Note : ini mv B.A.P Skydive yang aku remake sesuai alurku. Jadi akan banyak adegan yang sama.

Sebelumnya makasih yang udah ingetin di ff sebelumnya. Lupa kasih keterangan kalo itu Ficlet :)

.

.

.

Gemerlap lampu beserta dentuman musik yang memekakan telinga mengiringi malam di sebuah club di tengah kota Seoul. Insan yang ada di dalamnya tengah terbuai dalam alunan music yang di mainkan DJ, juga minuman yang bisa membuat mereka seakan terbang.

Lelaki dengan jaket kulit hitam tengah duduk di salah satu meja, menikmati sebotol bir yang di pesannya. Sesekali dia juga terlihat menggoda beberapa orang disana.

Tak sengaja seseorang yang terlihat begitu mabuk menabraknya. Membuat minuman yang di pegangnya tumpah mengenai jaketnya.

Dia tidak ambil pusing dan hanya berdecak kesal, kemudian segera pergi ke toilet untuk membersihkan jaketnya.

Tak lama dia kembali pada mejanya. Dia mengerutkan keningnya saat mendapati sebuah amplop hitam berada di atas mejanya.

Dia membulatkan matanya saat mendapati isi amplop tersebut. Umpatan keluar dari bibirnya kemudian menengok kanan kirinya. Beberapa foto kekasihnya yang tengah terikat di sebuah kursi dan mulutnya yang di tutup lakban.

Sebuah aroma yang familiar menyeruak pada indra penciumnya dari salah satu foto. Aroma cairan yang digunakan untuk menyamarkan sebuah tulisan.

Dia menyiram foto itu dengan air, dan muncul sebuah tulisan disana.

-Jung Daehyun-

Yongsan-gu namdong 288-6

Itu adalah namanya dan sebuah alamat. Tanpa berpikir lagi dia segera menuju alamat yang di maksud. Ini menyangkut kekasihnya, satu satu nya orang yang paling dia cintai.

Dari wajahnya yang tampan, dan sorot matanya yang teduh. Siapa sangka jika Daehyun ternyata adalah anggota kelompok mafia. Walaupun dalam beberapa bulan ini dia jarang ikut kelima temannya untuk melakukan misi. Jika pun dia ikut dia sudah segan untuk membunuh atau menindas orang yang tidak bersalah. Itu semua karena kekasihnya.

.

.

Saat Daehyun sampai disana, dia tidak mendapati apapun. Tiba tiba seseorang menodongkan short gun dari belakang, tepat pada kepalanya.

Daehyun perlahan mengangkat tangannya keatas, orang itu memberikan sebuah paper back padanya. Dia ingin menoleh, tapi orang itu semakin menekan short gunnya. Saat orang itu sudah pergi, dia segera membuka isinya.

Sebuah kotak dan foto kekasihnya yang sudah berlumuran darah. Daehyun memejamkan matanya, tak tega melihat kondisi kekasihnya.

Saat Daehyun membalik foto tersebut, terdapat sebuah tulisan disana.

'bunuh seseorang yang memberikan informasi'

Kemudian Daehyun membuka kotaknya. Tangannya bergetar saat kotak itu terbuka, hingga benda itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah.

Kalung yang pernah dia berikan pada kekasihnya, dan kekasihnya tak pernah melepas kalung itu.

Tubuhnya luruh ke tanah, dia mulai tak terkendali. Dengan tangan yang bergetar dia kembali mengambil kalungnya. Daehyun menangis dan berteriak frustasi.

Tidak harusnya seperti ini. kenapa harus terjadi pada orang yang di cintainya. Bahkan dia tidak tahu, kenapa harus kekasihnya. Jika orang itu memiliki masalah dengannya, jangan pernah membawa kekasihnya yang tak tahu apapun.

.

.

.

Malam telah larut, suasana di sebuah rumah sakit yang cukup terkenal di korea mulai lengang.

Sambil melepas masker dan penutup kepala, seorang dokter berwajah manis keluar dari ruang operasi. Di ikuti seorang dokter tampan yang kini telah mensejajarkan langkah mereka.

"Youngjae, kau menginap di rumah sakit malam ini ?." tanya dokter tampan itu.

Dokter manis yang di panggil Youngjae itu hanya menggeleng.

"tapi ini sudah larut." Sang dokter tampan mencoba meyakinkan.

"tidak apa apa. Aku masih bisa menyetir"

"dasar keras kepala. Tidak bisa di khawatirkan."

Youngjae terkekeh mendengar cibiran sahabat dekatnya itu.

"sampai jumpa besok lusa Jaebum-ah." Ucap Youngjae saat Jaebum baru masuk lift.

Dia hanya berdiri di depan lift sambil melambaikan tangannya karena ruangan mereka berbeda.

Namanya adalah Yoo Youngjae, seorang dokter muda, ahli beda di sebuah rumah sakit ternama di korea selatan. Dia memiliki teman dekat sejak dia SMA yang berprofesi sama dengannya. Seorang laki laki yang penuh dengan pesona. Im Jaebum, sang pemilik rumah sakit.

.

.

Youngjae melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membela jalanan kota Seoul yang sudah sepi. Larut malam begini orang orang lebih suka mengistirahatkan tubuhnya di rumah dari pada harus keluar.

Lagu yang mengalun dari radio mobilnya menemani perjalanannya. Youngjae mengalihkan pandangannya sejenak pada radionya, untuk mengganti channel dengan sesekali melihat ke depan.

CKIIITT

Youngjae mengerem mobilnya mendadak, saat seseorang tiba tiba melintas di depannya. Orang itu terjatuh di aspal.

