnayeol yang memang hanya satu-satunya ia kenakan.
Chanyeol menyesali keputusannya untuk meminta Baekhyun melepaskan baju. Karena demi apapun, Baekhyun itu benar-benar indah dan mengairahkan saat tengah telanjang seperti saat ini.
Namun kembali pada kewarasannya, maka Chanyeol kembali berbaring dan menarik lembut lengan Baekhyun untuk membawa tubuh mungil itu kembali kedalam pelukannya.
"Apa sudah jauh lebih hangat?" tanya Chanyeol lagi sembari mengusap lembut punggung telanjang sang kekasih di balik selimut.
"Ini memang jauh lebih hangat, tapi kenapa milik Chanyeol hyung mengeras di bawah sana?" polos si mungil.
"Itu normal, Baek. Karena tubuh mengodamu membuat penisku tanpa sadar bereaksi. Maafkan dia, nanti dia juga tidur sendiri."
"Apa hyung tidak ingin melakukannya denganku?" Baekhyun bertanya sembari mendongak keatas, membawa mata mereka saling bertautan.
"Melakukan apa?" tanya Chanyeol yang tak mengerti kemana arah pembicaraan si mungil.
"Memasukkan penismu kedalam lubangku. Chanyeol hyung tak ingin melakukannya?" tanya Baekhyun lagi.
'Astaga! kenapa Baekhyun selalu saja berhasil mengobrak abrik pertahannya.' jerit Chanyeol dalam hati.
Tentu saja Chanyeol ingin. Tapi tidak untuk sekarang, Baekhyun terlalu berharga untuk dia rusak. "Lain kali saja." kata Chanyeol mencoba mencari alasan.
"Kenapa tidak sekarang?" Baekhyun masih tetap saja mengejar.
Chanyeol membawa tangannya untuk membelai lembut rambut sang kekasih lalu tersenyum hangat. "Kenapa kau sangat ingin melakukannya denganku?"
"Karena aku ingin sepenuhnya menjadi milikmu."
"Kau sudah sepenuhnya menjadi milikku, baby~" kata Chanyeol sembari memberikan kecupan kupu-kupu pada bibir manis Baekhyun.
"Tapi tubuhku belum." polos si tuan muda Byun.
"Tak cukupkah dengan hati kita saja?"
Baekhyun menggeleng sebagai jawaban. Dia benar-benar ingin memiliki Chanyeol seuntuhnya, baik hati dan juga tubuh pria tampan itu. Entahlah, mungkin itu terdengar murahan tapi dia benar-benar tak bisa menahan diri lagi.
Tubuh kecilnya ia bawa bangkit dan menyibakkan selimut yang mereka kenakan. Duduk diatas ranjang dengan kedua paha yang ia buka lebar mempertontonkan lubang merah muda yang berkedut basah miliknya.
"A-apa yang kau lakukan, Baek!" Chanyeol susah payah menahan diri untuk tidak menyentuh Baekhyun tapi kini Baekhyun malah menguji kesabarannya yang bahkan sudah ada di ambang batas.
Alih-alih menjawab, kini tangan Baekhyun terulur untuk membawa tangan bergetar Chanyeol menyentuh lubangnya. "Hyung~ lubangku gatal."
Yang lebih tua menelan liurnya susah payah kala pandangannya jatuh pada wajah sensual milik sang kekasih. Apalagi tangannya kini tengah sibuk mengusap lubang berkerut itu dengan bimbingan dari Baekhyun sendiri.
"He-hentikan, Baek."
"Wae? hyung tidak ingin membantuku? hyung tega membiarkan lubangku gatal dan membuatku tersiksa sampai pagi?" Baekhyun menatap berkaca-kaca pada Chanyeol.
Maka untuk kesekian kalinya pertahanan Chanyeol luluh lantah. Persetan dengan akal sehat! lagi pula siapa yang bisa menolak keindahan seperti yang ada di hadapannya saat ini.
"Jangan salahkan aku jika besok kau tidak bisa berjalan, Byun Baekhyun."
.
.
Chanyeol berada dalam puncak gairahnya bahkan sejak Baekhyun melepaskan bajunya tadi. Nafsunya membakar seluruh akal sehat yang ia miliki karena kini yang ada hanyalah memangut bibir Baekhyun sepanas yang ia bisa.
Penyatuan bibir mereka begitu brutal dan dalam. Basah namun juga sangat memabukkan. Lidah yang saling beradu dan bunyi kecipak khas orang berciuman menambahkan suasana intim di antara mereka.
Tubuh telanjang Chanyeol sudah menindih tubuh mungil pasrah dibawahnya. Tangannya bergerak nakal mengusap nipple mencuat milik kekasihnya. Merasa tak cukup hanya dengan tangan, kini mulut Chanyeol turun untuk menjilat dan menghisap puting tegang itu.
"Ahhh...Hyung, jangan terlalu kuat. Hyung membuatnya perih." protes si mungil saat putingnya terlalu kuat disedot.
Tak peduli dengan protesan sang kekasih kini Chanyeol berganti menghisap puting satunya lagi membuat Baekhyun menjambak rambut Chanyeol frustasi.
Chanyeol menandainya. Setiap jengkal tubuh bagian atas Baekhyun ia tandai dengan kissmark yang tak bisa dibilang sedikit. Leher dan seputar dada Baekhyun tak lagi seputih sebelumnya karena kini telah berhiaskan bercak merah hasil perbuatan Chanyeol.
Tangan Chanyeol tak tinggal diam karena kini mulai mengusap-usap lubang basah milik kekasihnya. Jari telunjuknya terulur untuk melesak masuk perlahan namun pasti kedalam liang itu.
"Arghh..." Baekhyun memekik tertahan saat benda asing yang tak lain adalah jari Chanyeol itu menganjal didalam sana.
"Aku harus mempersiapkanmu dulu, baby~. Ini akan membuatmu tak begitu kesakitan saat penisku memasukimu nanti. Maaf karena menyakitimu."
"Aniya. Itu tidak sakit. Hanya aneh saja...ahhh!" Baekhyun mendesah lagi karena kini dua jari Chanyeol telah bersarang didalam lubangnya.
Baekhyun mendesah kacau dan Chanyeol semakin mengila dengan membuat pola mengunting guna merenggangkan liang ketat sang kekasih. Setelah dirasa cukup kini Chanyeol menarik lepas jarinya dan bangkit mempersiapkan penisnya berhadapan langsung dengan sarangnya.
Baekhyun meremas kuat sprei saat Chanyeol mulai menusukkan penis tegang nan besar itu untuk menerobos masuk kedalam dirinya. "AKHHHHH...!"
Jeritan si mungil mengema memenuhi kamar karena tanpa aba-aba Chanyeol menerobos masuk dalam sekali dorongan penuh. Hal yang wajar, karena demi neptunus! itu benar-benar seperti tubuhnya terbelah dua. Sakit, amat sangat sakit.
"Rileks, baby. Ini tak akan lama, aku janji, hm." yang lebih tua membujuk dan menatap wajah pucat sosok di bawahnya sambil sesekali menghujani bibir si mungil dengan kecupan dan lumatan lembut.
Tangan Baekhyun kini berpindah dan memeluk erat pada leher sang kekasih. Menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan mencoba menerima benda asing yang tengah diam didalam lubangnya.
"Bergeraklah, hyung~!" perintah Baekhyun saat dirasa sudah baik-baik saja.
"Panggil aku Chanyeol saat kita sedang bercinta, oke." kata Chanyeol dan diangguki oleh yang lebih muda.
"Chanyeol~" ucap si mungil dengan wajah memerah malu membuat Chanyeol terkekeh gemas.
"Ya. benar baby. Lakukan seperti itu dan desahkan namaku."
"Bergeraklah, Chan~" perintahnya lagi.
Tak perlu menunggu lama sebab sepersekian detik kemudian si marga Park mulai mengerakkan pinggulnya naik turun. Memompa perlahan namun pasti hingga akhirnya dia berhasil menemukan titik terdalam milik sang kekasih hati.
Baekhyun mendesah dan menjerit nikmat ketika Chanyeol menumbukkan ujung penis itu pada prostat miliknya. Sakitnya kini berganti nikmat karena hujaman berkali-kali yang ia dapat di dalam sana. Penis mungilnya berkedut-kedut tanda ia sudah ada diambang batas pertahanan.