"hah, Bagaimana ini ?." Youngjae tampak panik, dan segera keluar dari mobilnya.

Seorang laki laki sudah tak sadarkan diri tepat di depan mobilnya.

"tuan, tuan." Youngjae menggoncang badannya tapi tak ada jawaban.

Kemudian memeriksa denyut nadinya, masih normal.

"tuan, kau bisa mendengarku ? kau tidak apa ?."

Youngjae membalikan badan laki laki itu hingga terlentang. Dahinya terluka kecil akibat benturan dengan aspal. Bau alkohol juga menguar dari tubuh laki laki ini.

"ck. Kenapa aku harus menabrak orang mabuk sih." Decak Youngjae.

Tapi dia kembali memikirkan kata katanya, sepertinya orang ini pingsan terlebih dulu sebelum Youngjae menabraknya.

Youngjae meraba semua saku orang itu, dan dia kembali berdecak saat hanya mendapati sebuah kalung dari saku jaketnya, Youngjae memasukannya kembali pada saku orang itu.

Bukan untuk apa apa, dia butuh kartu identitasnya atau mungkin ponselnya untuk menghubungi orang terdekatnya.

Dia memeriksa keadaan sekitarnya, jalanan benar benar sepi. Tak ada siapapun kecuali dia dan laki laki ini.

Youngjae masih punya rasa kasihan dan tanggung jawab walaupun dia merasa tak menabrak orang ini.

Dia nekat membawa orang yang tidak memiliki identitas ini ke rumahnya, dengan susah payah tentunya. Karena orang ini dalam keadaan pingsan dan perbedaan berat badan mereka berdua.

.

.

.

Pagi menjelang dengan cuaca yang cerah, burung burung sudah mulai berkicau menemani matahari yang baru saja terbit.

Daehyun mengerjapkan matanya pelan. Dengan kepalanya yang terasa sangat pening, dia berusaha untuk bangun.

Dia memegangi kepalanya, tangannya menyentuh tepat pada plester yang ada di keningnya. Mengernyit heran, matanya menelusuri seluruh sudut ruangan saat sadar ini bukan kamarnya atau tempat yang ia kenal.

Kemarin malam setelah mendapat ancaman itu, dia kembali lagi ke club malam untuk mencari petunjuk disana. Tapi, karena dia tidak mendapat apapun membuatnya frustasi dan berakhir dengan beberapa botol alkohol. Kemudian dia tak ingat apapun.

Dengan masih memegangi kepalanya, Daehyun beranjak bangun. Saat baru membuka pintu, aroma masakan menguar ke dalam indra pencium nya.

Dia mendapati laki-laki yang mungkin seusianya berada di dapur tak jauh dari tempatnya berdiri. Tampak sibuk dengan beberapa alat masak dan bahan makanan.

Laki-laki itu tak sengaja menoleh pada Daehyun. tatapan mereka bertemu sejenak.

Dia Youngjae. dan Daehyun adalah orang yang di tabraknya atau mungkin pingsan di depan mobilnya kemarin malam.

"sudah bangun ?." ujar Youngjae. Daehyun tak menjawab.

"duduklah untuk makan." Youngjae berucap lagi saat meletakan dua mangkuk sup ke atas meja makan.

Tak ada respon dari Daehyun, Youngjae kembali menoleh padanya. Dia mulai sebal, bahkan Daehyun tidak menjawab niat baiknya. dia jadi merasa berbicara sendiri.

Kali ini dia menghampiri Daehyun.

"kau hanya akan berdiri disitu ?." Youngjae mencoba mengajak Daehyun dengan menarik tangannya.

Tapi, dengan kasar Daehyun menepis tangan Youngjae, membuat laki-laki manis di depannya itu sedikit terkejut. Youngjae bukanlah orang yang penyabar tapi dia tetap berusaha untuk mengendalikan emosinya.

"aku hanya ingin mengajakmu makan. Aku sudah membuatkanmu sup pereda mabuk. Kepalamu saat ini pasti pusing kan ?." Youngjae kembali menarik tangan Daehyun.

Pria tampan itu kembali menepisnya.

"jangan menyentuhku." Ujar Daehyun dingin.

Lagi lagi mendapat respon buruk, Youngjae menghela nafas kasar. Kesabarannya telah habis

"kau kira aku tidak menyentuhmu saat membawamu kemari." Kata Youngjae sarkastis.

"memangnya kau siapa berani melakukan itu." Daehyun tetap dengan nada dinginnya.

Youngjae memutar bola matanya jengah. Dia menatap Daehyun tajam. Sepertinya dia telah salah menolong orang ini.

"ya ! tau begini biarkan saja semalam kau tidur di jalan." Youngjae menaikan nada bicaranya.

"tidak ada yang menyuruhmu untuk membawaku kemari."

Daehyun pergi begitu saja, keluar dari rumah Youngjae. Meninggalkan laki-laki manis itu dalam ketercengangan.

"setidaknya katakan terima kasih." Gumam Youngjae kesal.

Dia menoleh ke dalam kamarnya yang pintunya masih terbuka. Dia akan membereskan kamarnya dulu sebelum makan.

Youngjae mulai merapikan bantal, selimut dan sprei putihnya. Bantal dan selimutnya bahkan masih persis tercium aroma dari laki laki tadi, membuatnya semakin kesal saja.

Dia melemparkan selimutnya ke lantai, untuk di cuci setelah ini. matanya mendapati sebuah kalung pada tempat tidurnya.

Kalung milik laki laki tadi, semalam dia juga melihat kalung ini.

"kenapa dia harus meninggalkannya." Monolognya dengan nada sebal.

.

.

.

TBC