"Ahhh...Chanyeolhhh~ aku sampai~...nghhh"
Crott crott
Tubuh Baekhyun melengkung saat orgasme menyambanginya dengan nafas tersenggal-senggal. Chanyeol tersenyum hangat dan menghentikan gerakan pinggulnya, memberikan waktu pada si cantik agar menikmati sisa-sisa pelepasan.
Setelah dirasa cukup, yang lebih tua kembali menghujamkan penisnya keluar masuk lubang sang kelasih guna mencari kenikmatannya sendiri. Bibirnya sibuk melumat bibir terbuka Baekhyun dan hal itu membuat Baekhyun berinisiatif mengetatkan lubang anusnya berharap Chanyeol juga akan segera menyusul.
Usaha Baekhyun tak berakhir sia-sia, karena kini ia merasakan penis besar Chanyeol mulai berkedut-kedut didalam lubangnya. Pijatan lubang Baekhyun yang membungkus penisnya benar-benar tak mampu membuat Chanyeol bertahan lama. Nikmat dan ketat. Hingga...
"Arghhh...Baekhyun~!"
Crott Croott
...Chanyeol keluar dengan sperma yang menyembur habis memenuhi lubang sengama sang kekasih. Rasanya begitu penuh namun juga menyenangkan bagi Baekhyun.
Tubuh besar Chanyeol jatuh menindih tubuh mungil Baekhyun dengan penis yang masih bersarang nyaman pada sarangnya.
"Chan, keluarkan penismu. Ini benar-benar membuatku merasa penuh." protes Baekhyun.
"Biarkan seperti ini. Lubangmu sangat hangat, Baek dan penisku menyukainya." kata Chanyeol dengan bibir yang kini sibuk mengulum dan menjilati telinga Baekhyun.
"Ugh~" Baekhyun melengguh tertahan karena rasa geli yang menjalari kupingnya. Tak hanya itu karena remaja cantik itu juga merasakan penis besar Chanyeol kembali mulai membengkak didalam sana.
Chanyeol bangkit dari acara menindihnya dan kembali menumpukan badan besarnya pada kedua siku tangan. "Ayo kita lanjutkan ronde kedua."
"Yakk! kau bisa membuatku hamil jika tak berhenti sekarang juga, Chan."
Chanyeol yang sudah akan bergerak memompa penisnya kini berhenti dan menatap cemberut pada Baekhyun. "Memangnya kau tak mau hamil anakku?"
"Mau~" jawab Baekhyun dengan wajah merona malu.
"Apa? aku tidak mendengarmu?" Chanyeol bertanya main-main untuk mengoda Baekhyun.
"Aku bilang mau. Aku mau hamil anakmu. Jadi hamili aku, Chan."
"Siap laksanakan~!"
Itu adalah kata terakhir yang terlontar dari bibir Chanyeol karena setelahnya yang ada hanya desahan Baekhyun dan erangan Chanyeol yang memenuhi setiap sudut kamar.
Mereka melakukannya sampai pagi. Chanyeol berusaha dengan amat keras menghujami lubang Baekhyun dengan gerakan penisnya. Keringat yang membasahi tubuh masing-masing bukanlah sebuah alasan untuk berhenti dan mengakhiri. Sperma Chanyeol sudah tak bisa di hitung lagi banyaknya yang menyembur pada liang sang kekasih.
Dalam hati mereka berdoa agar salah satu dari sekian banyak benih yang keluar itu bisa terbuahi dalam rahim si cantik Byun.
"Aku mencintaimu, Byun Baekhyun. Jadilah ibu dari anak-anakku dan mari hidup bahagia bersama selamanya."
Chanyeol berucap setulus hati bersamaan dengan semburan sperma terakhirnya. Dan persetubuhan panas mereka, Chanyeol tutup dengan ciuman manis yang mendarat tepat pada bibir Baekhyun.
Bakhyun mengangguk berkali-kali dengan mata berkaca-kaca tanda haru dan bahagia. Bibir tipisnya tertarik keatas untuk membentuk sebuah senyuman manis.
"Aku bersedia."
.
.
.
.
END
.
.
.
Aku bawa cerita baru nih...OneShoot tapi, ya :)
Sekedar ingin membuat yang ringan-ringan saja.
Semoga kalian suka dan terhibur...
Bye,
